Januari, 2021
Inget nggak sih, dulu ngetren sebuah kalimat di brosur penjualan rumah, yang kurang lebih seperti :
Beli Rumah Bonus Istri
Sebagai kaum terpelajar, meskipun nggak ngerti-ngerti banget tentang dunia properti, tentunya gue nggak langsung percaya.
Men, mana mungkin.
Masa iya, waktu kita beli rumah, nanti di dalemnya udah ada wanita yang mengklaim dirinya sebagai istri, lalu bikinin kita makanan, nyiapin air hangat, bersihin rumah, dan juga berhubungan—oke, gausah dijelasin.
Yang pasti, gue nggak percaya sama 4 kata di atas.
Nyatanya, sekarang gue malah kemakan sama brosur begituan. Enggak, bukan di bagian bonus istri-nya. Tapi emang dari konten brosurnya, ini yang paling terlihat menjanjikan. Dilihat dari desain rumah di brosur yang oke punya, fasilitas di perumahan, jaraknya yang nggak jauh dari kantor, dan segenap poin plus-plus lainnya, tentu itu nggak bisa gue abaikan.
Emang sih, waktu gue tau harganya, gue sempet syok. Ternyata harga rumah setinggi ini. Tapi ya balik lagi, fasilitasnya itu loh.
Apalagi waktu gue survey, dan bawa temen gue yang ngerti luar dalam sama urusan properti.
"Bagus nih, dalem perumahan, rumahnya juga oke, nggak ada kendala air, listrik, segala macem. Yah meskipun bising suara pesawat tapi masih nyaman kok,"
Approved ✔
Jadi setelah gue deal sana sini, tanda tangan ini itu, akhirnya hari ini gue terima kunci.
SAIK.
Rumah yang akan gue tempati ini, berupa bangunan dua lantai dengan 3 kamar tidur, ruang komunal yang lega, dan juga pencahayaan alami dari jendela-jendela besar, sehingga kalo siang gue nggak perlu-perlu amat nyalain lampu.
Rumah ini yang akan menjadi tempat tinggal gue selama beberapa tahun, sebelum mungkin nanti gue kaya raya dan pindah ke tempat yang lebih luas. Di dalam sebuah perumahan menengah menjorok ke arah mewah, yang jalanannya udah pake hotmix, dan dijamin anti banjir (kata developernya), plus penjagaan satpam di depan komplek.
Aman tentram dah hidup gue meskipun dalam 10 tahun ke depan bakal ada pengeluaran buat cicilan rumah ini.
Nggak papa, yang penting atas nama sendiri.
Karena rumahnya semi furnished, barang-barang kaya sofa, lemari, meja makan udah ada. Di kamar utama pun, udah lengkap banget, kasur sama meja rias juga ada. Gue tinggal tambahin dikit-dikit, pasang AC, wifi, tv, dan perintilan lainnya.
"Kalau di sini setiap hari minggu ada kegiatan mas. Kadang ada kerja bakti, atau senam pagi. Tergantung anak-anak remaja masjid. Kadang sore-sore juga rame di lapangan blok D, pada olah raga. Tiap dua minggu sekali malam Jum'at ada pengajian di rumah-rumah warga. Kalo sampeyan mau gabung, silakan," Pak Ruslan, Ketua RT 12 yang menjelaskan kebiasaan warga di sini.
"Di sini aman kan ya, Pak? Saya nggak perlu pasang pagar kan?"
"Aman, Mas. Insyaallah. Gerbang dijaga full 24 jam, biasanya ada satpam muter juga,"
"Kalo ada yang hilang paling ya cuma muter di sekitar sini aja kok," tambahnya.
Lah... nggak aman sama tetangga sendiri dong?
Tatapan gue berubah drastis menatap bapak yang sudah cocok punya cucu ini, sebelum dia buru-buru menambahi "Paling yang hilang tuh pot, atau selang, atau ayam. Nggak pernah sampe hilang motor kok, mas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA - SUNGJIN DAY6
FanfictionMapan, Tampan, Rumah Cicilan. Nggak papa, yang penting atas nama sendiri. - Sahya, 28thn Keseharian Sahya setelah ajuan KPRnya dikabulkan. Sekarang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan perumahan. Bismillah, semoga tetangganya nggak suka m...