Axero menatap sebuah cincin yang berada di genggamannya. Cincin itu sangat indah, bertahtakan berlian dengan hiasan berbentuk sayap di sisinya. Cincin yang seharusnya ia pasangkan di jari manis Clauva, kini harus disimpan begitu saja di lacinya.
Clauva sudah meninggalkan ruangannya sejak beberapa jam yang lalu. Axero tentu menyadari raut wajah kecewa Clauva saat pria itu mengatakan Putri Arlina sedang mengandung anaknya.
Axero berbohong. Semua perkataannya tadi hanyalah kebohongan belaka demi membuat Clauva benci padanya. Axero ingin gadis itu membencinya, tidak berharap padanya lagi, dengan begitu ia dapat dengan mudah menancapkan pedangnya pada jantung Clauva, suatu saat nanti.
Axero sudah yakin apa yang dilakukannya ini adalah hal yang tepat, pertunangannya dengan Putri Arlina hanyalah umpan yang ia berikan pada Lucifer. Axero tau Lucifer pasti mengawasinya dari kejauhan. Axero juga sudah tau semua rencana licik Lucifer sebelum Clauva mengatakannya.
Itulah sebabnya dulu ia memilih mempertahankan Clauva dan berperang dengan Lucifer, namun Clauva malah memilih pergi dengan Lucifer agar peperangan itu tidak terjadi.
"Kau baik-baik saja?"
"Tidak." Jawab Axero dengan jujur. Tentu saja, setelah semua yang telah terjadi benar-benar berdampak buruk padanya.
"Oliver," panggil Axero. Oliver adalah nama baru yang diberikannya beberapa hari yang lalu untuk jiwanya yang lain.
"Hm?"
"Apa aku sudah mengambil tindakan yang tepat?" Tanya Axero.
"Ya. Kita harus merelakannya. Jika dengan membunuh Clauva dapat menghentikan rencana Lucifer dan menghilangkan kutukan itu, kau harus melakukannya."
"Haruskah aku yang membunuhnya? Membunuh mateku sendiri? Mate yang sudah kutunggu dengan lama kehadirannya," ucap Axero serak. Tidak pernah sama sekali ia berbicara semenyedihkan ini di hadapan orang lain, berbicara dengan Oliver termasuk tindakan yang tepat.
Oliver terdiam, tentu saja ia dapat merasakan bagaimana sakitnya Axero saat ini. Axero, pria itu walau terlihat kejam, tegas, angkuh dan sangat berkuasa, namun semua orang sama sekali tidak mengetahui bagaimana ia yang sebenarnya. Oliver menyadari saat Clauva hadir di hidup Axero, perlahan pria itu menunjukkan sifat yang tidak pernah ia tunjukkan di hadapan orang lain.
"Kau harus merelakannya. Ngomong-ngomong, aku baru sadar kita bisa berbicara sedekat ini." Ucap Oliver mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Jangan mengalihkan topik." Ucap Axero tajam.
Oliver tertawa pelan, "kau sangat menyedihkan."
"Sepertinya aku terlalu berlebihan mengatakannya."
Axero menutup matanya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang sedang ia duduki, tangan kanannya yang sedang menggenggam cincin itu ia letakkan untuk menutupi matanya.
"Aku menyakiti hatinya. Dia tidak akan memaafkanku Haruskah aku berpisah dengannya dengan cara semenyedihkan ini?" Gumam Axero.
"Aku tidak menyangka bisa melihat sisi lain dari dirimu. Saat ini kau terlihat sangat lemah." Ejek Oliver.
"Kau benar. Setelah aku mengalahkan Lucifer nanti, aku akan membunuh Clauva. Lalu, saat itu telah terjadi, kau semakin bisa mengendalikan diriku. Kekuatanku akan semakin melemah jika tidak ada mate di sampingku. Kau bisa bebas melakukan apa saja pada tubuhku." Jelas Axero.
"Hah, aku baru menyadari hal yang satu itu."
"Bodoh."
"Apa menurutmu ini akan berjalan dengan mudah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel King Is My Mate (2) -END-
FantasyCerita ini berisi chapter lanjutan dari cerita The Cruel King Is My Mate di akun @Jovi_ka Jadi sebelum baca chapter di cerita ini, baca dulu chapter sebelumnya ya! Published: 1 April 2020 Finished: 24 Maret 2021 *** Clauva hanyalah gadis desa biasa...