15. Pelukan kenyamanan

2.8K 219 52
                                    

100 vote baru update, sekalian hiatus lama-lama dulu. Tapi kalo aku lagi pengen up walaupun gak terpenuhi tetap update kok. Apasih aku😂

Dah lah.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Astaghfirullah! Setan!!!"

Suara itu merupakan suara teriakan dari Nasya. Untung ponsel yang dipakainya tadi untuk menonton youtube tidak sampai jatuh, ia hanya terperanjat saja.

"Bisa gak sih, gak ngagetin orang!" ucap Nasya kesal.

Sengaja Nasya duduk di teras depan rumah supaya tidak ada yang mengganggunya menonton, sekaligus menikmati angin malam yang menyejukkan. Eh tau-taunya lelaki yang berada di depannya ini tiba-tiba menarik tangannya, mana tadi ia tidak mendengar langkah kaki seseorang, sunyi pula. Jadi bagaimana dirinya tidak kaget coba.

Daffa menampilkan raut wajah datar. "Lebay. Gitu aja kaget."

"Ini ada apa?"

"Kamu kenapa dek?"

Pertanyaan bersamaan dari Ayah dan Abang Nasya. Mereka berdua yang tadinya berada di ruang tengah sedang bersantai langsung berlari ke teras saat mendengar teriakan dari Nasya.

"Tanya sama itu tuh," ketus Nasya.

Mendapat tatapan bingung dari mereka berdua, Daffa menjadi kikuk. "Tadi Daffa narik tangan Nasya mau ngajak pulang, tapi dia-nya malah kaget."

"Gimana gak kaget coba, suasananya lagi sunyi tiba-tiba tangan Acha langsung ditarik. Mana teras rumah sepi, jadinya horor dong!"

"Oh astaga, Abang kira kamu kenapa-napa."

"Kamu ini Cha, bikin Ayah panik saja."

"Ya maaf, Acha kan kaget, kirain bukan orang."

"Emang kamu ngapain diluar?"

"Hehe nonton Yah," jawab Nasya dengan cengirannya.

"Kenapa gak di dalem aja, angin malam gak baik buat tubuh, entar kamu sakit."

"Iya Ayah, gak lagi kok."

"Katanya tadi mau pulang, sana keburu kemaleman. Makin larut malam anginnya makin kencang."

"Kalo gitu kita pamit, Assalamualaikum."

Setelah kedua pasangan muda tersebut selesai menyalami tangan. Rasya dan Rudi kembali masuk ke dalam rumah.

Tinggal Nasya dan Daffa yang berada di teras.

"Ayoo."

"Eh tunggu bentar aku mau ke kamar, seragam aku masih di sana."

"Seragam lo udah ada disini," ucap Daffa sembari memperlihatkan paperbag yang berisikan seragam sekolahnya dan juga punya Nasya.

"Oh bagus deh, aku juga males naik tangga lagi."

"Ambil jaket lo dulu."

"Gak usah gini aja." Biar saja cuma pakai piama, toh ini sudah malam, tidak ada yang bakalan memperhatikan.

Daffa menatap sebentar penampilan gadis itu yang hanya memakai piama panjang berwarna biru langit serta hijab instan warna navy.

"Tapi kalo lo kedinginan jangan ngerengek dan salahin gue."

"Gak bakal."

"Serius?"

"Iya ih. Kamu tenang aja."

"Yaudah," final Daffa.

Jangan berharap Daffa akan memaksa gadis itu untuk pergi mengambil jaket atau pergi mengambilkannya jaket. Atau bahkan berharap jika lelaki itu akan memberikan jaketnya untuk dipakai Nasya. Karena itu tidak akan terjadi.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang