sahabat macam apa

65 13 0
                                    

Yerin masih memandangi air danau yang tampak tenang. Suasana hatinya memang sedang buruk akhir akhir ini. Rasanya ia ingin pergi jauh jika mengingat tentang dua orang pengkhianat dalam hidupnya. Yerin menghela nafas.

"Yerin" Yerin menoleh saat seseorang memanggilnya.

"Sin Bi" gumam Yerin. Yerin sudah akan pergi tapi Sin Bi langsung mengejar dan menahan tangannya. Yerin berbalik lalu menghempaskan tangan Sin Bi.

"Apa kau sama sekali tidak punya malu?" Tanya Yerin. "Pergi yang jauh dan jangan pernah muncul" imbuhnya. Yerin berbalik lalu meninggalkan Sin Bi.

"Tolong lepaskan Mingyu untukku" ucap Sin Bi. Seketika langkah Yerin terhenti. Ia berbalik dan melihat Sin Bi yang sudah berlutut di tempatnya.

"Kau sadar apa yang baru kau katakan Sin Bi-ah?" Tanya Yerin yang tidak habis fikir. "Seharusnya aku yang bicara seperti itu saat aku melihatmu berada dalam satu selimut dengan Mingyu" ucap Yerin setengah berteriak. Sin Bi menggeleng kuat dengan tangis yang sudah meledak.

"Aku mohon padamu" ucap Sin Bi di sela sela isakannya. Yerin tertawa tidak percaya. Tiba tiba air matanya jatuh tanpa izin dan melewati pipinya.

"Kau tau seberapa besar rasa sayangku untukmu? Kau tau bagaimana aku menyimpan namamu sebagai salah satu orang yang berharga dalam hidupku?" Tanya Yerin. "Aku tidak percaya kau bisa muncul di hadapanku setelah hari itu, tapi yang membuatku lebih tidak percaya adalah ucapan mu" ucap Yerin. "Kau di buang oleh Mingyu? Bagaimana rasanya? Sakit, bukan? Kau tau bagaimana kami saling mencintai, sekarang pergilah. Ambil jika kau menginginkannya, itupun jika kau bisa" Yerin pergi meninggalkan Sin Bi setelah mengatakan hal itu. Yerin tau Sin Bi pasti masih menangis tapi dengan sekuat tenaga ia mengurungkan niatnya untuk mendekati orang yang pernah menjadi sahabatnya itu. Yerin terus berjalan dan seketika berhenti. Ia langsung terduduk dengan tangis yang meledak. Yerin tidak menyangka sahabatnya bisa memohon seperti itu bahkan setelah berhasil menyakitinya. Yerin meremas ujung roknya sambil sesekali memukul dadanya yang begitu sesak.

"Kenapa Sin Bi tega melakukan ini kepadaku?" Batin Yerin. Hampir 30 menit Yerin menangis disana. Ia kemudian bangkit dan dengan gontai berjalan menuju mobilnya. Yerin berjalan dengan nafas tersengal. Sesekali ia memegang dadanya yang terasa sesak. Matanya menyusuri sekitar dan ia tidak melihat siapapun. Nafasnya menjadi semakin tidak beraturan, tiba tiba pandangannya kabur dan seketika tubuhnya terjatuh begitu saja.

                                                               

Mark terus melajukan mobilnya. Sebenarnya ia tidak tau Yerin pergi kemana, tapi berdiam diri akan membuatnya seperti orang bodoh. Mark mulai menyusuri jalanan. Tiba tiba ia teringat tentang sahabat Yerin yang tinggal di sebelah apart milik Lucas. Dengan sigap Mark langsung melajukan mobilnya.

Sesampainya disana, Mark langsung menekan bel beberapa kali. Tapi tidak ada yang membuka pintunya. Mark mengacak rambutnya, ia hendak pergi tapi seketika langkahnya terhenti saat melihat seseorang sedang memandang kearahnya.

"Kau disini?" Tanya Mark saat melihat Yuqi di depan apart milik Lucas. Yuqi mengangguk. "Apa kau melihat pemilik apartemen ini keluar atau pergi kemana?" Tanya Mark. Yuqi menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Yuqi. Mark menghela nafas.

"Tidak ada, kalau begitu aku harus pergi" Mark berjalan melewati Yuqi.

"Mark" panggil Yuqi. Langkah Mark seketika terhenti. "Apa kau akan di jodohkan?" Tanya Yuqi. Mark berbalik lalu mengangguk.

"Dan aku akan segera menikah" jawab Mark.

"Lalu kenapa kau bilang akan menungguku?" Tanya Yuqi.

"Seharusnya kita tidak perlu membahas ini, aku harus pergi" ucap Mark.

"Kenapa tidak?" Tanya Yuqi. "Aku tau kau masih mencintaiku" ucapnya. Mark menghela nafas. Mark dan Yuqi menoleh saat pintu apart terbuka dan Lucas keluar dari sana. Lucas menatap Yuqi kemudian menatap Mark.

"Mark, kau disini? Kenapa tidak masuk?" Tanya Lucas.

"Aku sedang buru buru sekarang" jawab Mark.

"Buru buru kemana?" Tanya Lucas yang kini sudah ikut nimbrung. Ekspresinya tampak serius.

"Apa kau tau sahabat Yerin yang tinggal di sebelah sana?" Tanya Mark. Lucas menoleh ke belakang lalu kembali menatap Mark dengan tatapan bingung.

"Yerin siapa yang kau maksud?" Tanya Lucas. Mark menghela nafas.

"Wanita yang kita bicarakan waktu itu di cafe" jawab Mark. "Kau bilang kau memergoki mereka masuk kedalam apartemen" imbuhnya. Lucas berfikir sejenak.

"Ah ya, wanita tidak berponi itu?" Tanya Lucas. "Aku tidak melihatnya hari ini" imbuhnya. "Memangnya ada apa?" Tanya Lucas lagi.

"Tidak, aku ingin menanyakan sesuatu padanya" jawab Mark. "Maaf, aku harus pergi sekarang" ucap Mark sambil tersenyum. Mark langsung pergi dari sana, ia tau sedari tadi Yuqi terus menatapnya.

Mark sudah kembali ke mobilnya. Tiba tiba ponselnya berdering.

"Yoboseyo"

"Mark kau dimana?" Tanya sang ibu.

"Aku baru keluar dari apartemen Lucas, aku akan mencari Yerin lagi" jawab Mark.

"Tidak usah, Yerin sudah ditemukan. Sekarang dia di bawa ke rumah sakit" ucap sang ibu.

"Rumah sakit?!"

Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang