18. Menyusun Strategi

259 43 27
                                    

Armin saat ini sudah berada di kamar Eren bersama sang pemiliknya. Di ruangan bernuansa hijau-cokelat, berukuran 4×5 meter, beraroma pengharum ruangan wangi mint, yang dinding di sebelah barat kamar ditempeli poster anime tema raksasa kesukaan Eren, dan dalam keadaan yang semi-rapi. Mereka duduk lesehan di atas karpet dihadapan meja pendek yang dipenuhi dengan cukup banyak makanan; beberapa kue buatan Bunda Carla, beberapa bungkus snack milik Eren, beberapa kaleng soda dingin, dan segelas cokelat hangat.

"Eren, apa ini nggak kebanyakan? "

"Nggak apa-apa, Armin. Lagian, kita juga butuh tenaga ekstra untuk bahas apa yang mau kita omongin saat ini. "

"Tugas Kimia? "

"Ih, bukan! Yang kita omongin di rooftop sekolah! Masalah gue! "

"PR kita gimana, terus? "

"Itu, mah, bisa nanti-nanti. Masalah gue lebih penting daripada itu! Ini menyangkut urusan hidup dan mati, Armin! "

"Segitunya banget... " Armin tersenyum simpul sambil geleng-geleng kepala. Yah, dia sudah tahu kalau akhirnya akan jadi seperti ini. Eren Jaeger mana pernah serius dengan hal yang seharusnya diseriuskan. Masalah pribadi yang cenderung sepele malah selalu dia besar-besarkan. Sama seperti masalah waktu kelas 10 dulu. Cuma gara-gara jerawat sebesar biji kacang hijau di jidat, Eren sampai uring-uringan selama seminggu karena merasa kadar ketampanannya berkurang.

Dasar beban!

Untungnya... Karena Armin Arlert adalah teman paling baik hati sedunia —suka menolong dan rajin menabung pula—, maka dia akan dengan senang hati membantu sahabat masa kecilnya itu.

Armin segera menyalakan laptopnya dan mencari file yang sudah dia siapkan. Eren di sebelahnya ikut menonton sambil makan keripik keju. Kedua sudut bibirnya terlihat belepotan karena bumbu. Tapi dia biarkan saja.

"Lo inget apa yang gue bilang di rooftop tadi siang, Eren? " tanya Armin di sela kegiatannya mencari-cari. "Oke. Gue tahu lo nggak bakalan inget. "

Eren cuma nyengir lima jari setelah kepalanya menggeleng tadi.

"Seperti yang gue bilang; untuk menjatuhkan lawan lo, lo harus tahu dulu segalanya tentang dia. Tentang kekuatannya, tentang kelemahannya. Setelah itu, barulah kita bisa mikirin bagaimana strategi yang akan kita pakai untuk melawan dia. "

"Lo udah kayak panglima perang aja, Min... " Eren menatap kagum seraya geleng-geleng kepala.

Armin tersenyum simpul. "Nah, untuk itulah, gue udah nyiapin ini. " Armin membuka sebuah file yang sudah dia temukan.

"Apaan, tuh? " Eren beringsut duduk lebih dekat untuk menatap layar.

"Beberapa informasi yang gue dapet tentang Kak Rivaille. "

"Dari mana lo dapet ini semua? "

"Gue retas sistem informasi dari database sekolah. "

"Lo retas komputer sekolah? "

Armin nyengir. "Iya... Hehe... "

"LO RETAS KOMPUTERNYA SEKOLAH, ARMIN ARLERT?! DEMI APA?! " Eren berteriak tepat si depan telinga Armin.

"DEMI LO, EREN JAEGER! PUAS LO, HAH?! KURANG BAIK APA LAGI GUE SAMA LO?! " Armin ikut berteriak sama kerasnya.

"ARMIIIINNN!!! LO EMANG SAHABAT SEKALIGUS KAKAK GUE YANG PAAAALING TERBAIK!!! " Eren langsung memeluk tubuh mungil ringkih itu erat-erat. Armin sampai megap-megap kekurangan oksigen.

"Inget Bang Zeke, Eren. "

"Ah, Bang Zeke, mah, nggak ada apa-apanya kalau dia nggak ada disini. "

My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang