14. Romantika

1 0 0
                                    

Dua hal penyebab seseorang bisa tersakiti begitu dalam. Pertama, berharap tinggi. Kedua, terlalu mencintai.

🖤🖤🖤

Sepanjang hidupnya, baru kali ini Hilda merasa begitu gelisah hanya karena hal sepele. Biasanya ia masa bodoh terhadap hal-hal kecil. Tapi kali ini ia sampai tak bisa tidur hanya karena tidak mendapat kabar dari seseorang.

Oh, Tuhan, apa iya benar-benar telah jatuh cinta pada Roy?

Hilda tak menyangka bahwa kebenciannya akan menyebabkan kekalahannya pada diri sendiri. Ia berpikir bisa melukai Roy, tapi sepertinya ia yang harus siap-siap terluka. Ia tidak pernah percaya bahwa benci bisa menjadi cinta sampai akhirnya ia mengalaminya sendiri.

Atau memang sebenarnya ia tidak pernah benar-benar benci pada cowok itu? Ia hanya kecewa. Ketika Roy mengganti kekecewaannya dengan cinta yang ia berikan, perasaan Hilda kembali melambung tinggi. Ia berharap Roy selalu menjadi miliknya sampai seterusnya.

Untuk mengalihkan cemasnya, Hilda menscroll layar ponselnya. Melihat-lihat isi status teman-teman FB-nya di beranda. Pada saat itulah kecemasannya memudar, digantikan sebuah perasaan lain yang menyesakkan. Ia mencoba menyangkal. Tidak, ia tidak boleh cemburu. Ia tidak boleh berpikir negatif hanya karena melihat sebuah foto.

Tapi, siapa cewek yang bersama Roy di foto tersebut?

Banyak hal yang mau tak mau membuatnya menaruh kecurigaan. Roy yang sama sekali belum membalas pesannya, gadis yang membuat postingan itu dengan men-tag akun FB Roy, hingga kedekatan Roy dengan cewek itu yang sangat nampak walau hanya dari sebuah foto unggahan. Apalagi caption yang menyertai postingan tersebut turut menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam benak Hilda.

Pada foto tersebut terlihat wajah keduanya yang belepotan oleh cream butter. Kepala mereka berdekatan satu sama lain. Dari raut muka keduanya tampak bahagia. Dan isi caption pada postingan itu seolah memperjelas segalanya.

Sweet fiveteen pinokiokuu❤️🎉🎂

Hilda merasa seperti bom waktu yang akan segera meledak. Ia tak tahan melihat kedekatan mereka, tapi ia tak bisa apa-apa. Dibanding gadis di foto tersebut, ia tak ada apa-apanya. Kalaupun Roy malu memamerkan hubungan dengannya, itu hal wajar.

Terlalu sesak, akhirnya Hilda menonaktifkan ponselnya. Ia bersembunyi di balik selimut. Mencoba memejamkan matanya. Ternyata kebahagiaan masih belum bisa jadi miliknya.

🖤🖤🖤

Tidak seperti biasanya, seharian ini Roy terus merasa gelisah. Pasalnya, Hilda mendadak sulit dihubungi. Bahkan di jam istirahat pun cewek itu sama sekali tidak terlihat menampakkan diri. Berbeda dengan hari-hari biasanya yang selalu standby menunggu Roy di kantin satu. Demi mencari tahu tentang penyebab menjauhnya cewek itu Roy memilih keluar lebih dulu dari kelasnya sebelum bel pulang berbunyi. Ia berdiri di depan kelas Hilda, menunggu cewek itu keluar dari kelasnya.

Lima belas menit kemudian, seisi kelas XI IPA 1 bubar. Dengan teliti mata Roy memindai satu persatu orang yang berhamburan keluar pintu. Tak menemukan apa yang dicari, Roy pun berinisiatif melongok ke dalam. Dan benar firasatnya, Hilda memilih keluar paling akhir. Cewek itu sedang sibuk merapikan mejanya ketika Roy datang menghampirinya.

"Hai beybeh.." Roy berseru riang seraya menepuk bahu cewek yang seharian ini membuatnya begitu gelisah.

Hilda sedikit berjengit, sebelum kembali pada ekspresi normalnya. Ia menatap Roy sedikit muram.

HI - in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang