Perempuan paruh baya duduk bersandar pada kursi tua, menatap lamat-lamat lalu lalang orang-orang yang melintas di jalanan dari balik jendela, teh hangat yang beraroma melati itu disesapnya dengan perlahan, juga ada seporsi kue basah kesukaannya tersaji dengan penataan yang rapi; masih hangat karena baru saja diangkat.
Gurat pada dahinya menyembunyikan lelah yang luar biasa, kantung di mata tanda banyak air mata yang tak mampu ia bendung karena masalahnya, juga keriput di tangan sebagai bukti perjuangan tanpa kata lelah sebagai bukti cinta.
Tentang seorang wanita yang malam harinya susah memejamkan mata sesaat meski kepalanya terasa sangat berat, karena risau dan rindu pada buah hatinya.
Tentang seorang wanita yang setiap pertemuan menghadap Tuhannya ia selalu bercucuran air mata tak henti-hentinya merapalkan doa atas keselamatan dan kebahagiaan anaknya.
Wanita paruh baya menerawang jauh,
apa kabar bocah kecilku nun jauh di sana? Lupakah dengan orang tua renta yang tiap hari menanti kabar, menunggu pesan dan panggilan darimu yang disibukkan dengan dunia yang tak lagi sebatas bermain petak umpet dan lompat tali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selarik Aksara [COMPLETED]
PoesíaAksara sederhana yang entah apa tujuan dan maksudnya, aku menulis apa yang aku rasa, apa yang terdengar ditelinga, dan apa yang aku lihat dengan mata. Aku akan membuatmu tenggelam dalam kalimat-kalimat diksi. Aku tak memintamu menyukai lantas menyat...