بسم الله الر حمن اللر حیم
Assalamu'alaikum istriku.
~•Muhammad Ilham Prasetya•~
Hari-hari berlalu. Usia kandungan Vanya kini beranjak dua bulan. Ia sering sekali mengidam hal yang nggak-nggak. Bukan apa-apa. Namun, ia sempat mengidam agar Sagara berlari disepanjang komplek perumahan nya dengan menggunakan pakaian serba pink. Dan juga harus didandani oleh nya.
Layaknya seorang badut yang berlari sebagai tontonan gratis para warga komplek perumahannya.
Kini ia tengah bersiap untuk menuju rumah sahabatnya, Fasya, yang akan melaksanakan ijab qobul pagi ini.
"Vanya? Udah belum dandannya? Lama banget?" Tanya Sagara dari lantai bawah.
"Bentar, Gar!" Sahut Vanya dari lantai atas.
"Mas!" Ralat Sagara. Ya...Sagara menyuruh Vanya agar memanggilnya dengan sebutan "Mas". Tujuannya agar terkesan pasangan yang romantis, eaa...
Tak lama, tampak Vanya menuruni anak tangga dengan pakaian dan hijab yang menutupi auratnya. Ia memakai pakaian yang senada dengan Sagara. Ya...bisa dibilang, sarimbitan. Sagara menatapnya tanpa berkedip. Seolah Vanya adalah sesosok bidadari yang baru saja turun dari langit untuknya.
"Mas? Kenapa? Ada yang salah ya sama penampilanku?" Tegur Vanya. Sagara sadar akan hal ia fikirkan.
"Eh? Nggak. Udah?" Tanya Sagara sedikit gelagapan. Vanya mengerutkan dahinya lalu mengangguk.
"Yaudah, yuk!" Ajak Sagara sambil menggenggam tangan kanan Vanya. Vanya tersenyum tulus, lalu mengangguk. Keduanya pun berjalan keluar rumah mereka dengan bergandeng tangan.
✨✨✨
"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."
"Bagaimana para saksi, sah?!"
"Sah?!!"
"Alhamdulillahirabbil"alamin."
Disisi lain...
Seorang pengantin wanita dengan tubuh terbalut kebaya syar'i dan dengan jilbab lebar, meneteskan air matanya. Antara senang dan sedih. Senag karena ia sudah sah menjadi istri Ilham, dan sedih karena harus meninggalkan ayah, bunda, seta adiknya.
"Barakallah, Nak." Ujar sang bunda pada Fasya. Fasya tersenyum, namun matanya meneteskan air mata.
"Makasih, Bunda."Sahurnya lalu berhambur memeluk sang bunda.
"Putri bunda udah jadi seorang istri ya sekarang? Inget pesan bunda, Nak. Patuhi semua ucapan suamimu jika itu adalah suatu hal yang baik dan beroahala. Layani suamimu dengan baik. Jangan kamu bantah. Hormatilah selalu suamimu. Karena ia sekarang adalah surga mu kelak." Ujar Vina -Bunda Fasya-.
"Iya, Bun. Fasya akan selalu patuhi, layani, dan hormati suami Fasya." Ujar Fasya menitihkan air mata.
"Jangan nangis, dong! Suami kamu kan mau njemput kamu kesini." Goda Vina. Fasya menghapus air matanya lalu mengerucutkan bibirnya.
"Bunda ah!" Kesalnya. Vina terkekeh.
"Yasudah. Bunda keluar dulu. Suami kamu sebentar lagi kesini." Ujar Dita sebelum dirinya keluar dari kamar yang putri. Setelah kepergian sang Bunda, dirinya melihat dirinya sendiri melalui pantulan cermin kamarnya. Tak lama kemudian. Ketukan pintu terdengar.
Tok tok tok!
Jantungnya seakan disko. Tubuhnya menegang ketika gagang pintu mulai dibuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy My Husband (TELAH TERBIT)
JugendliteraturTelah diterbitkan oleh Guepedia! Vanya Anggraini Pradita Agasthya. Seorang dokter muda yang cantik nan muslimah, harus menjalani pernikahan akibat perjodohan orang tuanya. Ia menikah dengan seorang siswa SMA kelas dua belas yaitu adalah teman bahkan...