8. Daffa jail

3.2K 204 0
                                    

Terdiri dari 2110 kata :-)

-----

Tanpa sadar tangan Daffa bergerak untuk mengelus rambut Nasya, karena rambut Nasya sangat lembut, membuatnya terbuai semakin mengelusnya, sehingga Nasya menjadi terusik. Nasya membuka mata dan mendongak.

"Ngapain?," tanya Nasya yang merasakan kepalanya dielus.

Daffa kaget mendengar suara Nasya, seketika Daffa menarik tangannya yang masih berada di kepala Nasya, dia mengira Nasya belum bangun.

"Ahh, itu... itu tadi... ada kecoa, ada kecoa dirambut lo," ucap Daffa terpaksa berbohong agar tidak ketahuan mengelus rambut Nasya.

-----

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.

Selepas mengambil barang-barang yang memang penting dan di butuhkan, Nasya menarik dua koper keluar kamar. Koper pertama berisi pakaian sekolah dan buku, sedangkan koper kedua berisi pakaian yang biasa dia pakai.

Tidak terlalu banyak barang yang dia ambil karena beberapa keperluannya memang sudah di sediakan oleh Ibu mertuanya.
Daffa yang melihat gadis itu kesusahan membawa dua Koper sekaligus, berniat membantu.

Daffa menahan kedua Koper yang di bawa Nasya. "Biar gue yang bawa."

"Gak usah, aku bisa bawa sendiri kok, tinggal diseret aja," ucapnya dengan penuh keyakinan.

Daffa melepas pegangan tangannya pada koper, lalu berjalan lebih dulu menuruni anak tangga.

Sementara seseorang yang tadinya sok-sok'an tidak mau dibantu, kini mengeluh karena kesusahan membawa dua koper sekaligus. Dia berdecak sebal menahan beban koper yang sialnya sangat susah untuk dibawa turun tangga.

"Ini koper berat banget sih." gerutunya kesal.

Dan apa katanya tadi kopernya tinggal diseret, benar sih diseret, tapi kalau saat menuruni tangga dia menyeret koper bisa-bisa dia tidak bisa menahan beban koper itu dan akhirnya dia bisa terjatuh. Nasya menghela napas lelah saat sampai di anak tangga terakhir, inilah akibatnya jika terlalu gengsi, dia menyesal menolak bantuan Daffa tadi.

"Ya Allah. Kenapa ini tangan jadi sakit?," ucapnya sembari memijit-mijit tangan dan lengannya yang terasa sedikit sakit bercampur pegal.

"Gini nih kalau cowok gak peka, ya... emang sih tadi nolak, tapikan dia bisa peka dan maksain bawa gitu. Ihh dasar es kutub gak peka" makinya kepada Daffa yang entah berada dimana.

Saat dirasa nafasnya sudah teratur Nasya menyeret koper menuju ruang tengah untuk dia letakkan disana.

"Kemana tuh orang?" gumam Nasya saat tidak menemukan seorang pun.

Karena tenggorokannya terasa kering dia memutuskan berjalan kedapur. Sesampainya disana netranya menangkap dua orang yang tengah berbincang santai ditemani dua cangkir coklat panas dan beberapa camilan.

"Habis ngapain Dek? Sampai keringetan gitu," tanya Rasya saat Nasya melewatinya untuk mengambil air minum di kulkas.

"Bawa koper," ucapnya singkat, lalu meminum air dengan rakus yang diambilnya.

Daffa yang sedari tadi memperhatikan kegiatan gadis itu mencibir pelan. "Minum pelan-pelan aja, gak usah kayak orang kerasukan."

Mendengar itu Nasya menatap tajam ke arah Daffa, yang ditatap tajam justru menampilkan wajah datar.

"Ada apa nih?" tanya Rasya.

"Ada orang yang lagi ngeluh kecapean karena tadi kesusahan bawa dua koper," Daffa melirik gadis didepannya.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang