Aku terbangun, entah sudah berapa lama aku tak sadar diri. Dari sudut jendela hari masih gelap, jam dinding menunjukan jam 5 lewat beberapa menit.
Terlihat Yuuki dan Rainata duduk tidur dikursi dengan kepala mereka yang ada di ranjang ini.
Aku mencoba untuk duduk dan bersender di bantalku, kaki kananku tak bisa aku gerakkan, Ahh, kenapa?, kepalaku tiba-tiba saja sakit lalu aku sedikit merintih dan membangunkan Rainata yang duduk di samping Yuuki. Dia sedikit mengusap matanya dan menatap kearahku dengan sedikit terkejut melihat aku yang sudah duduk lalu membangunkan Yuuki.
Yuuki pun bangun, aku bisa melihat kebahagiaan dimatanya saat itu, tapi tiba-tiba air matanya keluar,Yuuki memelukku, entah berapa tahun sejak terakhir Yuuki menangis dipelukanku seperti ini, Rainata Juga ikut menangis melihat itu, mungkin sedikit terharu melihat adegan ini.
Jujur saja, saat Yuuki memelukku tubuhku terasa sangat sakit, tapi aku tak peduli, rasa sakitku tertutup dengan rasa syukurku saat dia masih bisa memelukku, tak peduli aku dibilang masokis atau apa, aku sudah hidup salama 17 tahun dan melihat Yuuki yang hampir ditabrak tadi adalah hal yang paling mengerikan. Tapi, apa-apaan ini?? Kenapa dengan situasi dramatis ini??? Dari tadi Yuuki hanya mengatakan "maafkan aku".
Rasanya aku juga ingin menangis, Heyy tunggu, apa aku akan menangis didepan cewe, ditambah mungkin ini bakal jadi bahan ejekannya Rainata, siapa saja tolong aku!!!
Sialan, air mataku juga keluar. Ahr...
Air mataku benar-benar keluar.....Padahal aku sudah berusaha keras untuk menahannya supaya Yuuki tak terlalu merasa bersalah.
"Hey Yuuki, ini bukan salahmu" kataku sambil mencoba melepas pelukannya.
"Ngomong-ngomong, ayah sama ibu tau kalo aku masuk rumah sakit?" Tanyaku kembali untuk menghilangkan suasana ngeselin ini.
"Ohh iya, aku harus ngasih kabar kalo kaka udah sadar" jawab Yuuki dan bergegas mengambil HP nya lalu menelpon sambil berjalan kearah pojok ruangan ini.
"Jadi aku kenapa?"
Wajah Rainata sedikit terkejut dengan pertanyaanku yang sangat santai, dia mulai menghapus air matanya lalu menjawabnya
"Kata dokter kaki kananmu retak"
"Gimana sama Yuuki? Dia nggak kenapa-napakan?"
"Iya, Yuuki nggak kenapa-napa, saat kau mendorong Yuuki, aku langsung menangkapnya"
"Kayaknya ayah sama ibu nggak bisa pulang buat jenguk kaka" kata Yuuki yang kembali kearah kami.
"Hahaha, nggak apa-apa" jawabku sambil mencoba untuk memberikan senyum terbaikku
Rainata mulai berdiri dan mengambil tas sekolahnya
"Aku pulang dulu yah" katanya
"Oke Nata, makasih udah nemenin aku ngejagain kaka" kata Yuuki
"Iya" Raianata beranjak pergi
"Kaka tiduran aja lagi" kata Yuuki yang memegang bahuku dan membantuku berbaring lalu menaikan selimut putih yang aku pakai.
Lalu akupun tertidur. Aku kembali terbangun saat jam 11 siang, Yuuki masih duduk ditempatnya tadi.
"Hei Yuuki, kau nggak sekolah?"
"Nggak ka, aku mau jagain kaka dulu beberapa hari, aku juga udah izin kesekolahku"
"Ooohh"
Hari sudah mulai sore, matahari mulai berubah warna, saat ini mungkin sekolah sudah bubar, beberapa saat sesudah aku berpikir begitu, Ryuga, Ishiki, dan Rainata datang berkunjung.
"Hei Zell, kau nggak apa-apakan?" Tanya Ishiki sambil berjalan cepat kearahku.
"Iya aku nggak apa-apa"
"Kau tau? saat kau tertabrak aku sama Yuuki yang nemenin kau diambulan, Rainata kesekolah buat ngasih kabar kalo kau kecelakaan, truss katanya, Ryuga langsung lari dari kelas dan sampe di sini sambil ngos-ngosan." Ishiki menghiburku sambil sedikit mengejek Ryuga.
"Beneran?" Kataku, sebenarnya aku percaya, aku cuma pengen dia meneruskannya ejekannya supaya aku terlihat ceria.
"Iya beneran, trus hari ini dia dihukum sama guru BK" lanjutnya sambil tertawa.
"Hei apa kau sebegitu khawatirnya padaku ga?" Tanyaku sambil mencoba tertawa.
"Apa maksudmu? Kita sudah kenal sejak kecil, apa kau ingin aku pergi sekarang?" Kata Ryuga yang mulai kesal.
"Oi, aku cuma bercanda"
Banyak hal yang mereka bicarakan saat itu, tapi aku tak terlalu memperdulikannya, entah apa yang aku pikirkan aku juga tak terlalu mengingatnya.
Kemudian, sekitar setengah jam mereka disini, Ryuga pamit karena ada urusan, Ishiki juga menerima telpon dari ibunya untuk segera pulang.
Mereka berdua berjalan kearah pintu keluar.
"Ishiki tunggu, aku juga mau pulang,ada yang mau aku ambil, nata bisa jagain kaka bentar" Yuuki berlari kearah Ishiki yang sudah ada di depan pintu.
Rainata mengangguk untuk mengiyakan lalu dia duduk di tempat tadi malam dia tidur.
"Gimana keadaanmu Zell?" Tanyanya.
"Kepalaku udah nggak terlalu sakit lagi"
Wajahnya terlihat sedih, dia kenapa? Batinku
"Hei kau kenapa?"
"Kau hebat yah Zell" katanya, kali ini wajahnya benar-benar terlihat sedih.
"Hebat? Kalo aku hebat aku nggak bakal ada disini" jawabku sambil mencoba tertawa untuk menghiburnya.
"Saat Yuuki hampir tertabrak, aku cuman bisa diam, aku sangat kaget waktu kau berlari disampingku, andai..andai aja aku bisa sepertimu"
Aku sedikit teringat... Tadi pagi saat adagan memalukan itu, Rainata juga ikut menangis.. itu bukan kerena dia terharu, dia teringat tentang kecelakaan keluarganya.
"Aku dulu pernah ceritakan? Tapi belum selesai, waktu kecelakaan itu, cuma ibuku yang selamat karena duduk dikursi belakang, sedangkan adikku dia duduk di sebelah ayahku, dia langsung meniggal saat pecahan tajam kaca mobil menusuk kepalanya" Sambungnya sambil menangis.
Ahhh..sialan lagi-lagi air mata, ini udah kedua kalinya kau menangis didepanku, maksudku tiga, bukannya aku udah bilang kalo aku nggak ngerti harus apa??
"Maaf" aku memalingkan wajahku untuk menghilangkan perasaan bersalah ini.
"Kenapa? Lagian aku yang mau cerita" jawabnya.
"Saat itu aku malah memanggilmu dengan nama adikmu yang udah meninggal" jelasku.
"Oohh, nggak apa-apa kok" dia menghapus air matanya dengan tangan kecilnya.
"Aku malah senang," Sambung Rainata sambil memberikan senyum tulusnya.
Jujur, dia sangat cantik saat ini, tu..tu..tunggu, ada apa denganku, sialan!! Sepertinya aku bakal benar-benar tergila-gila dengannya, siapa saja tolong aku, pandanganku cepatlah berpindah.....
Aku mengigit bibirku untuk menghilangkan perasaan campur aduk ini.
"Hmm,, kalo gitu..makasih ya Rai udah mau nemenin Yuuki tadi malam, terus buat hari ini juga" aku mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang kali ini benar-benar membuatku terpedona.
"Yaa.. dirumah aku cuman main game, lagipula kitakan teman"
Benar kita adalah teman, tak peduli apapun itu, kita adalah teman. Aku kembali meyakinkan diriku untuk tak berpikir yang macam-macam.
Tiba-tiba saja, saat aku berpikir seperti itu, terlihat sesosok perempuan berambut panjang berbaju putih yang berjalan menjauh dari pintu ini. Hey, hey, hey sekarang apa? Apa setelah aku ditabrak mobil aku malah punya kekuatan indigo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Story at School
Novela JuvenilZell, seorang pemalas yang kerjaannya hanya main game dan nonton film. Kehidupannya mulai KEMBALI kacau sejak kelas 2 SMA dimana dia KEMBALI dipaksa untuk mempelajari perasaan orang lain dan menyelesaikan masalahnya sendiri dan orang yang terlibat d...