"Aaaaa lucu sekali! Paman, ini untukku, ya! Aku mau ini!" Elicca, gadis kecil itu memeluk buntalan bulu itu dengan gemas, buntalan bulu hidup yang tak lain adalah Snow."Kau ini siapa?" Tanya Snow kesal karena Elicca terus-menerus memeluknya hingga membuatnya kesulitan bernapas.
"Tidak boleh, walau kecil begini dia itu penjaga hutan kerajaanku. Jangan memeluknya terus, bisa-bisa dia mati." Oliver memisahkan kedua makhluk itu.
"Pelit! Kalau begitu berikan aku makanan! Aku lapar karena kau tidak mau memberikan apel itu," Elicca mencebikkan bibirnya kesal.
Oliver menatap gadis kecil di depannya dengan frustasi, "kau! Dasar merepotkan."
"P-paman memarahiku?" Mata gadis itu berkaca-kaca menatap Oliver.
Oliver yang melihatnya pun langsung panik, "astaga! Aku sama sekali tidak marah, jangan menangis.. cup.. cup.."
Oliver menepuk-nepuk puncak kepala Elicca, berusaha membuat gadis kecil itu berhenti menangis, namun dalam hatinya ia sangat-sangat ingin melempar gadis kecil itu keluar dari kerajaannya.
Oliver salah menduga tadi, saat pertama kali melihat wajah gadis itu, yang pertama kali terlintas di pikiran Oliver adalah sosok Clauva. Wajah mereka sangat mirip, rambut, mata, semuanya sangat mirip. Namun melihat sikap menyebalkan gadis kecil yang mengaku bernama Elicca itu, Oliver seakan ditampar oleh kenyataan.
Sifat mereka berdua benar-benar berbeda! Clauva yang ia tau adalah gadis yang lembut dan anggun, berbeda dengan Elicca yang memiliki sifat menyebalkan dan merepotkan. Sepertinya ekspetasinya terlalu tinggi.
"Suruh pelayan membawakan makanan untuknya." Oliver melirik Eugeo, pria itu segera melaksanakan perintahnya.
Elicca tersenyum manis, sangat-sangat manis hingga membuat Oliver ingin menampar wajahnya, "terimakasih, Paman."
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu. Aku ini seorang Raja, astaga." Gemas Oliver.
"Umur Paman berapa?" Tanya Elicca.
Oliver berpikir sejenak, "sekitar 4.000 tahun mungkin?"
"Wah, tua sekali! Apa aku harus memanggil Paman dengan sebutan Kakek?" Ucap gadis itu dengan wajah polos.
"Apa?! Kau-"
"A-ah, Yang Mulia tenanglah, dia hanyalah anak kecil." Snow mencoba menenangkan Oliver yang sekarang ini sangat ingin menendang Elicca.
"Jadi, namamu Elicca, kan? Bagaimana bisa kau memasuki kebun apel kerajaan?" Tanya Snow mengalihkan pembicaraan.
"Oh, soal itu. Aku hanya terbang memasukinya." Jawab Elicca singkat.
"H-hanya itu?"
"Ya,"
"Kau yakin? Lalu bagaimana mungkin kau memiliki sayap itu? Kau dari kaum apa? Fairy? Tapi sayapmu berbeda," ucap Snow kebingungan.
Elicca tersenyum bangga, "aku ini malaikat! Lihat, sayapku bagus, kan?" Elicca merentangkan sayapnya, berharap Snow memujinya.
"Hah? Malaikat?"
"Omong kosong. Mana ada malaikat mencuri di kebun apelku." Jawab Oliver sinis. Ia terlihat sangat kesal.
"Aku tidak mencuri, aku hanya menyicipi apel itu!" Ucap Elicca membela dirinya sendiri.
"Kalau begitu kau harus membayar semua apel yang sudah kau makan," Oliver menatap Elicca dengan senyuman miring, menunjukkan eksistensinya.
Elicca gelagapan, "aku tidak punya uang, Paman. Aku datang cuman ingin jalan-jalan, di tempatku sangat membosankan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel King Is My Mate (2) -END-
FantasyCerita ini berisi chapter lanjutan dari cerita The Cruel King Is My Mate di akun @Jovi_ka Jadi sebelum baca chapter di cerita ini, baca dulu chapter sebelumnya ya! Published: 1 April 2020 Finished: 24 Maret 2021 *** Clauva hanyalah gadis desa biasa...