"HUWAAA!!! AKHIRNYA SELESAI JUGA!!! "
Yah, akhirnya selesai... Penderitaan para siswa kelas XI IPA 1 berakhir setelah bel nyaring istirahat pertama berkumandang. Teriakan itu dipekikkan oleh salah satu dari mereka yang terduduk di bangku baris kedua dari belakang deretan ketiga setelah guru pengajar mereka keluar kelas dua menit kemudian. Cowok, rambutnya sedikit berantakan, dan air mukanya tampak seperti orang baru bangun tidur.
"Akhirnya, ya, Eren... " sahut teman sebangkunya sambil tersenyum. Yang dipanggil Eren membalas senyumnya.
"Ekspresi lo kayak tahanan baru keluar dari penjara aja, Ren, " seru seseorang yang duduk dihadapan cowok itu. Tubuhnya berbalik setelah memasukkan buku-buku ke dalam laci. "Dipenjara berapa lama, lo? "
"Diem lo, muka kuda! "
"Woy! Apa-apaan maksud lo 'muka kuda'?! Tampang sekeren Zayn Malik gini dipanggil kuda! "
"Excuse me? Zayn Malik? Oh... ini pasti gara-gara omongan lo kemarin yang pengin numbuhin brewok. Tapi maaf aja, Jean. Jenggot lo yang baru tumbuh dua helai itu aja masih kalah cakep sama bulu ketek gue. "
"Apa lo bilang?! Bastard satu ini, kau! "
"Udahlah, kalian berdua. Kena cinlok baru tahu rasa nanti. "
"Apa?! "
Orang yang duduk di sebelah Jean langsung terkekeh melihat reaksi bersamaan keduanya. Dari tampangnya terlihat tidak ada raut bersalah sama sekali.
"Maksud lo apa ngomong gitu, botak?! " sembur Eren langsung.
"Emang gue ngomong apa? " balasnya dengan nada polos. "Gue cuma nawarin kalian makan cilok di kantin nanti. Salah, ya? " Ekspresi wajahnya pun dia buat sama polosnya.
Melihat ekspresi melongo dari mereka berdua membuat kekehannya berubah menjadi tawa. Tawa yang terbahak. Dia bahkan sampai terpingkal-pingkal.
"Connie, sudahlah. Tawa lo itu berisik. " Teman sebangku Eren menegurnya.
"Habis... " Connie menahan tawanya. "Muka mereka berdua itu, lho, Min... " Connie tak bisa menahannya lagi, dia kembali terbahak.
"Yah, mau gimana lagi? Mereka jadi kurang fokus setelah pelajaran Pak Keith tadi. "
Kepala Eren menoleh cepat ke arah seatmate-nya. "Heh! Lo bayangin sendiri, sih, Min! Dua jam lima belas menit! Gila aja, tuh, guru! Apa nggak capek bibirnya ngoceh panjang lebar dari awal bel sampe bel lagi!? Kuping gue aja rasanya kebas dengerin omongan dia doang! "
"Namanya juga pelajaran sejarah. Yah, pasti isinya banyak cerita, lah. "
"Bukan masalah ceritanya, Armin! Gue juga suka diceritain. Nyokap gue aja sampai saat ini masih bacain dongeng sebelum tidur buat gue. "
Mata Jean membelalak. "Seriusan, Ren? "
"Iya! " Ada jeda sejenak setelah itu, wajahnya terlihat kelagapan. "M–maksud gue kadang-kadang! Gue nggak pernah minta nyokap ngedongeng! Nyokap sendiri yang nawarin ngedongeng dan... gue nggak masalah dengan it— Kenapa kalian liatin gue kayak gitu!? "
Teman sebangkunya dan dua orang yang duduk dihadapannya menatap dengan pandangan... aneh –menurut Eren. Dia tidak tahu namanya apa. Tapi ketiganya kemudian tersenyum lalu mengangguk berbarengan. Raut mereka berubah teduh dalam sekejap.
"Tante Carla emang gitu. "
"Iya. "
"Mau gimana lagi, kan? "
"Kalian ini kenapa, deh? " Eren memandang heran ketiga temannya.
"Eren, kamu ke kantin nggak? "
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]
Fanfiction[WARNING! : Cerita ini 'mungkin' bisa membuat kalian tertawa, menangis, marah, kesal, dan jengkel secara bersamaan] * Karena rasa iri, sebuah rahasia tak sengaja terbongkar.... ============= Tidak seperti yang lainnya, Eren membenci Rivaille sejak p...