Sabit

278 21 1
                                    

Hari-hari kurasakan begitu melankolis, bahkan sedikit luka membuat tangis yang tak kunjung habis. Entah karena lembutnya hati, atau lemahnya diri.

Akhir bulan sembilan, saat pertama kalinya merasakan pertemuan dengan lelaki itu. Kisah sedih karena cinta berujung perih seperti menemui secercah sinar baru.

Dibawah temaram lampu penerang jalan dengan sabit menggantung terang, jumantara terasa seperti menyempit, udara seketika menghangat.  Tuan, aku harap jangan sampai kau dengar degup jantung ku yang berpacu cepat.

Lakuna senyummu membuat hati menderu, binar cahaya di mataku mengartikan kau tau itu.

.

Tapi tunggu dulu,

Ada keraguan dalam hati yang datang mengusik diam-diam.

Dan akhirnya... Usai,

Tercerai-berai harapan yang kembali ku bangun untuk mendapatkan penawar sendu. Bukan tentang siapa yang menyakiti, hanya saja semua terlalu cepat untuk diganti. Mungkin belum siap, aku memutuskan untuk tidak lagi berharap.

Sebuah alasan menjelaskan, teman bermain lebih menyenangkan daripada dalam ikatan tapi tanpa keseriusan.

Baiklah, sekarang ini biarkan waktu berlalu meski kelabu. Tidak perlu terburu-buru, biarkan luka disembuhkan oleh waktu.

Selarik Aksara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang