Hujan

1.7K 86 9
                                    

Maka izinkan aku bersenandika dengan hujan yang membentuk tirai di halaman, yang membuat genangan di tepi jalan, yang membuat aroma pertikor menyegarkan.

Udara dingin berhembus, dada sesak, terhimpit, terhunus. Kenangan bagai rinai hujan, aku tak mampu menghentikannya jatuh.

Biarkan aku berbincang dengan sepi, karena beberapa pasang mata memilih menghindar saat setelah mendapat jawaban dari pertanyaan 'kenapa' terlontar.

Aku memang tak begitu pandai merangkai kalimat tuk sekedar membuatku didengar. Tapi aku pun sadar, selebar apapun kisah diumbar kepada manusia, hanya diri yang mampu belajar mendengar dengan benar dan sabar.

Kepalaku riuh dalam sepi, lantas hilang dalam ramai--Beradu argumentasi antara logika dan perasaan. Aku membisukan mulut dari bermacam perdebatan, mengalihkan pandangan dari banyaknya tatapan: jangan libatkan aku!

Aku duduk termangu menatap gumpalan awan kelabu yang membisu. Petir menyambar dengan kilat menyilaukan disusul gemeletuk guntur yang seolah bersahutan.

Kupeluk diri; meringis kesakitan.
Ku kepalkan jemari; gemetar kedinginan.

Dalam jeruji kekangan masa, terikat belenggu ego manusia, ditubi beribu ekspetasi yang meracuni, dan disuguhi harap-harap semu penuh misteri; apa kabar hati?

Dari jutaan tetes air, adakah satu yang bisa memberi arti? Atau mengobati?

Telah lama aku mencari apa mau diri ini, namun yang kudapati hanya kekosongan. Seperti ada ruang tanpa batas dan tepi, gelap tak beratap, dingin, kusam dan pengap.

Lentera ku telah padam di tengah jalan, membuatku jatuh terhuyung tersedu sedan. Berjalan ku meraba dinding-dinding ironi, meminta-minta belas kasih Tuhan pencipta bumi.

Aku akan sembuh...

Hujan kali ini biarlah jatuh tuk membasuh sedikit gelisah dan resah, menyirami lelah dan bermacam sedih yang tak kunjung sudah.

Selarik Aksara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang