9. Perbedaan

1 0 0
                                    

Butuh waktu untuk memulai, maka pertahankan selama masih ada kesempatan untuk mempertahankan.

🖤🖤🖤

"Misi gadis-gadis cantik, boleh kita gabung disini?" tanya Roy pada kedua teman Hilda yang tengah makan sambil bercakap-cakap.

Kedua cewek itu terdiam sesaat setelah Roy dan Hilda mendekat. Tatapan keduanya mengarah tepat pada Hilda. Roy yang tidak bisa membaca pikiran mereka, lantas menoleh pada Hilda, dan melihat tatapan serupa yang cewek itu layangkan untuk kedua cewek yang duduk di hadapannya. Beberapa detik berlalu dengan hening, hingga salah satu dari cewek itu menggumamkan nama Hilda.

"Hi.." ujarnya. "Gue seneng Lo mau gabung lagi sama kita." lanjutnya seraya tersenyum simpul.

"Gue mau kesini karena cowok gue." timpal Hilda seraya melirik pada Roy.

Roy tidak tahu Hilda sedang bersandiwara atau tidak, tapi yang jelas perubahan drastis dari sikap cewek itu membuat Roy kadang bertanya-tanya dalam hati. Kalau memang cewek itu bersikap apa adanya, lantas benarkah ia juga sungguh-sungguh menyayangi Roy seperti yang selalu ia tunjukkan?

Kadang tanpa sadar, sikap Hilda membuat Roy merasa dicintai. Ia yang keras kepala namun penurut. Yang terlihat ketus tapi sesungguhnya menyembunyikan kepedulian yang besar. Cara ia menatap Roy, cara ia salah tingkah karena Roy, menjadi pemicu berbagai macam pertanyaan dalam benak Roy. Apa yang cewek itu sedang lakukan? Apa motifnya bersikap seperti ini? Apakah ada niat terselubung dari seluruh kebaikan yang cewek ini berikan padanya?

Roy nyaris terbawa perasaan kalau saja tidak segera menyadari niatnya memacari Hilda. Ia tidak boleh jatuh cinta pada cewek ini. Ia akan selalu ingat pada saat dimana cewek ini menjatuhkan nama baiknya di sekolah ini.

"Oh Roy ya?" temen Hilda yang mengenakan behel itu lalu melirik ke arahnya seraya tersenyum. "Sini gabung aja sama kita, kita berdua justru seneng kalo kalian ikut gabung."

"Thanks.." Roy berterima kasih lalu duduk di samping cewek berbehel tersebut. Sementara Hilda memilih duduk di hadapannya, tepat di samping cewek berbando merah.

"Jadi, kalian udah jadian?" tanya cewek berbehel lagi.

"Hilda gak cerita soal ini sama kalian?" alih-alih menjawab, Roy balik bertanya.

Tidak ada hal khusus yang menyebabkan ia melontarkan pertanyaan tersebut. Roy hanya heran tentang kedekatan Hilda dengan dua cewek itu yang akhir-akhir ini tampak merenggang. Sebelumnya, Roy melihat mereka bertiga seperti berteman begitu akrab, sebelum tampak jauh seperti sekarang.

Kedua cewek itu tampak bertatapan, lantas cewek berbando merah mengeluarkan suara.

"Mungkin lebih tepatnya, belum cerita." ujarnya seraya menatap Hilda.

"Ya, kan kita beda kelas. Dan akhir-akhir ini dia, kan lebih sering sama lo, dibanding sama kita." cewek berbehel itu melanjutkan.

"Jadi bep, aku ganggu hubungan kamu sama kedua best friend kamu ya?" tanya Roy pada Hilda.

Hilda tidak menjawab. Cewek berkaca mata itu memilih menyibukkan diri dengan smartphone di tangannya.

"Hi, dalam setiap hubungan sering terjadi kesalahpahaman, itu hal wajar. Tapi kamu pasti ingat, banyak hal yang udah kita lalui, apa enggak ada sedikit aja keinginan di hati kamu untuk memperbaiki semuanya. Lagipula, Syilla udah minta maaf loh sama kamu. Dan kita berdua akan mendukung apapun pilihan kamu." ujar cewek berbando merah seraya memegang bahu Hilda.

HI - in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang