Part 18

14 2 0
                                    

Cuaca sore ini terlihat gelap. Sebab awam yang terlihat hitam menadahkan akan turunnya hujan. Padahal jam baru menujukan pukul 17.00

"Nas, balik yuk mau hujan nih" Pinta Afifah,
Mereka saat ini berada di sebuah cafe tak jauh dari sekolah. mereka tengah mengerjakannya tugas membuat puisi yang diberikan oleh bu dini.

Ya, sebenarnya ini ide Nasya. Ia tak mau menunda-nundah untuk mengerjakan tugas. sebab dirumah waktunya dia istirahat dan kumpul dengan keluarga nya. Kalau ada waktu dan bisa dikerjakan kenapa tidak?. Begitulah Nasya

"Iya Nas, lanjut besok ya" Sahut Firda sambil menguap. "Lelah banget nih gue. Udah kangen bantal guling di rumah. Lagian waktunya masih minggu depan kan? Mendung juga nih"

"Emm,, yaudah deh. Kalian balik aja dulu"

"Loe gak sekalian pulang bareng kita? "Tanya Firda

" Gak deh fir, nangung nih. Nanti gampang lah aku bisa telpon kak nathan atau cari taksi"

"Rajin banget ciii, sahabat ku ini. Kalau masih nangung bisa kali punya kita juga kerjaiin. Nangung juga Nas" Kata Afifah sembari melirik Firda "ya gak fir"

"Malesss, udah sana. Ngak kelar-kelar nih puisi gue"

"Canda bund, marah-marah mulu"

"Iya bund... Bundar"
"... Udah sana pulang"

"Duluan ya Nas"

" .... Daaa"

* * * *

"Alex mau kemana? Dengerin dulu penjelasan mama sama papa" Teriak andriana mama alex

"Ini demi kebaikan kamu loh lex. Disini papa sering dengar dari guru kamu, kamu selalu buat onar. jadi keputusan papa sudah bulat papa sama mama akan sekolah in kamu di luar negeri" Ucap burhan dengan nada keras

"ALEX GAK MAU" sentak alex.

"Kapan sih kamu mau nurut sama papa mama? "

"Haaa? Kapan mama bilang? Dari kecil alex selalu nurut apa kata mana sama papa. Disuru ini itu alex selalu nurut. sampai akhir nya kasih sayang mama papa udah hilang buat alex dan ningalin alex begitu aja. Pada akhirnya orang tua sesungguhnya buat alex itu bik mina bukan mama sama papa. " Ucap alex dengan mata berkaca ia menghentikan langkah untuk pergi dari rumah.

" ... Dan jangan salain alex kalau kepribadian alex ngak sesuai yang kalian harapin. Ini semua juga salah kalian. Kalian yang buat alex kayak gini"

Bik mina yang sedari tadi melihat kejadian itu tidak bisa menahan air matanya.

"Lex ini juga demi kebaikan kamu, kebaikan kita semua. Kalau papa sama mama ngak kerja mau makan apa kita? " Ucap burhan

"Kerja lebih penting ya pa, sampai rela ningalin anaknya"

"Udah cukup kamu gak tau apa-apa alex"

Tanpa menghiraukan ucapan papanya alex keluar rumah mengeluarkan montor sport lalu melajukanya dengan begitu kencang. Hujan yang mulai turu tak mengurungkan niat alex untuk pergi dari rumah.

"...kamu gk tau dulu susahnya papa mama gimana untuk mencukupi kehidupan kita" Ucap Andriana berderai air mata
"... Mama nyesel lex, "

Hujan semakin deras. Menambah dramatis suasana kala itu. Tetapi alex tak kunjung pulang. Ia semakin menambah kecepatan laju montornya. Menembus derasnya air hujan.

"Arrrggghhh... " Alex berhenti di sisi jalan yang sepi menenangkan hatinya sejenak. Dengan hujan yang semakin deras

".. Kenapa gue harus dilahirkan dengan keluarga yang gak punya rasa sayang sedikit pun ke gue" Teriak alex.

“....Tuhan gak adillll” Lanjut nya.

"Tuhan adil kok kalau loe mau bersyukur" Ucap seseorang dengan nada keras. sebab hujan yang semakin lebat dan petir yang terus menggelegar.

Tanpa alex sadari ada seorang gadis disampingnya.  Dengan payung diatas menutupi kepada mereka berdua. Sotak Alex pun mengalihkan pandangan nya kepada gadis tersebut.

"Nasya.." Ya benar gadis itu adalah nasya. Ia tak sengaja lewat hendak pulang dari cafe dan melihat seseorang yang tidak asing baginya, Teriak-teriak sendiri di pinggir jalan. Lalu nasya segera menghentikan taksi yang ditumpangi nya dan segera menghampiri alex "...Ngapain loe? " Tanyanya

"Ya loe ngapain hujan-hujan gini teriak-teriak gak jelas kayak orang gila" Jawab nasya

"Bukan urusan loe"

"Galak amat"

"Sana pulang, seragam loe basah tuh"

"Biarin, kalau loe gk pulang gue juga gak pulang"

"Haa?? Tumben loe peduli sama gue? " Tanya alex menata lekat-lekat manik mata nasya.

"Ya.. Yaaa kan...." Nasya dibuat salting oleh alex

"...kan apa? Salting yaaaa" Goda alex sambil mengakat satu alis nyanya dan semakin mendekatkan wajah nya kepada nasya.

"Ngak... siapa yang salting. Nanti loe.. Loe sakit trus ngak bisa pulang, keluarga loe nyariin kan repot."

Alex terdiam sejenak. Mengingat keluarga yang ngak pernah memikirkan keadaannya.

DArrrr
Suara petir begitu kencang membuyarkan lamunan alex dan keheningan sesaat itu.

"Aaaaa.. " Sepontan Nasya berteriak melepaskan genggaman payungnya dan menutup rapat telinganya dengan ibu jarinya. Alex yang melihat kejadian itu pun langsung tertawa.

"Hahah.. Takut ya? "

"Kaget" Sambil membuka matanya perlahan. "Ee.. Payung gue" Melihat payung nya yang sudah terbang jauh terbawa angin.

"... Aduh basah gimana nih" melihat kearah taksi yang sebelumnya ada dibelakang tak jauh darinya. Tpi nihil, taksi yang di tumpangi nya sudah tidak ada mungkin karena terlalu lama menunggu atau hujan semakin deras jadi pak sopir taksi memilih untuk meninggalkan nasya.

"Seragam loe basa" Ya nasya memakai seragam putih Abu-Abu karena belum pulang kerumah.

"Nih.. " Sambil memberikan jaket
Kulit yang di kenakan alex "...pake"

"Ngak ah basa"

"Seragam loe itu tembus pandang mau dilihatin semua orang"

"Ee ngak deh"

"Yaudah ni" Nasya pun menerima jaket yang di berikan oleh alex.

"Naik"

"Haa??"

"Gue anterin pulang. Udah jam setengah tujuh nanti bokap loe nyariin "

"Ee iya gue sampai lupa waktu. Yaudah deh"

Nasya menaiki motor sport alex. Alex melajukan montornya dengan kecepatan rata-rata tak terlalu kencang. Sesekali alex melirik wajah imut nasya yang kedinginan di spion montornya.

"Pegangan"

"Haa?? Apa? "

"Pegangan Nasya" Dengan suara lembut. meraih tangan Nasya dan mengegam tangan gadis itu yang ia letakkan di depan perutnya.

The Girls StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang