❤️❤️❤️
Sudah hampir dua Minggu ini, Nana dibuat gemas dengan sosok Cindy yang hampir setiap hari datang ke kantornya. Dengan alasan mengirim makan siang, sore bahkan malam kepada Mahesa. Meski Mahesa tak menanggapinya sama sekali. Namun Nana ingin rasanya mencakar wajah tebal penuh make up milik Cindy karena kesombongannya yang hakiki. Mentang-mentang anak orang berpengaruh di negeri ini, dia bersikap seenaknya kepada orang lain.
Duh, gayanya itu loh. Kayak putri sejagad yang lagi jalan di catwalk, seolah-olah dia satu-satunya yang menjadi fokus semua orang. Dan, sorry, Cindy berhadapan dengan orang yang salah. Nana takkan tunduk hanya karena dia seorang putri Rama Pradipta.
Cindy belum tahu saja, kalau Nana, bisa lebih berbahaya dari sekarang. Satu-satunya putri narapidana tersangka kasus korupsi payment gateway (pembuatan paspor) 5 tahun lalu yang sempat melarikan diri, bahkan melawan petugas dengan satu tembakan mengenai satu anggota Mabes Polri, dan menjalani hukuman seumur hidup.
Membuat hidup Nana tiba-tiba menjadi keras bahkan sangat keras. Sempat hidup di jalanan dan berteman dengan para preman. Bekerja serabutan asal bisa mengisi perutnya. Harta sang ayah disita, keluarga tak ada lagi yang mau menampung gadis liar sepertinya. Sedang sang Mama, memilih kabur bersama mantan pacarnya.
Semua itu terjadi sebelum Mahesa menemukannya. Mencarinya karena Ridwan Setyo, sang Papa memintanya untuk menjaga putri satu-satunya. Entah hubungan atau janji apa yang diucapkan Mahesa kepada sang papa, karena selang berapa hari setelah ia diangkut Mahesa ke rumah besarnya, sang papa dikabarkan meninggal bunuh diri. Tragis, tapi Nana, tak pernah menangisi nasibnya.
Lalu, hanya seekor tikus curut kecil yang mengganggu hidupnya secara tiba-tiba. Ia akan tinggal diam? Tentu tidak, jangan harap ia akan bersikap manis kepada gadis ular itu.
“Argggh ....”
Terdengar teriakan dari arah toilet. Beberapa pegawai yang melintas dan mendengar teriakan seseorang dari toilet ingin bergegas melihatnya. Namun seketika mundur karena keberadaan Nana tepat di depan lorong kamar mandi. Bersedekap anggun dengan mata yang melotot tajam, mengusir para pegawai yang berani mendekati toilet.
Ia tersenyum miring, ketika mendengar suara Cindy yang masih saja menjerit-jerit ketakutan. Dua Minggu cukup membuat Nana berdiam kesal tanpa melakukan apapun.
Setelah melihat jam di pergelangan tangannya. Nana, kembali melangkahkan kakinya meninggalkan lorong toilet, namun sebelumnya, ia membuka slot kunci pada pintu toilet. Sembari tersenyum jahat dengan mengibaskan rambut hitam berkilau sepunggungnya.
Di dalam toilet, Cindy masih memekik ketakutan. Tiba-tiba saja di lantai toilet muncul banyak belut yang masih menggeliat segar. Ia mengira itu bayi ular yang berbisa, sehingga ia histeris ketakutan. Selama hampir 10 menit, Cindy berdiri di atas kloset dengan tubuh bergetar. Air matanya luruh tak terkira, membuat wajahnya terlihat mengenaskan.
Ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu toilet dan menemukannya. Cindy masih saja berteriak ketakutan. Ia berlari tunggang langgang meninggalkan kantor Mahesa.
❤️❤️❤️
Sebulan kemudian.
Mahesa dan partai pengusungnya telah melakukan penandatangan MoU. Deklarasi akan segera dilaksanakan satu Minggu mendatang yang akan di siarkan secara langsung oleh beberapa tv nasional. Elektabilitas Mahesa semakin naik menurut berbagai lembaga survey paling akurat di negeri ini, apalagi ketika calon wakil nya seorang hafizh Qur’an kader dari Partai Kesejahteraan Ummat, salah satu partai pengusungnya, Muammar Khadafi.
Langkahnya semakin mantap. Bahwa terjun ke dunia ini adalah pilihannya. Meski sebenarnya ada sebuah misi yang harus ia tuntaskan. Banyak lawan yang lebih kompeten serta miliki kans yang lebih besar darinya. Apalagi ketika seorang anak dari penguasa negeri saat ini ikut maju ke perhelatan PILKADA. Rizal Gunawan Putro, yang tak bisa dianggap main-main. Dan itulah alasan bagi Rama Pradipta untuk memilih berada di pihaknya. Membuat partai Garuda terpecah menjadi dua kubu. Kubu Mahesa dan kubu Rizal.