"kenapa dipertemukan hanya untuk dipisahkan?"
"Setiap permulaan adalah awal menuju akhir."
"Kenapa harus ada cinta jika rasa dibalas dusta?"
"Tidak semua hal berjalan dengan apa yang diinginkan."
"Maukah kau mendengarkan?"
"Aku menunggu dirimu menanyakan itu."
"Tak sempat berpikir bagaimana kisah akan berakhir, kasih ternyata terukir pada dinding-dinding rapuh yang kapanpun bisa runtuh. Sebongkah rasa seperti terikat pada benang layang-layang terbang yang membawaku melayang hingga akhirnya jatuh tersungkur sendirian.
Pernah teramat percaya hingga aku mengetahui sebuah fakta: tiada (lagi) cinta dihatinya. Bukan lagi aku, ada sosok lain yang ia tuju.
Sebuah pesan singkat pada balon percakapan menjadi bukti yang mendasar. Segala topeng-topeng telah terbongkar. Gejolak amarah menghanguskan seluruh rasa dalam dada. Dia terlalu pintar berdusta, aku terlalu bodoh telah percaya."
"Setiap kejadian memiliki alasan."
"Siapa kau bela?"
"Bayangkan kau dengannya menikah, mengarungi bahtera rumah tangga yang kau pikir indah. Dan kemudian ia jengah, memilih berbalik arah menggenggam cinta yang lain. Kemudian kau dihadapkan dengan meja persidangan atas kasus perceraian. Akhirnya kau sendirian, anakmu kelaparan, tak punya biaya untuk meneruskan kehidupan, dan kepalamu dihantui banyak ketakutan tentang masa depan.
Apanya yang disesalkan? Sakit hanya sebagai alarm untuk membuatmu bangun dari mimpi buruk yang hampir membunuhmu hidup-hidup."
"Kata-katamu membuatku seperti hidup kembali."
Bangkitlah sekali lagi, jangan jatuh kembali, hidupmu yang hanya sesaat jangan kau habiskan hanya untuk memikirkan sakitnya kehilangan. Bergerak dan ciptakanlah perubahan.
"Terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selarik Aksara [COMPLETED]
PoésieAksara sederhana yang entah apa tujuan dan maksudnya, aku menulis apa yang aku rasa, apa yang terdengar ditelinga, dan apa yang aku lihat dengan mata. Aku akan membuatmu tenggelam dalam kalimat-kalimat diksi. Aku tak memintamu menyukai lantas menyat...