Kalau jatuh cinta bilang!
~Bagas & Gio~
"Pusing banget!" frustasi Nadine yang harus berhadapan dengan PR yang membuatnya pusing 7 keliling.
Bagas tertawa kecil lalu mengusap rambut Nadine, "Semangat!"
Sudah seminggu mereka semua berekpresi seperti biasanya lagi. Nadine dan Ansya meresa lega karna tidak harus mengeluarkan seluruh emosi mereka untuk membuat semuanya bersifat seperti dulu.
Semua terasa lebih nyaman bagi yang lain, kecuali Cavilla. Ia merasa canggung berhadapan dengan Tevan sekarang dan juga Tarasya yang kini menjadi temannya. Ntah, apa yang merasukinya sehingga ia harus merasa secanggung ini dengan dua orang tersebut.
"La, kenapa diem aja?" tanya Ansya dan semua menatap Cavilla.
Cavilla tersenyum kikuk, "Enggak, lagi ngehalu aja," jawab Cavilla.
"Ngehalu? Ngehaluin jadian sama Tevan?" ceplos Nadine dan langsung berpura-pura merenggangkan tubuhnya.
Cavilla tiba-tiba merasa jika wajahnya memanas dan ia langsung mengambil bantal merah muda milik Nadine lalu berpura-pura tidur dengan posisi miring membelakangi teman-temannya. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya sama sekali sekarang, rumit baginya.
Tevan mendekati Cavilla dan menjauhi Tarasya. Tarasya hanya diam menatap punggung Tevan yang sedang mendekati Cavilla.
Tevan pun duduk di hadapan Cavilla. Tevan tersenyum lalu mengusap kepala Cavilla dengan lembut.
"Dine, tangan lo kok lembut banget dan nambah gede?" tanya Cavilla yang masih tidak membuka matanya.
"Kesiram minyak tanah itu!" seru Gio dan langsung mendapat pukulan maut dari Nadine yang membuatnya meringis kesakitan.
Tevan terkekeh. Cavilla yang mendengar suara kekehan tersebut langsung membuka matanya dan menatap Tevan.
Saat tau itu Tevan dengan cepat Cavilla bangun dan segera berlari untuk ke kamar mandi yang berada di dekat kamar Nadine.
"Kalau jatuh cinta bilang!" kompak Bagas dan Gio.
"Enggak denger!" sahut Cavilla dengan suara kencang.
***
Cavilla sedang merapi-rapikan barang-barangnya ke dalam tas. Ia merasa kesal dengan teman-temannya ini yang terus-terusan menggodanya dan membuatnya salah tingkah.
"Yakin mau pulang?" tanya Ansya.
"Iya." singkat Cavilla dengan nada ketus.
Tevan dan Tarasya bangkit, membuat seluruh pandangan menatapnya termasuk Cavilla.
"Gue mau anter Tarasya dulu," ujar Tevan dan semua menganguk.
"Lo enggak nganter Cavilla?" tanya Bagas.
Tevan melirik sekilas Cavilla yang sedang memakai tas.
"Nan-"
"Gue duluan," ujar Cavilla dan tidak sengaja menyela ucapan Tevan.
"Hati-hati ya, La!" ujar Ansya dan Nadine dan Cavilla menganguk seraya tersenyum kepada seluruh teman-temannya lalu melambaikan tangannya.
Tevan terdiam menatap kepergian Cavilla. Bagas dan Gio mendekatinya dan menepuk bahu lelaki tersebut.
"Suka sama siapapun, lo harus bisa kasih kepastian," ujar Bagas dengan bijaknya.
***
Di sebuah pohon di ujung taman terdapat perempuan yang tidak lain adalah Cavilla yang tengah bersandar. Ia tidak langsung pulang ke rumah tapi ke taman yang penuh kenangannya dengan Gavino.
"Jujur, aku belum bisa sepenuhnya melupakannya," gumam Cavilla sembari menatap langit biru nan indah di sana.
Cavilla tersenyum melihat anak-anak kecil bermain di Taman dengan senang dan keceriaan menghiasi mereka.
"Gue kangen lo Gav, tapi gue benci lo dan Tarasya," lirih Cavilla.
Ia membuka tas dan mengambil kertas dan pulpen juga lem. Cavilla menuliskan sesuatu di atas kertas itu dan diberi ukiran-ukiran cantik di sana untuk menghiasinya. Setelah selesai ia menambahkan lem di belakang kertas.
Cavilla berdiri dan berjalan ke arah belakang pohong lalu menempelkan kertas tersebut ke pohon dan ia tambah sosaliban.
Semua selesai dan Cavilla membereskan semua lalu pergi dari taman.
***
"Villa pulang!" teriak Cavilla saat memasuki rumah lalu duduk di depan pintu.
Ibunda datang sembari berkata, "Tadi ada temen cowokmu yang nyariin."
"Cowok?" bingung Cavilla.
"Iya, Tevan!" ujar Ibunda yang mengingatnya.
Cavilla menganguk lalu berjalan untuk ke kamarnya. Ia lelah dan tidak mau berpikir apapun. Ibunda menatap putrinya itu bingung, tidak selerti biasanya ia begitu.
Cavilla memasuki kamar dan merebahkan badanya. Ia memejamkan matanya sambil sedikit berpikir tentang perasaannya yang tidak karuan ini.
Terlihat di meja belajar Cavilla dan foto dirinya sedang bersama Gavino, tersenyum dengan sumringah. Entah, sejak kapan ada foto itu terpajang di sana. Mungkin Cavilla lupa.
*****
Halo halooo
Jangan lupa voment ya💕
Rekomendasikan ke teman-teman kalian juga dan masukkan ke RL atau Perpustakaan kalian😘Saranghae🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)
Novela Juvenil[Part Lengkap] +Slow revisi+ 💠******💠 Bagaimana nasibmu, jika pacarmu digoda oleh orang ketiga? Menyebalkan bukan? Dan apa rasanya jika pacarmu malah merespon godaan tersebut? Kesal? Marah? atau malah biasa saja? Cavilla Syailen Zuhra si perempua...