بسم الله الر حمن الر حیم
Maaf, Pak, Bu, Mas Sagara, sudah tidak dapat diselamatkan.
~•Badboy My Husband•~
Terhitung sudah satu setengah bulan Sagara belum juga ada tanda-tanda untuk sadar. Bahkan dokter berkata sudah tidak ada harapan lagi Sagara untuk sadar dan sembuh. Dan selama itu juga kondisi Vanya menjadi lebih buruk.
Dan selama itu juga, sikap Vanya berubah. Ia berubah menjadi dingin dan menjadi pendiam. Lebih sering ngelamun dan mengigau. Setiap mengigau pasti menyebutkan nama Sagara. Hal itu membuat seluruh keluarganya dan sahabatnya merasa sedih.
Apalagi Vanya sering menolak jika disuruh makan, penampilannya yang menjadi seperti urakan. Dan lain-lain.
Kali ini Vanya berada didalam ruangan dimana Sagara berada.
Tut tut tut
Alat pendeteksi detak jantung terus berbunyi. Vanya menatap nanar seseorang yang sangat ia cintai tergeletak lemah tak berdaya dibrankar itu. Dirinya melangkah mendekati brankar Sagara berada. Dirinya mendudukkan diri di kursi yang telah disediakan. Tangannya telulur menggenggam tangan Sagara.
" Assalamualaikum, Mas?" Salam Vanya. Tak ada sahutan dari Sagara.
" Mas kapan bangun? Aku kangen, Mas." Ucap Vanya. Air matanya menetes.
" Mas? Kamu nggak capek apa tidur terus?" Tanya Vanya.
" Mas? Bangun, Mas! Aku kangen sama kamu, hiks..." Isak Vanya.
" Aku kangen senyumanmu, kangen tingkah jailmu, kangen pelukan hangatmu, aku kangen semuanya dari kamu, hiks..hiks.." Ucap Vanya terisak-isak.
" Mas?! Apa kamu nggak kangen sama aku?! Anak kamu juga kangen sama kamu! Mas, bangun, Mas! Bangun!" Ucap Vanya. Bahunya bergetar. Hatinya seakan runtuh.
" Mas...bangun!" Ucap Vanya lagi.
" Mana janji kamu untuk selalu ada di dekat ku?! Dimana janjimu untuk selalu ada buat buah hati kita?! Mana semua janjimu, Mas?!! Mana?!!" Ucap Vanya histeris.
Tit tit titttt............
Alat pendeteksi terdengar nyaring. Vanya menoleh. Alat pendeteksi yang tadinya menggambarkan lika-liku sekarang menggambarkan garis lurus. Air mata Vanya mengalir deras. Tangannya menutup bibirnya tak percaya.
" Nggak! Nggak mungkin! Nggak!" Teriak Vanya.
" Mas?!! Bangun, Mas?!!! Mas?!!" Teriak Vanya mengguncang tubuh Sagara yang sudah tak bernyawa.
" Dokter?!! Dokter?!!! Hiks...dokter?!!" Teriak Vanya memanggil dokter. Tak lama, tampak dokter datang dan beberapa perawat. Salah satu perawatnya menyuruh Vanya keluar.
" Bu? Ibu keluar dulu, ya? Biar pasien kita yang tanganin." Ucap suster itu.
" Nggak! Nggak! Saya nggak akan keluar! Saya mau menemani suami saya!" Bantah Vanya.
" Tapi, Bu..."
" Biar saya saja, Sus." Ucap seseorang dari belakang. Suster itu menoleh dan mengangguk.
" Ka?" Panggil orang itu.
" Dam? Mas Sagara ga bakalan kenapa-napa, kan? Dia baik-baik aja kan?! Dam..hiks.." Isak Vanya. Damar membawa Vanya ke pelukan nya.
" Iya, Kak. Bang Gara pasti gapapa. Kakak tenang, ya." Ucap Damar menenangkan Vanya.
" Hiks..hiks.." Vanya terisak didada bidang sang adik.
" Kita keluar dulu, ya?" Ucap Damar.
" Tap.."
" Disini Sagara udah ditanganin dokter. Keluar ya?" Bujuk Damar menyela ucapan Vanya. Mau tak mau, Vanya mengangguk. Keduanya pun keluar dari ruangan tersebut.
Diluar ruangan, tampak suasana yang tegang. Renia menangis di pelukan Tyo, dan Dita menangis dipelukam Januar. Sedangkan Sita, ia berdiam diri bersandar ditembok rumah sakit dengan tangan yang di silangkan didepan dada.
Damar mendudukkan Vanya di kursi depan ruangan itu. Damar masih memeluk Vanya. Tak berselang lama, dokter keluar, sok tak semua orang mendekat kearahnya.
" Bagaimana keadaan anak saya, Dok? Dia gapapa kan?!" Tanya Reina tanpa jeda.
" Sabar, Mi! Sabar." Ucap Tyo menyabarkan Reina.
" Jadi gimana keadaan menantu saya, Dok?" Tanya Januar pada Dokter Andri.
" Maaf, Pak, Bu, Mas Sagara, sudah tidak dapat diselamatkan." Ucap Dokter Andri.
" Nggak! Nggak mungkin! Mas Sagara pasti boong! Iya kan, Dam?! Mas Sagara masih hidup kan?! Dia boong kan?!" Teriak Vanya histeris di pelukan Damar. Semua menoleh kearahnya. Sita, Dita, dan Reina berlari untuk memeluknya.
" Tenang, Ka! Tenang! Sagara udah tenang di dan. Ikhlasin, Ka." Ucap Damar.
" Nggak! Nggak! Nggak! Aku mau ketemu sama Mas Sagara!" Ucap Vanya lalu melangkah setengah berlari menuju ruangan Sagara. Ia menghiraukan teriakan-teriakan dari keluarganya. Sesampainya didalam ruangan itu, tampak badan Sagara yang telah disedekapkan dada. Tubuh Sagara siap untuk ditutupi oleh kain kafan.
Saat tubuh Sagara akan ditutupi kain kafan, Vanya menahannya dan memeluk dan mengguncang tubuh Sagara.
" Mas?! Bangun, Mas?! Kamu pasti boong kan?! Bangun, Mas?! Bangun!" Teriak Vanya histeris. Air matanya terus mengalir. Tangannya terus mengguncang tubuh Sagara yang telah kaku.
Namun tiba-tiba tubuhnya didekap dari belakang.
" Ka?! Tenang! Ikhlasin Sagara! Dia udah tenang disana! Ikhlasin, Ka!" Pekik Damar. Ia memeluk tubuh Vanya erat.
" Hiks...hiks...hiks.." Vanya tak mampu menjawab, ia hanya bisa terisak-isak. Hatinya hancur lebur. Tiba-tiba perutnya terasa sakit. Semakin lama semakin menjadi.
" Awhh...ah..." Ringis Vanya. Tangannya memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.
" Ka?! Ka Vanya kenapa?!" Tanya Damar panik. Dan tingkat kepanikannya bertingkat setelah melihat darah yabg mengalir membasahi kaki Vanya.
" Agrhh?!! Sakit, Dam! Ahgg..." Rintih Vanya.
" Tahan, Kak. Tahan!" Pekik Damar.
" Sus! Tolong, Sus!' Ucap Damar pada suster yabg ada disitu. Cepat-cepat suster itu keluar untuk mengambilkan kursi roda untuk Vanya.
" Agrhh??!!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy My Husband (TELAH TERBIT)
Fiksi RemajaTelah diterbitkan oleh Guepedia! Vanya Anggraini Pradita Agasthya. Seorang dokter muda yang cantik nan muslimah, harus menjalani pernikahan akibat perjodohan orang tuanya. Ia menikah dengan seorang siswa SMA kelas dua belas yaitu adalah teman bahkan...