“Aku tak percaya kau tidak mengundangku ke pesta ini,” kata Varda menghampiriku. Winny setengah kaget melihat keberadaan Varda. Wajahnya seolah bertanya ‘kenapa dia bisa ke sini?’
“Sebenarnya kita....” Kalimatku menggantung.
Dan aku ingin mati berdiri ketika Varda menyelaku, “Tidak ada kita, Ze.” Aku terhempas seketika, seolah aku berdiri di tepi jurang dan semua orang mendorongku. Sesaat kemudian perempuan kurus itu mendekatinya, dan yang kulihat saat itu Varda memeluk pinggangnya yang kecil. Sebenarnya mungkin tidak sekurus yang kalian pikirkan, hanya saja aku tidak suka tubuhnya yang sangat ideal jika dibandingkan dengan tubuhku. Tubuhnya ramping dan tidak ada yang terlihat lebar dari lekukan tubuhnya.
Berbeda denganku, dari mulai kepala sampai kaki, terlihat tidak simetris. Kepalaku kecil namun jika diperhatikan pipiku terlihat lebih besar. Belum lagi pundak dan tanganku, membawanya saja aku merasa keberatan. Dan perutku, walaupun tidak terlalu buncit namun agak sedikit aneh jika perempuan memiliki perut sepertiku. Juga betisku yang sama besarnya. Cukup dengan kondisi tubuhku. Aku hanya beruntung karena aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Dan, aku tidak merasa terganggu dengan tubuhku sendiri.
“Siapa dia Honey?” tanya perempuan kurus itu bergelayut di tangannya.
“Ah ini, dia hanya teman lamaku,” jawab Varda tersenyum padanya, di depanku.
Apa? Aku sangat ingin menjahit mulutnya saat itu juga.
Namun tidak dengan Winny, “Ini Ze, dia mantan kekasih Varda, kau tahu.”
Apa lagi ini? Aku akan menghukum Winny setelah pesta usai.
“Apa? Dia mantanmu?” Perempuan itu terlihat kaget, matanya memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Aku kira mantanmu itu... Dia.” Perempuan kurus itu menunjuk Winny.
“Seleramu memang payah Honey.” Dia berbisik di telinga Varda, namun aku masih jelas mendengarnya.
Aku menyeret tangan Varda sehingga melepaskan pelukannya dari perempuan itu, menjauh darinya.
“Aku ingin kau pergi dari hadapanku, dan bawa kekasih barumu itu,” kataku geram pada Varda.
“Kalau tidak, aku pasti tidak akan bisa menahan emosiku untuk mempermalukanmu dan kekasihmu itu,” lanjutku mencoba mengancamnya, namun sebenarnya itu bukan ancaman bagi Varda.
“Oke, aku tahu kau pasti sakit kan melihatku bermesraan dengannya?”
“Oh My God! Varda, itu tidak mungkin.”
Aku memalingkan wajahku dari Varda, jelas aku sudah tidak ingin melihatnya lagi. Aku beranjak meninggalkan Varda di sisi panggangan.
Winny menghampiriku di kursi taman di belakang kantor.
“Apakah kau sesakit itu melihat Varda dengan kekasih barunya?” tanya Winny terbata-bata.
“Tidak, aku sadar, aku mungkin tidak cantik, aku gendut, dan Varda pantas mendapatkan perempuan yang diimpikannya.”
“Aku yakin, laki-laki mencintai perempuannya bukan hanya karena itu, lagi pula kau itu wanita tercantik yang pernah aku temui, dan hatimu paling cantik. Kau tahu, cantik itu relatif, Ze....”
“Terima kasih telah menghiburku, Winny.”
Tidak lama aku mendengar suara ribut di hiruk pikuk pesta. Sesekali aku mendengar semua orang tertawa, kemudian hening namun ada suara seseorang yang menggema dari sana.
Apa yang aku lihat adalah bentuk kekacauan. Di sana, di depan semua orang, terlihat Varda sempoyongan memegang satu kaleng bir.
Aku hanya bisa menonton dari jauh, melihatnya yang terlihat kacau.
“Lihat di sana!” Tangannya menunjuk padaku dan semua mata tertuju padaku.
“Aku sangat mencintai perempuan itu, bahkan kemarin aku melamarnya dengan cincin ini.” Tangannya merogoh saku jasnya, mungkin mencari-cari kotak cincin yang sempat ia berikan padaku. Tidak membutuhkan waktu lama, Varda mengacungkan sebuah kotak kecil, membukanya, lalu menunjukkannya pada kami.
Aku sudah tidak tahan melihatnya, benar-benar memalukan. Aku melangkahkan kakiku pergi darisana, mengendap-endap, namun aku mendengar namaku disebut, “Kau dengar Ze, aku akan melamarmu di sini, di pestamu, di kantormu, di depan semua rekan kerjamu, bahkan Bosmu akan mendukungku.” Varda berhenti mengambil napas sejenak.
“Dan kau, Yoka. Setelah ini kau akan berhenti mendekati Ze, kau akan menyerah memiliki Ze, aku yang akan memiliki Ze, seutuhnya, selamanya.”
Sebagian orang berteriak dan sebagian lagi menutup mulutnya. Mataku mencari-cari Bilham, aku melihatnya sedang menatapku tersenyum, entah sudah berapa lama dia menatapku seperti itu. Kemudian aku melihat perempuan kurus itu di seberang, matanya terlihat geram, menatapku tajam.
“Kali ini aku yakin kau tidak akan menolakku, Ze...,” katanya tak tahu malu. Dengan percaya diri dia menghampiriku dengan langkahnya yang sempoyongan. Berlutut di hadapanku dan menyodorkan cincin itu padaku, untuk yang kedua kalinya. Aku terpaku. Sebenarnya aku kasihan sekali melihat Varda melakukan semua ini, mempermalukan dirinya sendiri seperti ini. Apa yang harus aku lakukan?
Jika aku menerimanya, bagaimana dengan perasaanku? Aku tidak ingin mempunyai hubungan apa pun lagi dengannya. Jika aku menolak, aku akan lebih mempermalukannya.
Semua orang terlihat tidak sabar menunggu hasil akhirnya, hampir semua orang berteriak “Terima! Terima! Terima!” Aku berusaha untuk tetap tenang, mencoba untuk senyum dan berusaha membuat Varda berdiri dan menyadarkannya. Namun tidak semudah itu, Varda mencoba memakaikan cincin itu pada jari manisku dengan paksa.
Seseorang menghentikannya, Bilham berdiri di belakang Varda dan membuatnya berdiri lagi. Cincin itu pun terlepas dari tangannya dan terjatuh menggelinding, semua orang menyingkir membiarkan cincin itu terus menggelinding, dan berhenti di depan si perempuan kurus itu.
Biham mencengkeram jas Varda dan memukul wajahnya dengan keras, sehingga bibirnya sedikit mengeluarkan darah.
“Sadarlah, dan berhenti mempermalukan diri sendiri!” teriaknya.
Aku masih mematung di depan mereka, di tengah semua orang yang berteriak dan saling berbisik. Hingga, Winny menyeret tanganku, dan membawaku keluar dari kerumunan itu, tidak percaya aku meninggalkan pestaku sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect-Less
Genç Kız EdebiyatıThe perfection is living by your own standards, not your mother's or anyone else's Orang-Orang disekelilingku selalu menginginkan hidupku yang sempurna. Ibuku dengan pernikahanku, kekasihku dengan berat badanku, dan Bosku dengan pekerjaanku. Mereka...