Tevan berada di sebuah toko bunga. Ia mengamati bunga-bunga yang ada di sekeliling toko untuk memilih bunga mana yang bagus dan cocok untuk seseorang. Siapa lagi kalau bukan Cavilla.
Tevan bingung bunga apa yang Cavilla sukai. Tevan terlalu gengsi untuk bertanya bunga kesukaan Cavilla.
"Mas, nyari bunga apa?" tanya perempuan penjual bunga tersebut.
"Saya juga bingung," jawab Tevan yang masih mengamati bunga-bunga di sana.
"Buat pacar?" tanya perempuan penjual bunga itu.
"Calon, mbak," jawab Tevan lalu menatap penjual bunga tersebut.
"Loh? Tevan?" kaget perempuan tersebut seraya menunjuk ke arah Tevan.
"Ka-Kalista,"
****
Cavilla sedang duduk di bangku taman yang panjang. Ia sembari menunggu teman-temannya, Cavilla menyempatkan dirinya untuk merapikan dandanannya. Ia menunggu seseorang yang katanya akan memberikan kejutan di hari ulang tahunnya hari ini, tepat tanggal 30 Desember mendekati akhir tahun.
Cavilla berkaca di cermin kecil sebentar, lalu memasukannya kembali ke tas kecil miliknya dan langsung berdiri dan berjalan entah kemana.
Cavilla berjalan terus sampai akhirnya ia berada di sebuah taman mini dengan dihiasi bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. Cavilla berjongkok memandang indah bunga itu dan sesekali mencium harum yang keluar dari bunga tersebut.
Cavilla pun kembali melanjutkan perjalanannya. Ia berjalan dan akhirnya berhenti di sebuah kedai kopi minimalis. Cavilla sangat menyukai kopi kecuali kopi pahit dan hitam, ia lebih suka latte.
Cavilla memesan Coffee latte untuk menematinya menunggu orang yang akan memberikannya kejutan yang entah apalah kejutan itu.
"Cavilla," panggil seseorang.
"Eh, Gavino," sahut Cavilla dengan nada sedikit terkejut.
Gavino tersenyum tipis melihat Cavilla, "Boleh gue duduk?" tanya Gavino dan Cavilla balas anggukan.
Gavino duduk di hadapan Cavilla, lalu mengeluarkan kotak kecil putih dengan pita biru muda untuk Cavilla. Gavino menyodorkan kotak tersebut.
"Buat Villa?" tanya Cavilla.
"Bukan, buat ibunda," jawab Gavino dengan sinis.
"Nyebelin lo, gue tanya serius," ketus Cavilla.
"Iya buat lo," ujar Gavino.
Cavilla tersenyum senang lalu membuka kotak tersebut yang ternyata isinya cincin yang pernah Cavilla inginkan saat masih berpacaran dengan Gavino saat itu.
"Happy birtday, Villa!" seru Gavino.
"Masih inget rupanya, kak," gumam Cavilla
"Masih dong." ujar Gavino dengan bangga.
Cavilla dan Gavino dekat tapi tidak berpacaran lagi, mereka lebih terlihat seperti bersahabatan atau juga bisa dibilang adik--kakak. Walau hubungan mereka saat ini hanya teman-teman dan keluarga Cavilla yang tau. Gavino belum siap menerima ceramahan dari keluarganya yang akan membuat telinganya terasa terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Orang Ketiga! (LENGKAP!)
Teen Fiction[Part Lengkap] +Slow revisi+ 💠******💠 Bagaimana nasibmu, jika pacarmu digoda oleh orang ketiga? Menyebalkan bukan? Dan apa rasanya jika pacarmu malah merespon godaan tersebut? Kesal? Marah? atau malah biasa saja? Cavilla Syailen Zuhra si perempua...