10. Eren Yang Aneh

479 84 27
                                    

Saat ini, Eren sudah berada di atas motornya. Bersama Mikasa yang duduk di boncengan belakangnya, dengan masing-masing kepala mereka mengenakan helm berwarna serupa –merah–, dan dalam perjalanan menuju sekolah. Tapi tidak seperti di pagi-pagi biasanya, hari ini Eren tidak banyak bersuara. Dia yang biasanya selalu mengoceh sepanjang perjalanan, dengan Mikasa yang setia mendengarkan, sekarang terdiam seribu bahasa; bungkam. Penyebab kenapa dia seperti itu sepertinya sudah jelas, ya.

Tapi, entah Mikasa pura-pura tak tahu, atau memang dia benar-benar tak tahu, Mikasa terus menanyakan keadaan pemuda itu di sepanjang perjalanan. Situasinya kini terbalik, dan hal itu membuat Eren merasa kesal.

"Eren, kamu ini kenapa, sih? " tanya Mikasa, untuk yang kesekian kalinya.

"Aku nggak pa-pa, lho, Mik! Ah! Dari tadi nanyain mulu! " gerutu Eren pada akhirnya.

"Gimana aku nggak nanyain terus. Kamunya aja baru jawab sekarang. "

Eren menggerutu kesal di balik helm fullface-nya.

"Kamu juga pasti tahu kenapa aku kayak gini, kan? " sahut Eren dengan nada ketus.

"Gara-gara yang kemarin itu? "

Eren makin kesal mendengar nada polos dari jawaban Mikasa. Mikasa ini pura-pura nggak tahu atau gimana, sih?! Dasar nggak peka!

"Kamu nggak bisa memaksakan diri kamu sendiri, Eren. Setiap orang punya batas kemampuannya masing-masing. Termasuk kamu. Kamu nggak bisa menuntut diri kamu sendiri untuk bisa melakukan banyak hal. "

Eren cuma terdiam menanggapinya.

"Nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini... "

Yah, kalimat itu lagi. Eren sudah mendengar kalimat itu digaungkan orang-orang padanya berulang kali sejak kemarin. Dari Armin ketika pulang sekolah, dari Jean yang mengejeknya lewat chat, dari ibunya yang tadi pagi menasihatinya ketika sarapan bersama, dan sekarang dari Mikasa yang berada dalam boncengan motornya menuju ke sekolah. Eren sebenarnya juga sudah mengerti, dia cuma tidak bisa menerima kenyataan.

Asal kalian tahu saja, sejak semalaman tadi Eren tidak bisa tidur. Setelah mengakhiri chat menjengkelkannya dengan Jean di pukul sembilan tepat —teman laki-lakinya itu terus mengejek Eren tentang permainan basketnya—, yang Eren lakukan adalah merutuki nasib memalukannya saat di sekolah kemarin. Eren menggeram kesal di balik bantal, meninju-ninju ranjang putih berseprei cokelatnya, mengumpati laki-laki cebol yang membuatnya malu dihadapan banyak orang sekaligus dirinya sendiri. Semua itu Eren lakukan sebisa mungkin dengan tanpa suara. Dia tidak mau mengganggu tidur nyenyak ayah bundanya.

Eren terus seperti itu hingga pukul dua dini hari. Dia baru sadar kalau dirinya begadang ketika mengecek ponsel pintarnya dan mendapati sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Dia juga dibuat tersadar akan sesuatu.

——————————

0825xxxxxxxx

Tugas pertama lo; buatin gue bekel

Nasi goreng aja. Biar gampang

Nggak pedes. Pake telor dan sayuran. Terutama wortel

Kirim ke gue pas jam istirahat

My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang