Maret, 2021
Setelah ikut kerja bakti beberapa minggu dan ikut pengajian bapak-bapak dua kali, akhirnya gue berhasil mengumpulkan teman sepantaran. Nggak banyak sih, at least gue nggak dipandang sok muda sama warga komplek karena hari-hari mainnya sama anak remas mulu.
Mereka adalah Bian, Wafda, dan Danar. Anak komplek sini juga. Kalo si Bian abangnya si Aji, dan Wafda itu masnya si Mahesa (Esa). Kalo Danar nggak ada adeknya.
Jujur sejujur jujurnya, alasan gue get along well sama mereka sebenernya bukan karena kami seumuran. Tapi karena mereka demen sama Inez.
Siapa sih, yang rela nongkrong di rumah gue, demi nungguin Inez pulang?
Ya cuma mereka bertiga.
Padahal kayanya kepulangan Inez tuh cuma dia, pihak maskapai, dan Tuhan yang tau, karena emang nggak nentu banget.
Karena itu bujang tiga sering main ke rumah gue (yang sekarang disebut basecamp), duda anak satu samping rumah jadi ikutan juga. Kalo main ke sini suka bawa anaknya yang baru 6 bulan, namanya Chava.
Semenjak itu, ada beberapa barang-barang anak bayi nangkring di ujung ruang tengah gue. Sebut aja minyak telon, atau bantal, atau pacifier. Pasti gue punya. Eh, enggak sih, itu punya Chava. Tapi kan udah di rumah gue berarti itu jadi hak milik gue (meskipun yang pake Si Chava)
Setau gue, Juna ini kerja di kemenkeu, sering tidak ditemukan di rumah untuk perjalanan dinas. Bian kerjanya di Jakarta sebagai budak korporat. Kalo sore jarang di rumah soalnya masih dalam perjalanan pulang. Wafda kerja sebagai guru musik di salah satu sekolah swasta internasional plus plus yang SPPnya bisa buat bayar cicilan rumah gue 1 bulan. Kalo Danar tuh judul film horor.
Eh, itu Danur ding!
"Bang, ini kulkas lo kosong melompong kok nggak lo isi sih!"
Gue memanjangkan leher, melihat ke arah dapur yang lagi diinvasi Bian. "Kosong apaan? Kemaren gue udah belanja ya!" sahut gue tak terima.
"Apaan ini isinya sayur doang? Lo tinggal sama kambing apa gimana?"
Ketika rumah lo dijadikan basecamp, ada satu aturan yang harusnya lo penuhi. Ketersediaan bahan makanan. Apalagi tiga orang itu kalo makan suka nggak tau diri. Suka pilih-pilih pula.
"Lo gofood sini aja deh,"
"Boleh? Asiik~"
"Bi gue juga mau dong! Lu pesen apa?"
"Mekdi aja Bang, yang burger rendang enak," kata Danar.
"Gue pengen kaefsi tapi?"
"Ssst, gue nggak menerima orderan apapun selain mekdi." titah Bian. "Alamatnya apa Bang?"
Gue mah ngikut aja deh daripada tambah ribut. "Jalan Anggrek 11A, Blok A. Rumah warna putih abu-abu,"
"Macam anak SMA aja, putih abu-abu," kata Bian, masih menatap ponselnya sedang konsentrasi masukin alamat gue ke aplikasi gojec. "Oke, Bigmacnya 3, burger rendangnya 1, kentangnya 4, minumnya 4 ya?" lanjutnya memastikan pesanan.
"Lah kok pada bigmac semua? Gue ganti lah bang!" protes Danar ketika tau semua dipesenin bigmac.
"Ck, plinplan deh lu kayak cewek. Bigmacnya 4 yak?"
"Kok 4 Bi?"
"Iya, gue 2 soalnya laper," kata Bian yang langsung disorakin oleh 2 temennya. Nggak heran sih kalo Bian makannya banyak. Bisa dilihat dari betapa makmur pipinya dan senyum bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA - SUNGJIN DAY6
FanfictionMapan, Tampan, Rumah Cicilan. Nggak papa, yang penting atas nama sendiri. - Sahya, 28thn Keseharian Sahya setelah ajuan KPRnya dikabulkan. Sekarang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan perumahan. Bismillah, semoga tetangganya nggak suka m...