12. Eren's BadLuck Day

412 75 39
                                    

BRAK!

"WOY, REN! SANTAI AJA NGAPA BUKA PINTUNYA! ITU ENGSELNYA MINGGU KEMARIN BARU DIGANTI, TAHU! "

"MAAF! "

"MAAF MAAF AJA LO! KALO LEPAS LAGI MAU LO GANTI, APA?! "

"IYA, LHO! AH! GUE MINTA MAAF! "

Kesal! Kepala dan wajah Eren masih panas gara-gara kejadian di kantin beberapa saat lalu. Dan sekarang, dia malah diajak ribut lagi oleh teman sekelasnya; Reiner. Pemuda tinggi berbadan kekar itu mencak-mencak karena Eren membuka pintu kelas dengan menendangnya sekuat tenaga. Ada beberapa jantung yang hampir lepas gara-gara suara debaman itu. Untung saja sebagian dari mereka fisiknya kuat.

"Untung aja si Armin lagi nggak ada di kelas. Kalau sampai jantungnya langsung copot gara-gara ulah lo tadi gimana, Ren?! "

"Eh? Armin?! Armin! Lo nggak kenapa-napa, kan?! " Wajah Eren langsung berubah panik saat itu juga. Kepalanya celingukan mencari sahabatnya itu.

"Nggak ada. Dia dipanggil ke ruang guru barusan. "

Eren menghembuskan napas lega. "Untunglah... " Eren mengelus dadanya, bersyukur.

Eren langsung disambut Mikasa begitu sampai di kursinya. Gadis itu tengah menyalin catatan Biologi miliknya ke buku catatan milik Eren. Jam pelajaran berikutnya memang Biologi, dan tugas mencatat itu sudah diberikan sang guru pembimbing tiga hari yang lalu. Eren baru ingat kalau dia baru menyelesaikan separuh dari catatan yang diminta sang guru. Dan Mikasa dengan senang hati menolongnya ketika Eren pamit pergi ke kantin beberapa saat lalu.

Begitu teringat kata kantin, mood Eren kembali memburuk.

"Kamu kenapa, Eren? " Mikasa baru saja menutup buku catatan Biologi milik Eren ketika menyadari ada sesuatu yang 'janggal' -menurutnya- dengan laki-laki di sebelahnya itu. Insting kepekaan Mikasa memang begitu kuat.

"Nggak kenapa-napa, Mikasa. I'm fine... " jawab Eren dengan nada kesal disana. Membuat Mikasa jadi bertanya lagi.

"Kamu nggak bisa bohong, Eren. Udah jelas-jelas muka kamu ketekuk kusut begitu. Pasti ada sesuatu yang gangguin kamu, kan? "

Eren hanya terdiam. Dia memanggu dagu di atas lipatan lengannya. Kedua alis tebal Eren dan garis bibirnya sama-sama menukik ke bawah. Dahinya tampak berkerut samar. Terlihat jelas sekali kalau Eren Jaeger sedang merasa bete.

Mikasa memanggil Eren lagi.

"Aku nggak kenapa-napa, lho, Mikasa... Ah! " Eren jadi merasa jengah.

"Jangan pendam masalahmu sendiri, Eren. Bilang aja sama aku kalau ada yang gangguin kamu. Bakalan kuberi mereka pelajaran supaya berhenti berurusan sama kamu lagi. "

Eren mendengus pendek. Bukan mereka yang bakalan kapok deketin aku, tapi mereka yang bakalan takut berurusan sama kamu, Mikasa...

"Kali ini, siapa lagi yang gangguin kamu? " Mikasa bertanya lagi. "Ada adik kelas atau kakak kelas lain yang nembak kamu? Kamu dilabrak kakak kelas cowok gara-gara pacarnya lebih suka sama kamu? Atau malah ada cowok yang nembak kamu? "

Eren tidak bisa tidak membelalakkan matanya mendengar kalimat terakhir Mikasa. Apa-apaan itu?!

"Nggak ada yang kayak begitu, Mikasa! "

"Lha, terus kamu kenapa?! "

"Hei, kalian... Pertengkaran rumah tangga, tuh, diselesaikan di rumah aja. Jangan dibawa-bawa ke sekolah juga... "

Kepala sepasang manusia yang tengah beradu mulut sebelumnya itu langsung mengalihkan atensi ke arah suara yang menginterupsi mereka. Disana, ada seorang gadis berambut panjang berkuncir dua sedang menahan tawa di kursi berselang dua baris dari mereka.

My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang