06 Ω Sebuah Keputusan

17.8K 436 12
                                    

Linda antisipasi saat lajuan mobil melintasi jalanan yang lebih mirip dengan hutan. Ia merasa familiar. Tak lama kemudian, sebuah rumah kecil sederhana bernuansa warm terlihat di kepalan matanya.

Kecepatan mobil perlahan melambat dan berhenti di depan rumah tersebut. Di samping rumah terdapat pemandangan sungai luas yang alami. Sungguh jernih dan tenang.

Tetapi berbeda dengan Linda, mimik wajahnya datar. Seakan tidak terpengaruh oleh pemandangan indah itu.

"Buat apa kau bawa aku ke sini?" tanya Linda dingin.

"Kau masih ingat dengan rumah ini? Rumah yang dulu kita tinggal."

"Jangan bilang kau tidak pernah melupakan kenangan itu?" Linda tersenyum dingin. "Maaf saja, itu sudah tidak penting bagiku."

Kaki kurus Linda melangkah menuju mobilnya. Sebuah lengan kokoh spontan melingkar di perutnya.

"Aku tak akan pernah melupakannya, Linda. Kamu dan semua yang terjadi di rumah ini."

Linda meronta-ronta dengan sekuat tenaganya mencakar, mencubit ataupun memukul lengan Bobby.  Hasilnya nihil! Pria itu semakin mempererat.

"Lepaskan aku, Bobby! Kau bilang begitu banyak juga tidak akan ada yang berubah! Kau mengkhianatiku, kau meninggalkanku dan kau yang memaksaku ingin menggugurkan anakku. Itu semua tak akan terhapuskan hanya ucapan manismu!"

Lidah Linda terasa kelu mendadak untuk melanjutkan percakapannya. Hatinya masih perih jika reka kembali ingatan pahit beberapa tahun lalu.

🍍

Helaan napas entah sudah kesekian kalinya dibuang oleh Lucas. Sejak kejadian tadi pagi, ia tidak lagi melihat sosok wanita itu. Mana lagi Marie tidak mengangkat panggilannya. Dilirik jam tangan di pergelangannya. Pukul 15:45 PM.

Apa Marie sengaja menghindarinya?

Memikir hal itu, Lucas menggertakkan giginya kesal. Jika benar terjadi, haruskah dirinya mengikat Marie di ranjang yang berada di ruang rahasianya?

Sejenak sudut bibir kanan Lucas terangkat. Tampaknya boleh dicoba. Sampai ketukan pelan membuyarkan khayalan Lucas dari rencana briliannya.

"Ada apa?" tanya Lucas datar.

"Permisi Mr. White, ini ada berkas yang harus ditanda tangani," kata Howard sambil menyodorkan map biru.

Lucas mengangguk sekilas lalu menanda tangani di tempat seharusnya.

"Kau tahu di mana Marie?" tanya Lucas sebelum memberikan berkas tersebut. "Kuperhatikan dari tadi dia tidak ada di mejanya."

"Maaf, Mr. White, saya juga tidak tahu keberadannya. Tapi...." Howard berhenti sejenak berpikir seharusnya ia memberitahu atau tidak.

"Tapi apa? Cepat katakan!" hardik Lucas.

"Hmm... Saya semalam tidak sengaja mendengar perbincangan Nona Marie, tentang pelunasan."

"Pelunasan? Dia berhutang?"

"Saya sudah selidiki, biaya sewa tempat tinggal Nona Marie belum lunas. Mungkin panggilan itu dari pemilik huninya, meminta Nona Marie untuk segera melunasi," jelas Howard.

"Begitu kah," gumam Lucas seraya mengusap dagunya dengan jari telunjuk.

Senyum seringaian terbit di wajah tampan Lucas. Dewi fortuna pun memihak kepadanya. Ini adalah kesempatan emas!

Filthy Side of Mr. White (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang