6. Kesalahan

1 0 0
                                    

Salah paham merupakan hal kecil. Namun jika dibiarkan, ia mampu merusak hal-hal yang besar.

🖤🖤🖤

Siang itu, tepatnya pada jam istirahat berlangsung, Hilda berjalan menuju tempat tongkrongan Roy. Ia tidak berpikir apapun tentang harga dirinya. Ia menganggap dirinya hidup di zaman modern, dimana tak ada lagi batasan bagi seorang wanita untuk mengejar laki-laki pujaannya. Walaupun Roy belum menempati posisi sebagai 'pujaan' dalam hidupnya.

Apa yang ia lakukan hari ini merupakan reaksi atas apa yang Roy lakukan padanya kemarin. Cowok itu membuatnya penasaran setengah mati. Ia yang tak mau terus-menerus dihinggapi rasa gelisah pun memutuskan untuk berbicara dengan cowok itu. Meskipun untuk itu ia harus menepis rasa gengsinya. Rasa penasaran itu mungkin juga sudah memutus urat malunya, hingga ia berani mendatangi Roy hingga ke tempat tongkrongannya.

"Permisi, gue kesini cari Roy.." ujar Hilda ketika dirinya sampai di tempat tongkrongan cowok itu.

Salah satu teman Roy--yang Hilda ingat sebagai seseorang yang pernah bertengkar dengannya--membelalakkan mata. Seperti terkejut, namun itu tak berlangsung lama. Sedetik kemudian, cowok itu mengerlingkan mata pada seorang cowok bertopi yang berdiri membelakangi Hilda.

"Roy.." gumam teman Roy tersebut.

Cowok bertopi itu membalikkan badan seraya tersenyum semringah. Hilda harus menahan napas saat mengetahui ternyata cowok itu adalah cowok yang tengah ia cari. Dengan muka manis, Roy berjalan ke arahnya demi menepis jarak diantara mereka.

"Pucuk dicinta ulam tiba," kata Roy seraya menatap Hilda. Jarak yang ada di antara keduanya hanya tersisa beberapa senti dan itu memaksa jantung Hilda bekerja dua kali lebih cepat. Ditambah senyuman manis Roy yang nyaris membuat kesadarannya melayang.

"Ada apa nyariin gue? Kangen ya.." goda Roy.

Hilda menggeleng selaras dengan matanya yang mengerjap cepat. Roy sudah membuatnya ditelan penasaran. Jangan sampai cowok itu mengambil kesadarannya yang tersisa. Hilda tak akan biarkan itu terjadi.

"Ada yang mau gue omongin." sahut Hilda setelah beberapa detik godaan Roy hanya disambut semilir angin.

"Ngomong aja," ujar Roy santai. "Disini gak ada kok yang larang Lo ngomong."

"Berdua," tegas Hilda. "Cuma gue sama Lo."

Roy tersenyum kecil sebelum menyetujui keinginan Hilda.

"Baiklah tuan putri, seperti yang Anda inginkan, hamba siap laksanakan." ujarnya takzim.

"Ikut gue.."

Hilda lalu berjalan mendahului Roy. Dibelakang, Roy mengikuti langkah Hilda. Cowok itu sempat mengoceh saat mengetahui Hilda membawanya menjauh dari tempat tongkrongan ia dan teman-temannya. Namun, Hilda tak menggubris ocehan tersebut. Cewek itu terus berjalan sampai menemukan suatu tempat yang sekiranya aman untuk membicarakan mengenai suatu hal yang menjadi penyebab ia menemui Roy saat ini.

"Kenapa lo ajak gue kesini? Apa gak ada tempat lain yang lebih nyaman dari ini?" Roy terus bertanya saat Hilda sudah menghentikan langkahnya. Tempat ini adalah tempat paling sepi yang Roy tahu selama ia berada di SMA Gemintang. Atap sekolah alias rooftop.

HI - in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang