Tama Erlan

1.5K 61 2
                                    

Terima kasih untuk coklatnya yang waktu itu,

~Cavilla Syailen Zuhra~

***

"Awas!" teriak Nadine yang sedang berlari mengejar Bagas.

Bagas mengambil sepatu Nadine yang Nadine lepas di Koridor sekolah karna ada batu yang masuk ke dalam sepatu tersebut.

"Nadine, jangan lari-lari!" peringat Cavilla saat Nadine melewati Cavilla.

"Bagas!" teriak Nadine yang tidak peduli dengan peringatan Cavilla.

Bruk

"Aww," ringis Nadine saat ia menabrak seorang lelaki yang pastinya bukan Bagas.

Cavilla berlari menuju Nadine yang terduduk di lantai. Cavilla membantu Nadine untuk beridiri.

"Enggak usah lari-larian kalau di lorong sekolah!" cetus lelaki tersebut.

"Tama?" kaget Cavilla saat melihat orang yang ditabrak Nadine adalah Tama Erlan.

"Cavilla, lo kenal dia?" tanya Nadine.

"Masa lo enggak tau atau lupa? Dia Tama yang dulu sering ngasih coklat buat gue," jelas Cavilla.

"Oh, ya? Gue lupa," ujar Nadine lalu terkekeh.

"Terima kasih untuk coklatnya yang waktu itu," ucap Cavilla berterima kasih kepada Tama.

"Sama-sama, gue pergi dulu," balas Tama lalu berpamitan.

"Dia Tama yang dulu pernah nyeburin buku tugas PKN gue 'kan?" tebak Nadine.

"Iya, benar!" ucap Cavilla.

"Glow up-nya cepet banget ya," gumam Nadine yang terpukau dengan perbedaan Tama yang dulu dan sekarang.

"Enggak kayak Bagas, ya?" tanya Cavilla.

Tiba-tiba Nadine menepuk jidatnya lupa tentang Bagas yang mengambil sebelah sepatunya.

"Bagas!" teriak Nadine lalu berlari lagi mencari Bagas yang pergi ntah kemana.

"Dasar." gumam Cavilla yang tidak abis pikir dengan dua sejoli itu.

***

Cavilla dan kawan-kawan sedang berada di taman belakang sekolah. Kini, tama belakang sekolah sudah seperti markas atau basecamp mereka untuk bersantai-santai.

"La, gue mau nanya," ujar Nadine.

"Iya, apa itu?"

"Kapan terakhir kali Tama ngasih coklat buat lo?" tanya Nadine dengan serius.

"Kalau enggak salah ... saat kamu bertengkar pertama kali sama Tarasya di Kantin," jawab Cavilla dengan jujur.

"Ohh, dia enggak sesering para cowok-cowok yang sering ngasih bunga, coklat, surat sampai penuh di loker atau kolong meja 'kan ya?" ujar Ansya lalu Cavilla menjawab dengan anggukan.

"Dia sekarang agak cuek," gumam Cavilla.

"Tama siapa, sih?" tanya Gio yang kebingungan.

"Itu loh, yang pernah enggak sengaja nyeburin buku tugas PKN Nadine," jawab Cavilla dan Gio mengganguk.

"Ohh, gue inget dia!" seru Bagas dengan semangat.

"Biasa aja dong," protes Nadine dan Bagas hanya tertawa kecil mendengar protesan kekasih kesayanganya itu.

"Tevan," panggil Cavilla.

Tevan tidak merespon, ia mengeluarkan tatapan kosong seolah sedang mengingat sesuatu.

"Van," panggil Cavilla lagi tetapi tetap tidak direspon.

"Tevan!" teriak Gio membuat Tevan tersadar.

"Hm," dehem Tevan.

"Lo ada masalah?" tanya Gio.

"Enggak," jawab Tevan lalu membenarkan posisi duduknya dan bersandar ke pohon.

"Terus kenapa bengong?" tanya Gio lagi yang penasaran.

"Enggak," jawab Tevan lagi dengan sama.

Gio mendengus sebal kepada Tevan yang merespon begitu-begitu saja.

"Gas," panggil Gio.

"Rem," balas Bagas dengan nada candaan.

"Bagas, bukan gas motor, apalagi mobil ," ujar Gio dengan sebal.

"Ada apa?" tanya Bagas.

"Enggak jadi, udah enggak mood buat ngomong," jawab Gio yang mulai bete.

"Itu sih, ngomong," tunjuk Ansya.

"Nah!" seru Bagas.

"Sya, lo jangan ikut-ikutan deh," pinta Gio lalu meluruskan kaki Ansya dan tidur di atas paha Ansya.

"Bayi gede," sindir Ansya.

"Kalian kok, jadi deket?" tanya Cavilla dengan curiga.

Ansya terdiam dan Gio membuka matanya kembali dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Kalian pacaran?" tebak Cavilla.

"Enggak!" jawab Ansya dan Gio bersamaan.

"Ciee ... kompak," goda Cavilla membuat Ansya menjadi malu dibuatnya.

"Awas, mau ke kelas," ujar Ansya mengusir Gio agar ia bisa ke kelas.

"Udahlah, di sini aja ... ada ayang-tersayang," goda Bagas lalu semua tertawa terkecuali Tevan.

"Gio, bangun," perintah Ansya tetapi tidak ditanggapi oleh Gio sedikit pun.

Cavilla menghampiri Tevan yang masih terdiam dan melamun, ntah sedang memikirkan apa dirinya, Cavilla tidak tau.

"Kalau ada masalah cerita, kita semua kawan, Van," bisik Cavilla di dekat telinga Tevan dan Tevan merespon dengan mengganguk saja.

***

Halooo halooooooo

Yang udah baca, jangan lupa vote dan komen yups💕
Masukkan cerita ini ke Reading List atau perpustakaan kalian😘

Rekomendasikan cerita ini ke seluruh teman-teman kalian juga💕

Saranghaeyo🌷

Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang