Cavilla terdiam menatap sebuah tempat makan kaki lima yang biasa ia dan Gavino makan. Dulu mereka sering sekali ke sini kalau bosan dengan Cafe-Cafe.
Seharusnya saat ini ia datang ke tempat ini bersama Gavino. Namun, sekarang Gavino tidak bersamanya lagi dan entah ia masih mengingat tempat ini atau tidak.
"Pak, nasi goreng spesialnya satu, ya!" ujar Cavilla memesan makanan.
"Siap, enggak sama pacarnya lagi, Kak?" sahut pedagang itu yang biasa memanggil Cavilla dan Gavino dengan sebutan 'kakak' seraya bertanya.
"Enggak, pak," jawab Cavilla disertai senyuman, lalu duduk di tempat yang telah disediakan.
***
Cavilla sekarang berada di sebuah jalan yang biasanya ia dan Gavino berjalan-jalan bersama dan joging. Terlihat pohon-pohon tinggi menghiasi jalanan dan di ujung jalan terdapat tukang bubur langganan dirinya dan Gavino.
Cavilla tersenyum melihat seluruh jalan ini. Kalau Cavilla bisa mengganti nama jalan ini, ia mungkin akan menggantinya dengan ....
"Jalan kenangan," ucap Cavilla sembari mendekat ke sebuah pohon dan memegangnya sejenak lalu menyandarkan tubuhnya ke pohon tersebut.
Kabar Gavino ia tidak tau. Ingin rasanya Cavilla bermain ke rumah Gavino walau hanya sekedar menengok adik Gavino--Arunika yang ia rindukan.
Setelah itu Cavilla berjalan kembali untuk ke kedai es krim di dekat sana dan beristirahat sejenak sambil menikmati es krim yang manis juga menyegarkan.
***
Sekarang tebak Cavilla berada dimana? Tempat ini adalah tempat dimana Cavilla pertama kali berkencan dengan Gavino. Sebuah Danau yang jernih dan terkadang ada angsa yang berenang di danau itu.
Cavilla bermain lempar batu di sana. Ia melempar terus menerus sampai waktu hampir sore sekarang. Ia senang berada di danau karna memiliki berjuta memori manis dengan Gavino, walau kini ia tak lagi dengannya, tapi Cavilla menikmatinya saja.
"Cavilla," ucap seseorang menyebut nama Cavilla.
Cavilla yang namanya merasa terpanggil langsung berbalik dan menatap sosok laki-laki dihadapannya.
"Gavino," lirih Cavilla, lalu menunduk karna tidal tahu harus apa.
Gavino berjalan menuju ujung danau, "Masih suka ke sini?"
"Iya."
Cavilla berjalan ikut menuju ujung danau dan menatap danau.
"Lo juga suka ke sini?" tanya Cavilla.
"Jarang," jawab Gavino.
"Lo," kompak Cavilla dan Gavino lalu terkekeh bersamaan.
"Lo duluan aja," suruh Cavilla.
Gavino berdehem lali berkata, "Lo apa kabar?"
"Baik,"
Gavino menganguk-anguk, lalu duduk menyila di tepi danau itu dan mengambil handphonenya. Gavino membuka aplikasi kamera dan mengarahkannya ke arah Cavilla.
Cavilla seketika sadar jika ia difoto oleh Gavino dan ia melotot ke arah Gavino.
"Buat dokumentasi ke Arunika," ujar Gavino lalu memasukan kembali handphone itu dan Cavilla hanya menganguk.
Cavilla ikut duduk lalu keadaan menjadi canggung dan hening tanpa percakapan.
"Arunika ... dia apa kabar?" tanya Carissa mencoba mengusir kecanggungan.
"Dia baik," jawab Cavilla, "Kalau ibunda dan ayah?" tanya Gavino.
"Baik juga, kok," jawab Cavilla.
Gavino mengeluarkan dua susu kotak coklat dari kedua saku jaketnya. Ia menyodorkan satu untuk Cavilla dan diterima dengan senang hati lalu meminumnya.
"Maaf untuk yang kemarin," ucap Gavino.
Cavilla menghela napas, "Gue udah maafin walau kata maaf lo itu enggak bisa ngembaliin keadaan yang udah terjadi dan meski kembali ... itu semua enggak akan sama seperti dulu," ujar Cavilla.
Gavino mengerti sekarang kekecewaan yang Cavilla rasakan kepadanya sekarang.
"Masih inget lo nyebur ke sini karena dikira air dangkal?" tanya Gavino.
Cavilla yang mendengar pertanyaan itu langsung merasa malu sekali. Saat itu ia dengan percaya dirinya menyeburkan diri ke danau itu padahal sudah dicegah oleh Nadine dan Gavino.
"Lupakan-lupakan!" ujar Cavilla yang tidak ingin mengingat kejadian itu yang menurutnya memalukan.
"Gue pulang, ya!" pamit Gavino.
"Iya," sahut Cavilla.
"Mau bareng?" tawar Gavino.
"Boleh deh, sampe taman, ya!" setuju Cavilla lalu berjalan beriringan bersama Gavino seperti mereka sedang berpacaran, padahal sudah jadi mantan.
****
Cavilla turun dari motor Gavino dan tidak lupa berterima kasih kepadanya karna sudah mengantarnya sampai di sana. Setelah itu Gavino pulang ke rumahnya.
Cavilla mendekati sebuah jungkat-jungkit dan memegangnya. Ia teringat semasa kecilnya saat di tempat lamanya yang sering bermain jungkat-jungkit bersama teman-temannya yang kini berpisah entah kemana.
"Rindu,"
"Cavilla!" ruah seseorang diujung sana.
Cavilla berbalik dan menatap dengan ekspresi terkejut orang tersebut.
******
Halo haloooo
Jangan lupa vomenttt, enggak voment aku nangis nih😭 bercanda deng:)
Masukkan ke RL atau Perpustakaan kalian yups💕
Rekomendasikan ke seluruh teman-kalian biar cerita ini ramai😘Gomawo (Terima kasih) buat yang udah komen dan vote juga baca😘
Saranghae🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)
Novela Juvenil[Part Lengkap] +Slow revisi+ 💠******💠 Bagaimana nasibmu, jika pacarmu digoda oleh orang ketiga? Menyebalkan bukan? Dan apa rasanya jika pacarmu malah merespon godaan tersebut? Kesal? Marah? atau malah biasa saja? Cavilla Syailen Zuhra si perempua...