4. Rivaille -2-

629 109 15
                                    

"Jadi, Rivaille. Bagaimana kabarmu hari ini? "

Rivaille hanya diam.

"Mohon maaf sebelumnya, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Darius Zacklie. Saya wali kelasmu sekaligus wakil kesiswaan dan guru bimbingan konseling di sekolah ini. Jadi, kalau kamu punya kendala atau masalah apapun terkait urusan sekolah, jangan ragu untuk menemui saya dan meminta bantuan, ya. "

Rivaille masih diam.

"Saya sudah melihat nilai-nilai rapormu juga semua catatan prestasi kamu. Kamu keren, Rivaille! Kamu berbakat! Jenius! Kami pihak sekolah merasa sangat senang bisa menerima murid potensial seperti kamu. "

Rivaille tetap diam.

"Di sekolah ini kami punya cukup banyak ekskul dan klub yang bisa menampung bakat-bakat dan kreatifitas para siswanya. Mungkin kamu bisa mengikut— "

Kalimat Pak Zacklei terhenti bersamaan dengan langkah kaki Rivaille yang berhenti. Rivaille menatap wajah keriput guru senior itu lamat-lamat, dengan tatapan malasnya. Membuat yang ditatap sedikit merasa risih.

"Eh? Ada apa, Rivaille? Kenapa ber— "

"Kau disogok berapa banyak sama si tua bangka itu? "

PLAK!

Nggak, Rivaille tidak dipukul atau ditampar Pak Zacklei. Tapi ucapan Rivaille lah yang menampar relung hati beliau yang paling dalam. Wajah hampir keriput itu tampak menegang seketika. Raut antara terkejut dan tersinggung.

Oh, Rivaille... Otakmu mungkin jenius, jadi tak perlu sekolah lagi. Tapi sepertinya lidahmu itu yang harus di sekolahkan!

Yah, mulut Rivaille memang pedas. Lidahnya benar-benar tajam dan kasar. Wajar bagi orang-orang baru seperti beliau memasang raut seperti itu di wajahnya. Itu sebabnya Rivaille tak banyak memiliki teman dan sangat irit dalam berbicara. Mereka yang ingin berteman dengan Rivaille harus tahan dengan gaya bicara 'hutan'nya.

Maklum, sebelum ini Rivaille memang sempat tinggal di tengah hutan dalam waktu yang cukup lama.

Melihat tubuh gurunya tak bergeming setelah mendengar kalimatnya, Rivaille melanjutkan langkahnya lurus menyusuri koridor kelas. Ah... Biarlah. Masa bodo. Begitu pikirnya. Tidak dipikirkannya lagi sebab akibat kelakuan kurang ajarnya barusan.

"Disini, Rivaille. Kelasmu yang ini. "

Rivaille menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Pak Zacklei terlihat menunjuk salah satu pintu kelas yang sudah dipegang handlenya sambil memaksakan senyum yang cukup menyiksa di wajahnya. Tanpa sadar, bibir Rivaille membentuk sebuah seringai tipis.

Ini keren sekali! Sogokan paman tuanya itu pasti cukup banyak untuk membuat para guru-guru disini tunduk tak berdaya di bawah kakinya. Menarik. Rivaille akan bermain-main sedikit nantinya.

"Selamat pagi, semuanya! " Guru keriput itu mengucapkan salam dengan nada yang ramah  begitu memasuki kelas. Beberapa murid mungkin terdiam mendengar peringatan itu, namun beberapa dari mereka masih ada yang terus berdengung seperti lalat-lalat yang berterbangan di atas tumpukan sampah. Berisik, menurut Rivaille.

Rivaille masih berdiri di ambang pintu.

"Pagi, Pak! " jawab mereka serempak.

My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang