MEI berjalan di koridor menuju kelas XII MIPA 4, dengan membawa bekal yang berisi nasi goreng di tangannya. Ia berjalan dengan riang dan senyum manis yang tak luntur barang sedetikpun dari wajahnya. Sesekali Mei membalas sapaan orang-orang yang berada di koridor.
Siapa yang tidak kenal dengan Merisa Clauria Rameyza? Cucu dari pemilik sekolah The Higt School Giorgino tempat Mei berpijak saat ini. Ayahnya seorang CEO yang tak lain adalah Bryan Fernando dan ibunya seorang dokter terhandal plus tercantik seantero, Annisa Lauren Giorgino. Sempurna! Perpaduan yang pas dan bibit unggul tentunya.
Meski begitu Mei tidak sombong ataupun berbangga diri, dia tetap ramah dan rendah hati. Sikap ceria nan polosnya membuat orang-orang selalu tersenyum dan nyaman di dekatnya.
Tok! Tok! Tok!
Mei mengetuk pintu kelas XII MIPA 4, kelas di mana sang laki-laki yang Mei idolakan menuntut ilmu. Hmm lebih tepatnya, laki-laki yang Mei cintai.
"Eh dedek Memes, sini masuk." Celutuk Reza yang tengah berkumpul di meja belakang bersama sahabat-sahabatnya.
Reza Pradipta, salah satu sahabat dari laki-laki yang Mei cintai, sikapnya yang bobrok dan receh namun peduli, itulah Reza. Oh! Jangan lupakan wajah imutnya yang tak ingin diakuinya.
Ditempat Reza duduk juga ada Riko Merikso, namun sering dipelesetkan Reza menjadi Riko Mersiko, teman laknat emang. Tak jauh-jauh dari Reza, Riko sama gradiennya a.k.a miring. Selain kepada Mei, Reza juga sering memanggil Riko dengan embel-embel dek karena postur tubuh Riko yang mungil.
Seperti most wanted school pada umumnya, di kelompok mereka juga ada si kutub es. Sebut saja namanya Regan Dinata, si makhluk es yang bicara saat merasa penting saja dan tidak suka basa-basi. Memiliki pahatan wajah yang sempurna, hingga ia dijuluki "the real cogan wattpad".
Terakhir, Revano Argantara. Laki-laki yang dipuja-puja oleh Mei. Namun, kecantikan, kepintaran, keramahan, kekayaan, dan segala bentuk kelebihan yang dimiliki Mei, tidaklah cukup meruntuhkan tembok moto Revano Argantara, 'cewek makhluk egois tak punya hati!'. Kalimat moto yang dijunjung tinggi oleh Revan itu, menimbulkan isu bahwa ia belok. Revan tidak menyangkal, apalagi membenarkan, ia hanya tah acuh. Ia tak acuh, bukan berarti tidak tahu siapa dalang peyebar gosip itu, dalangnya adalah beberapa perempuan yang pernah ia tolak secara terang-terangan. Dan itu menambah satu lagi poin alasan Revan untuk tetap dan selamanya menjaga tembok moto itu dengan kuat.
Mei melangkah masuk dengan senyum yang masih mengembang. Murid-murid XII MIPA 4 sudah sangat mengenal Mei selama dua bulan ini. Apa yang mereka lihat saat ini sesuatu hal biasa terjadi. Dalam langkah Mei menuju meja belakang, tidak sedikit yang menyapa Mei dengan ramah.
"Hai Memei, cantik!" Sapa Rion sang ketua kelas yang pintar namun bobrok, ia satu perguruan dengan Reza dan Riko.
"Halo Kak Rion, ganteng!" Balas Mei sembari mengedipkan matanya.
"Dede Memes, modelan kayak ekor panci kok dibilang ganteng, sih." Teriak Riko tak terima.
"Tau, jangan bilang dede Memes udah ganti aliran dari yang tadinya sang pangeran berkuda putih berpindah ke kurcacinya Snowhite." Ucap Reza mendramatisir.
Rion menempeleng kepala Reza. "Lo kali tikus-tikusnya Cinderella!" Balasnya tak terima.
Mei terkikik geli mendengar celotehan tak jelas dari kakak kelasnya itu. "Mei, masih suka kak Epan kok." Ucap Mei sembari memandangi Revan. Namun, yang dipandang hanya sibuk memainkan gim di ponselnya.
"Oh bagus deh, tenyata mata dede Memes masih sehat." Ucap Reza lega sembari mengelus dada. Sedangkan Rion yang melihat itu mencibir dan ngacir ke luar kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Pagi
JugendliteraturSeorang gadis periang yang selalu memberikan senyum termanisnya saat bertegur sapa dengan lesung di pipi kanannya. Memiliki sikap yang manja namun pantang menyerah. Sikapnya yang ramah dan ceria membuat orang-orang tersenyum saat di dekatnya, dan be...