18. Sick - End

1.1K 74 0
                                    


Malam ini, Sena dan Sunghoon menatap langit malam. Bintang menghiasi malam malam mereka. Indah.

"Hitung bintangnya coba" Suruh Sunghoon membuat Sena mengerjap bingung.

"Kan banyak, masa iya diitung semua?" Sena kembali menatap langit, menghembuskan nafas dengan perlahan.

"Iya, kaya keturunan kita nanti" Sunghoon terkekeh geli, Namun, wajah Sena kali ini tak memerah. Sudah kebal sepertinya.

Dari kejauhan, Sena melihat orang orang yang tertawa perlahan dengan anak mereka ditengah. Mereka keluarga yang harmonis. Sena terkekeh, iri dengan orang orang itu. Ia ingin seperti mereka, dengan Sunghoon.

Ting!

Kak Jungkook♡

|dek
|Kelapangan rs ceffat!!
Read

Sena berdiri dari duduknya, ia memasukan kembali handphonenya kesaku. "Hoon, kak Jeka nyuruh aku kelapangan sebentar, kamu tunggu disini aja, ya? Jangan kemana mana"

Sunghoon tersenyum, mengangguk sebentar. Detik selanjutnya, ia kembali menatap langit.

Si hawa tersenyum gentir, ia berniat pergi dari sana. Namun, niatnya terhenti.

"Aku pamit, ya Sen."

Apa?

Sena berbalik badan, menatap manik mata Sunghoon yang tertutup "M-maksudnya?"

Sunghoon tersenyum dalam matanya yang tertutup lalu menggeleng "Gapapa"

Sena memutar matanya malas. Iseng lagi?

****

Sena tersenyum, membawa sekantong nasi padang yang ia sukai. Ada dua bungkus, bisa dia bagikan pada Sunghoon nanti.

"Sunghoonnn!" Panggil Sena saat sadar bahwa Sunghoon belum juga beranjak dari tempat nya tadi. Jangankan beranjak, membuka mata saja tidak.

"Sunghoon!" Sena berteriak, lantaran tak mendapat balasan dari si kekasih. Si hawa menggoyang goyangkan tubuh Sunghoon dengan cepat.

Ia panik.

Ia takut.

Ia kecewa.

Ia khawatir.

"Sunghoon? K-kamu kenapaa?" Sena terus menggoyangkan tubuh dipemuda.

Airmatanya turun kepipinya, membasahi wajah manis nan cantiknya. Ia takut hal ini terjadi. Ia juga khawatir, apakah Sunghoon akan bahagia didunia selanjutnya.

"Sunghoon,"

"Katanya kamu janji buat nikah sama aku. Tapi, kok gini?" Si perempuan mengusak wajahnya kasar, ia tersenyum tipis. Mengecup bibir sang lelaki dengan cepat.

"Semoga kamu tenang, dilanku"

****

Si gadis terkekeh perlahan, melihat wajah pria miliknya berada dibatu nisan yang sedari tadi ia pegang, ia elus, bahkan ia cium berkali kali.

Ia tak tahu, ia sungguh tak menyangka bahwa lelaki favoritenya itu harus meninggalkannya secepat ini.

"Semoga, kamu bahagia ya" Sena tersenyum pedih, mengusak matanya yang sembab akibat matanya yang terus menangis. Ia sedih.

"Sayang," Bunda Seola, ayah Soobin, dan Jungkook mendekat kearahnya. Seola memeluk Sena erat, layaknya menyalurkan sedikit energi untuk tersenyum. Walau hanya sedikit.

"Udah ya, dek. Takdir emang gini" Jungkook tersenyum tipis, menarik lengan adiknya, menyuruhnya untuk berdiri.

Detik berikutnya, kakaknya mengecup bibir sigadis dengan cepat. Menimbulkan sembu merah dipipi adiknya.

"Eh, kok gitu kak?" Soobin geleng geleng kepala, lalu tertawa renyah.

"I-ish!" Sena memukul lengan si kakak dengan kuat. Tawanya mulai muncul sedikit. Walaupun, masih ada kesedihan dihatinya.

Jungkook tertawa pelan, "Sini kakak cium lagi,"

"Ga mauu!" Sena menutup mulutnya, berlari dari sana guna menghindari ciuman maut sang kakak.

Kembali, kakaknya terkekeh. Bukan hal yang sulit untuk membuat adiknya tertawa.

Sick.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang