El Problema de Shakira | 04

765 50 6
                                    

04. Strange girl or amazing girl?

***

Hari Jum'at, para siswa-siswi diwajibkan untuk mengenakan pakaian khas agama masing-masing. Dan Rara menggunakan gamis berwarna baby blue dengan kerudung panjang pashmina berwarna putih tulang. Ia juga memakai snakers berwarna putih dengan perpaduan merah, totebag berwarna hitam bergambar kamera, dan kacamata bulat non-minus. Terlihat sangat manis!

Ia juga tidak membawa kendaraan, sehingga ia menumpang dimobil sport milik kakak sepupunya, Austin.

"Sudah sampai Ra, ayo turun." titah Austin.

"Sebentar saja, aku hanya memperbaiki liptint." sahutnya berdecak.

Austin memutar bola matanya malas, dasar perempuan! "Cepat Ra! Kakak ada piket kelas hari ini."

"Nah perfect! Ayo kak." Rara berseru tanpa rasa bersalah.

Saat Rara dan Austin keluar dari mobilnya, semua pasang mata mengarah pada mereka.

"Buje gile si Rara sama kak Austin siblings goals banget gak sih?"

"Heem, keknya kalo si Rara bukan saudara si Austin, udah digebet duluan sama dia."

"Si Rara manis banget sih, kan biasanya badas plus sangar banget, ye gak?"

"Eh eh, katanya si Rara belum pernah pacaran lho!"

"Masa sih? Cantik pake banget lho padahal."

"Apaan cantik-cantik? Orang biasa aja kok, cantikkan juga gue kemana-mana!"

"Lu cantik? Muka kek tepung kanji aja ngaku cantik!"

"HAHAHAHAHA."

Rara memberenggut tidak suka, dasar people +62! Selalu aja ada sempat-sempatnya membicarakan orang dihadapan hidungnya sendiri!

"Aku heran, mengapa Indonesian people selalu saja membicarakan orang lain? Tidak ada hari tanpa gosip sepertinya, baik perempuan maupun laki-laki." tanya Rara dengan bibir mengerucut lucu.

"Sudahlah jangan dengarkan ocehan manusia tidak berguna." Austin bernasihat menenangkan.

"Iya juga sih." gumam Rara manggut-manggut.

"Ah iya. Menurut kakak jika sekolah kita merekrut kembali MPK, bagaimana?" tanya Rara.

"Menurut kakak... Bagus sih, tapi...mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin memajukan sekolah kita." Rara mengedikkan bahu.

"Tapi kepemimpinan tahun lalu sangat kacau, Ra."

"Aku juga sedang menyusun rencana bersama Langit."

"Langit ketua OSIS?"

Rara mengangguk. "Iya, dia juga sudah setuju ketika aku mengusulkan kemarin lusa."

"Benarkah? Tidak dapat dipercaya! Padahal Langit tergolong salah satu dari sekian banyak murid yang berwajah datar lho."

Rara mengernyit heran. "Datar apanya? Kemarin saja saat bersamaku ia sampai tertawa terbahak-bahak, ia juga cerewet dan tidak bisa diam."

"Sepertinya ia juga menjadi salah satu dari sekian banyak pengagummu." Austin terkekeh.

"Aku hanya akan menunggu 'dia'." decaknya jengkel.

"Bukankah kalian harus memiliki pasangan masing-masing terlebih dahulu?"

Rara menepuk jidatnya pelan karena melupakan hal itu. "Ah iya, aku lupa." ia berdecak. "Sepertinya aku akan mencari lelaki tampan untuk memperbaiki keturunanku nanti." lanjutnya berseru.

El Problema de ShakiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang