12. Berita duka
***
Kelas 11 IPA 2, saat ini akan mengikuti pelajaran olahraga, walaupun matahari diatas kepala sudah sangat terik dan menyengat kulit. Ya, memang pantas sudah begitu panas, karena saat ini sudah pukul 10.30 WIB.
Walaupun sinar matahari sudah menyengat kulit, tetapi tidak melunturkan kobaran semangat para siswa-siswi 10 IPA 2, khususnya Shakira Roxanne Athallarick.
"Ra? Lo bisa voli gak?" Anindya Humaira Laksmana, yang kerap disapa Nindy bertanya kepada Rara.
"Voli ya? Sedikit sih, tetapi tidak terlalu mahir juga. Karena sedari kecil aku lebih menyukai basket dibandingkan voli."
"Nggak papa, ikutan maen di tim kita-kita hayuk! Kita-kita kurang 1 anggota soalnya." ajak yang lainnya, ia bernama Claresta.
"En. Oke." Rara mengangguk menyetujui.
"Yeayyyy!"
Mereka mulai diposisi, kecuali Rara yang belum mengetahui dimana posisinya. "Ra lo jadi tosser aja ya? Lo tinggi soalnya."
"Enggak! Mending Rara jadi pemukul aja biar lebih klop!" Nindy membantah ucapan Ria.
"Aku tidak bisa menjadi tosser, karena dulu aku pernah terkena bola waktu SD." jawab Rara jujur.
"Yang bener? Pfttt." Secara serempak mereka menahan tawanya agar tidak meledakkan tawanya. Akan sangat memalukan bukan, jika tiba-tiba saja mereka tertawa dengan keras?
Wajah Rara terdapat rona merah yang mencurigakan, terlihat sangat manis bagi orang-orang yang sedari tadi memperhatikannya. "Aishhh. Bisakah kalian tidak menertawakanku? Baiklah, aku tidak akan menyetujui ajakan kalian dan akan ikut basket bersama teman-teman yang lain."
Mereka berlima gelagapan. "Eh eh, yah Raaa jangan gitu 'lahhh gak asik lo ah." ujar Nina yang diangguki yang lainnya.
Rara menghela nafas pasrah, namun tak lama ia mengangguk. "Baiklah, baiklah. Tetapi jika nanti tim kita kalah, kalian jangan pernah menyalahkanku."
"Gak bakalan dong." sahut Tiya mengangguk semangat. "Ayo guys kita mulai, di tim gue udah pas iniii." lanjutnya dengan heboh.
Mereka mulai berdiri dengan memasang sikap kuda-kuda, kali ini posisi Rara sebagai pemukul karena mereka telah setuju.
"Siap?" tanya sang wasit. Ia adalah salah satu teman sekelas mereka yang sedang malas melakukan kegiatan olahraga, jadi ia memutuskan untuk menerima ajakan Rara dan kawan-kawan untuk menjadi wasit mereka. Dia bernama Samsal.
Mereka mengangguk kemudian ia melemparkan uang koin 1000 rupiah ke atas dan ditangkap mulus. Dan yang berada di atas adalah yang berlogo angklung.
Tim Rara memilih yang berlogo angklung, jadi otomatis tim Rara 'lah yang memulai permainan lebih dulu.
Ria memulai dengan passing bawah lebih dulu, kemudian dikembalikan oleh tim lawan oleh beberapa operan, begitu pula sebaliknya. Dan pada saat Rara akan memukul, tiba-tiba seluruh atensi mengarah padanya.
Tetapi Rara tidak peduli, lebih tepatnya ia tidak menyadarinya. Dan bugh, bola masuk dengan mulus dilapangan lawan.
"Gila Rarararara lo hebat banget gilaaa asli gak boong." pekik Claresta histeris.
Yang lain ikut mengangguk menyetujui, sedangkan yang mendapat pujian hanya tersenyum tipis sembari mengelap keringatnya yang mulai menetes di dahinya.
Merasa gerah, Rara mulai mencepol asal rambut coklat terangnya. Sedangkan orang-orang yang memperhatikan Rara di tribun sedari tadi hanya bisa menahan silau akibat pantulan cahaya matahari yang terkena ke rambut Rara.

KAMU SEDANG MEMBACA
El Problema de Shakira
Acción(Harap follow akun author sebelum membaca) [CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN DAN BERBAHASA KASAR, HARAP BIJAK DALAM MEMILIH CERITA] *** Shakira Roxanne Athallarick, kerap disapa Rara oleh orang-orang terdekatnya adalah cucu bungsu dari keluarg...