3. Permainan

1 0 0
                                    

Balas dendam paling mengerikan adalah dengan membuat seseorang jatuh hati, lalu menjatuhkannya.

🖤🖤🖤

Pertandingan basket sudah selesai. Roy berjalan ke wastafel dengan muka marah. Hari ini merupakan hari yang dirasanya paling sial. Bayangkan saja, dalam satu hari ia sudah mendapat masalah bertubi-tubi.

Pertama, permainan kotor rivalnya. Kedua, sambaran bola basket dari cewek kurang ajar itu. Ketiga, yang paling parah dan membuat amarahnya semakin memuncak ke ubun-ubun ialah, saat ia harus terpaksa menerima kekalahan.

Tidak biasanya ia kalah dalam sebuah pertandingan. Ini yang pertama, dan harus menjadi yang terakhir kali. Sialnya, cewek itu adalah dalang dari masalah terbesarnya saat ini. Jika tak ada bayangan cewek itu mempermalukannya, maka Roy pasti bisa konsentrasi dalam bermain. Cewek itu sudah merusak konsentrasinya, dan secara tak langsung menjadi penyebab kekalahannya.

Sekarang, dia harus menerima akibatnya. Roy pastikan cewek itu tak akan selamat.

"Gue udah bilang, lo jangan emosi, kita jadi kalah, kan?" Doni berdecak kesal.

Roy tidak peduli Doni berkata apa. Ia membasuh wajahnya. Tak ada senyum sama sekali di wajah itu. Tak ada raut hangat, dan juga keceriaan. Di mukanya hanya ada kemarahan. Begitupun dengan hatinya yang sampai saat ini masih mencoba meredam amarah.

"Mulai sekarang lo harus banyak-banyak belajar sabar deh Roy. Pokoknya lo harus bisa ngontrol emosi lo." Doni masih mengoceh di sampingnya.

Roy menatap cermin di hadapannya. Alih-alih melihat wajahnya sendiri, justru bayangan cewek itu mempermalukannya yang terlihat. Roy menumpukan telapak tangannya di atas wastafel. Jemarinya mencengkram erat, membayangkan bahwa cewek itulah yang sedang ia cengkeram.

"Menurut lo, harus gue apain dia?" tanyanya tanpa menoleh.

"Siapa?" Doni mengerutkan alis, tak paham kemana arah pembicaraan Roy.

"Cewek cupu yang lempar bola basket ke muka gue."

"Oh, jadi daritadi lu diem aja, mikirin dia?" Doni tertawa. "Ya ampun Roy.." ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue serius, gue gak suka dia permaluin gue di depan umum." kata Roy.

"Ditinggalin pas sayang-sayangnya itu sakit bro." Doni merangkul bahu Roy sambil tersenyum sumir.

"Maksud lo?" Roy kini menoleh, menatap Doni dengan alis terangkat.

"Buat dia jatuh cinta, terus lo tinggalin dia."

🖤🖤🖤

Hilda sedang bercengkrama bersama Alya dan Syilla. Mereka bertiga sedang berjalan menuju kantin. Namun, di perempatan jalan menuju kesana, mata Hilda tanpa sengaja bertemu dengan mata Roy. Cowok itu sedang merokok bersama teman-teman satu tongkrongannya seperti biasa, setiap jam istirahat berlangsung. Hilda sudah tak heran lagi melihat sikapnya, namun, tatapan intens yang Roy layangkan rupanya menyita perhatiannya. Tanpa sadar, Hilda berhenti melangkah. Membuat Alya dan Syilla kebingungan sesaat.

"Hi, lo lagi liatin ap-" Syilla yang hendak bertanya, seketika terkejut ketika mendapati apa yang dilihatnya. Hilda dan Roy bertatapan seperti ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. "Ya ampun.."

HI - in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang