Lo udah dapetin dia dan gue ikhlasin, sekarang lo fitnah-fitnah gue? Meninggal aja sana!
~Cavilla Syailen Zuhra~
***
Cavilla sedang bersama Ansya di depan mading. Mereka membaca semua info yang ada di mading dengan teliti.
"La," panggil seseorang yang berjalan mendekati Cavilla dan Ansya.
Cavilla berbalik, "Iya, Ada apa, Yo?" tanya Cavilla kepada Gio.
"Dicariin Gavino," jawab Gio yang membuat Cavilla tertegun.
Cavilla merasa belum siap untuk menatap kembali sang mantan yang pernah mengisi hari-harinya dengan indah dan sekarang meninggalkannya dengan rasa sakit hati.
"Gue rasa ... lo jangan kesana," ujar Gio memberi saran.
"Iya, emang lo siap berhadapan sama dia?" tanya Ansya yang khawatir.
"Biarkan begini saja, aku ingin semua dijalani tanpa unsur paksaan sedikit pun," ujar Cavilla, "seperti cara move on kemarin, gue mau cari Tevan dulu,"
"Tevan ada di perpus," ujar Gio memberitau keberadaan Tevan.
"Sip," setelah mengatakan itu Cavilla segera menuju Perpustakaan.
"Kita ngapain nih, Sya?" tanya Gio kepada Ansya seraya menaik turunkan alisnya.
"Lo ke gue?" tanya Ansya dengan polos.
"Iya dong, sayang,"
***
Cavilla dan Tevan sedang mencari keberadaan Gavino, ntah apa yang akan Gavino katakan kepada Cavilla nanti, Cavilla masih belum siap sekali.
"Kalau enggak siap men-"
"Gue siap!" potong Cavilla saat Tevan membuka suara untuk memberi saran.
"Itu dia," ujar Cavilla seraya menunjuk Gavino yang berada di atas pohon bersama beberapa temannya dan ada Tarasya juga di sana sedang tertunduk.
"Lo tunggu di sini aja, gue ke sana sendirian," ujar Cavilla dan Tevan hanya mengganguk setuju saja.
Cavilla berjalan dengan santai mendekati Gavino dkk. Cavilla mencoba membuat tubuhnya relax.
"Dateng juga lo," ujar Gavino lalu turun dari atas pohon.
"To the point," ujar Cavilla yang tidak ingin berlama-lama di sana.
"Lo sama dayang-dayang lo 'kan yang bikin Tarasya luka-luka?" tuduh Gavino.
"Jaga mulut lo!" bentak Cavilla yang tidak terima Gavino mengatakan teman-temannya adalah dayang-dayangnya.
"Masih galak," kekeh Gavino dan Cavilla hanya menghela napas gusar.
"Gue sama temen-temen gue aja males ketemu sama pelakor, ups, Tarasya," ujar Cavilla yang dengan sengaja mengatakan pelakor untuk Tarasya.
"Asal ngomong ya lo sekarang," geram Gavino yang tidak terima Tarasya dikatakan pelakor.
"Oh, lo enggak terima? kalau gitu ... lo yang enggak cukup satu cewek," ujar Cavilla dengan cepat.
"Sayang ... sakit," rengek Tarasya membuat Cavilla jijik melihatnya.
"Lo liat kan? Dia kesakitan!" bentak Gavino.
"Bukan gue atau temen-teman yang salah!" balas Cavilla dengan nada yang tinggi.
"Boong, lo sama temen-temen lo yang bikin gue gini," ujar Tarasya.
Cavilla tidak percaya jika Cavilla akan berulah dan memfitnahnya begini. Apa dia tidak puas sudah mengambil Gavino dari hidupnya.
Cavilla menatap tajam Tarasya dengan penuh kemarahan, sangat marah.
"Lo udah dapetin dia dan gue ikhlasin, sekarang lo fitnah-fitnah gue? Meninggal aja sana!" kesal Cavilla yang tidak terima.
Plak
Cavilla ditampar oleh Gavino sampai terjatuh ke tanah. Ia memegang pipinya yang terasa panas dan sakit.
Tevan berlari ke sana dan dengan cepat menolong Cavilla untuk berdiri. Tevan menatap tajam Gavino seperti akan datang menghabisi Cavilla.
"Lemah," desis Tevan.
"Van," tegur Cavilla yang matanya mulai berkaca-kaca.
"Lo bilang apa? Lemah? Lo kali!" tegas salah satu teman Gavino, Abas.
"Van, jangan ribut ...." ujar Cavilla yang terdengar seperti lirihan.
"Gavino, lo cowok tergila! Cavilla udah nemenin lo sampai lo bisa nyelesaiin masalah di rumah lo, kalau enggak ada dia mungkin lo udah jadi gelandangan!" seru Nadine yang tiba-tiba sudah ada di belakang Tevan dan Cavilla.
Nadine bersama yang lain datang bersama. Nadine mendapat pesan dari Tevan agar datang bersama yang lainnya ke sana dengan cepat.
"Itu dulu," ucap Gavino tidak peduli dengan masa lalunya
"Jahat," gumam Ansya.
"Memang," balas Gio sambil manggut-manggut.
Cavilla melangkah 2 langkah agar lebih dekat dengan Gavino. Ia menatap bola mata Gavino.
"Lo laki-laki enggak waras yang pernah gue temui!"
Plak
"Lo," ucap Cavilla dengan tatapan tajam ke arah Tarasya.
"Jangan pernah macem-macem sama perasaan Gavino," ujar Cavilla lalu merubah raut wajahnya yang serius menjadi ceria dengan senyuman yang sontak membuat orang-orang terkejut.
Namun, setelah itu Cavilla pingsan dan ditangkap oleh Gavino dengan sigap. Dengan cepat Tevan mengambil alih Cavilla dari Gavino dengan wajah menahan amarah lalu membawa Cavilla ke UKS bersama yang lain.
***
Halo haloooo
Gimana nih ulah Tarasya😿
Jangan lupa vote dan komennya😘
Masukkan cerita ini ke Reading List atau Perpustakaan kalian💕Rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian juga yups💕
Love U Readerssssss🌷
Saranghaeyo🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)
Подростковая литература[Part Lengkap] +Slow revisi+ 💠******💠 Bagaimana nasibmu, jika pacarmu digoda oleh orang ketiga? Menyebalkan bukan? Dan apa rasanya jika pacarmu malah merespon godaan tersebut? Kesal? Marah? atau malah biasa saja? Cavilla Syailen Zuhra si perempua...