Tarasya Beraksi

1.7K 60 2
                                    

Kalau dia salah harusnya lo minta dia buat minta maaf, bukan lo balas dendam! Enggak guna,

~Nadine Liana~

****

Carissa dan Ansya sedang bermain bersama di sebuah Cafe dekat Mall. Baru kali ini merela bermain hanya berdua, biasanya mereka akan bersama-sama dengan yang lain.

Mereka hanya berbincang-bincang kecil tentang masa lalu mereka saat dimana mereka masih imut-imut.

"Sampe sekarang gue taku sama laba-laba karet deh," ujar Ansya lalu terkekeh.

"Ih, geli sih itu," ujar Cavilla dengan wajah jijik membayangkan laba-laba karet yang persis seperti aslinya menempel di wajahnya, sungguh mengerikan sekali.

Ting!

Suara handphone berbunyi. Cavilla dan Ansya dengan kompak mengecek handphone mereka masing-masing.

"HP gue," ujar Cavilla memberitahu dan Ansya menganguk lalu memasukan handphonenya ke sling bag miliknya.

Cavilla membaca pesan yang terkirim. Seketika, Cavilla menjadi panik dan segera mengetik pesan untuk teman-temannya.

"Kita harus pergi sekarang!" perintah Cavilla yang membuat Ansya kebingungan.

"Sekarang?" tanya Ansya memastikan.

"Iya!" tegas Cavilla lalu beranjak pergi diikuti Ansya di belakangnya.

****

Semua berkumpul di dekat sebuah gudang. Ada Tama di sana sedang bersandar pada pohon yang agak jauh dari gudang tersebut. Mereka menghampiri Tama.

"Mereka dimana?" tanya Gio.

"Belum sampai, sekitar 5 menit lagi akan sampai," jawab Tama lalu memberi instruksi agar mereka mengikutinya.

Semua mengikuti arah perginya Tama dan mereka berhenti di belakang gudang tersebut yang terdapat banyak semak-semak, cocok untuk bersembunyi.

"Anatasya bakal melakukan hal buruk sekarang, gimana caranya kita harus halangi dia buat lakuin itu?" ujar Tama seraya bertanya.

Semua nampak berpikir keras. Waktu mereka tidak banyak, hanya tersisa 2 menit lagi untuk mereka menyusun rencana.

Tevan menjentikan tangannya, "Gue tau!"

Semua langsung menatap Tevan meminta segera menjelaskan rencananya kepada mereka.

***

Tarasya dan Gavino sudah sampai di gudang. Gavino terlihat bingung, mengapa Tarasya mengajaknya ke gudang seperti ini.

Gudang tua dan reyot. Gavino tidak suka melihat hal-hal seperti ini, namun ia masih bisa berpikir positif untuk saat ini.

"Kenapa ke sini?" tanya Gavino tetapi Tarasya tidak menjawabnya.

Tiba-tiba Tama datang dari arah belakang gudang. Tangannya ia masukkan ke saku celana dan menatap Gavino dengan tatapan tidak suka.

"Lama banget," protes Tama.

"Protes mulu," sindir Tarasya lalu mengajak kedua lelaki itu untuk masuk ke gudang.

Di dalam gudang terdapat 3 bangku dan 1 meja. Mereka duduk di sana dan Tarasya tersenyum melihatnya.

"Katanya lo mau cerita," ujar Tama yang memulai dramanya dengan mulus.

Gavino menaikan salah satu alisnya tanda bingung. Cerita? Ia tidak tau apa-apa, pikirnya yang kebingungan.

"Oh, sebelum gue cerita ... Gue mau bilang kalau, gue mau putus sama lo!" ujar Tarasya kepada Gavino.

"Kenapa?" tanya Gavino yang merasa tidak terima.

"Dengarkan ceritanya," ujar Tama.

"Dulu ada perempuan yang berpacaran diam-diam dengan seorang Ketos yang menyebalkan. Namun, saat memasuki SMA mereka tidak lagi saling mengabari satu sama lain," ucap Tarasya yang memulai cerita.

Gavino tidak asing dengan cerita itu, karna itu adalah cerita dirinya dan Anatasya.

Tarasya berdiri dan mendekati Gavino dengan senyum meremehkan.

"Si perempuan mencari keberadaan laki-laki itu. Namun, tenyata si laki-laki sudah mempunyai perempuan lain tanpa memutuskan hubungannya," lanjut Tarasya bercerita.

"Dan itu lo Anatasya!" tegas Gavino seraya bangkit dari duduknya.

"Udah tau? Dari mantan, ya?" tanya Tarasya.

Gavino kesal. Gavino sayang Tarasya, tetapi ia juga tidak bisa seperti ini. Gavino sadar bahwa ia salah waktu itu untuk tidak menghubunhgi Tarasya.

"Gimana pas gue putusin? Sakit?" tanya Tarasya tetapi tidak Gavino gubris.

"Gue lebih sakit!" bentak Tarasya.

Tama hanya menyaksikannya sesekali ia melirik jendela untuk memastikan Cavilla dan yang lainnya baik-baik saja.

"Gue salah! Iya, tapi lo bisa bicaraiin ini baik-baik. Gue sayang lo, lebih sayang dari gue sayang Cavilla bahkan," ujar Gavino tanpa berpikir panjang.

Dan di belakang gudang itu Cavilla yang mendengar ucapan Gavino barusan merasa sakit hati sekali. Ternyata selama ini ia hanya membuang-buang waktunya untuk Gavino.

Tarasya mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. Sambil berjalan Ia mengarahkan itu kepada Gavino.

Tama berlari ke arah Tarasya dan dengan cepat merampas pisau lipat itu dan membuangnya entah kemana. Tarasya menatap Tama.

"Kenapa?" sentak Tarasya.

"Lo udah hilang akal!" bentak Tama.

Brak!

Gio, Bagas, dan Tevan mendobrak pintu gudang yang padahal tidak di kunci. Tarasya menatap mereka. Tamu tidak diundangnya.

"Tarasya, cukup ya!" ucap Tevan dengan nada tinggi.

Tarasya terdiam. Ia langsung tertunduk takut dengan Tevan yang menyuruhnya .

"Ma-maaf," gagap Tarasya.

Gavino menjauh dari sana dan mendekati Gio. Tarasnya terduduk sembari menangis, ia telah dibutakan dengan balas dendam dan rasa sakit hati.

Tevan mendekati Tarasya dan memeluknya. Entah mengapa Cavilla merasa sakit melihat hal itu.

"Nyesel gak?" tanya Nadine kepada Gavino.

"Enggak," jawab Gavino penuh kebohongan.

"Sudah selesai." gumam Ansya yang melihat keheningan yanh tercipta setelahnya.

****

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Masukkan ke RL atau Perpustakaan kalian!

Saranghaeyo💕

Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang