✨✨✨
15.08 pm kst.
Hening, dan suram. Itu yang dirasakan oleh beberapa orang yang ada di ruang keluarga milik keluarga Park. Hanya suara heboh jeritan si bayi yang terdengar kala melihat ayahnya tiba-tiba datang dan membawanya ke dalam pelukan hangat sang ayah.
"Yayah!" ucap Jioo pelan. Tertawa senang ketika ayahnya beberapa kali mengecupi wajahnya.
"Sayang— iya, anak ayah sayang, maafin ayah ya nak," jawab Yoongi tak kalah pelannya, pandangannya sudah tertuju kepada wanita yang sedang duduk menunduk di depannya— yaitu, istrinya, Hyeji.
Sedangkan, hati wanita itu sedang berdebar-debar tak karuan kala mendapati suaminya tiba-tiba datang tanpa ia ketahui sama sekali. Ia sebenarnya sudah bisa menebak, jika ia memilih kabur ke rumah Park Jimin, pasti lelaki itu tidak akan diam saja alias akan berkoar-koar kepada suaminya secara diam-diam jika dirinya sedang ada di rumahnya. Berani bersumpah jika setelah ini Jimin akan berpura-pura menjadi manusia paling polos di dunia, berakting seakan tidak tahu apa-apa.
Ya, tipikal Jimin sekali, malaikat yang bangun kesiangan.
"Nyillll, ikut paman sama tante dulu yuk? Kita main di luar ya mumpung cuaca enggak panas," Jimin merebut Jioo yang sedang nyaman di gendongan ayahnya, melangkah pergi untuk menuju ke halaman belakang rumahnya, diikuti dengan Aera yang sudah membawa beberapa mainan Jioo dan botol susunya, ia pun memilih diam saja karena jujur saja ia juga ikut panik dengan hawa awan hitam yang mencekam menyelimuti Hyeji dan juga Yoongi.
Beberapa saat setelah Jimin, Jioo dan Aera benar-benar keluar dari rumah minimalis bangunan baru itu, Yoongi baru berani melangkahkan kakinya untuk duduk mendekati Hyeji yang masih tetap diam tanpa mau menatapnya sama sekali.
"S-sayang..." Yoongi meraih kedua pergelangan tangan Hyeji, membawanya ke dalam pangkuannya, mengelus dengan lembut punggung tangan istrinya dengan ibu jarinya, "kamu udah makan?" tanyanya, yang kali ini sudah merapikan helaian rambut panjang istrinya, menyelipkannya ke belakang telinga.
Hyeji geleng kepala, berat sekali membuka mulut untuk saat ini, matanya pun masih tetap enggan menatap wajah suaminya yang sekarang sudah ada di sampingnya.
"Makan ya, biar aku ambilin dulu, kebetulan aku tadi mampir beli makanan kesukaanmu sama beli susu merk favoritmu biasanya yang cuma ada di busan," Yoongi mengelus puncak kepala istrinya, dan lalu bergegas mengambilkan makanan yang sempat dia beli tadi, karena ia tahu jelas pasti istrinya itu tidak akan bisa makan dengan tenang sebelum ia datang menjemput.
Hyeji hanya diam saja. Ia tak mengelak pun berkutik sedikitpun. Ia memang lapar, jujur. Dan ketika mendapat perhatian kecil dari suaminya meskipun mereka sedang dalam masalah, tentu saja membuatnya tak akan ambil pusing untuk menolak ataupun gengsi yang berlebihan. Karena, tips untuk menyelesaikan masalah adalah apa yang ada di isi kepala harus dingin. Berpikir kritis, menyelaraskan antara logika dan juga hati agar tak saling bertolak belakang.
Dan kali ini, Yoongi berhasil menyuapi lima suap nasi dan juga lauk pauk untuk Hyeji. Awalnya menolak untuk disuapi, namun karena suaminya itu memaksa, berakhirlah dengan menyerah tanpa perlawanan.
Mereka sama-sama saling diam. Hanya samar-samar terdengar suara bising di luar sana karena sepertinya anak mereka sedang diajak bermain bola oleh Jimin dan juga Aera. Hal itu tentu saja membuat hati Hyeji sedikit merasa tidak enak. Seharusnya ia tidak boleh lagi merepotkan Jimin karena jelas lelaki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu sudah memiliki keluarganya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Simple, i love you.
Fanfic[COMPLETED] [AFTER, YOU (=i)] Min Yoongi 'bucin' the series; 1. Tsundere [End] 2. You (=i) [End] 3. Simple, I Love You [End] Dari kak Yoyon- jadi, Ayah Minmin. Dari si Bocil- jadi, Bunda Hyeji. -Setiap hari ribut, dari hal kecil ke yang besar...