4. Perjodohan

2.1K 159 2
                                    

Nasya menginjakkan kakinya memasuki sebuah restaurant, restaurant ini kelihatan sangat bagus dan mewah. Kalau untuk sekedar makan malam biasa dengan Abangnya, kenapa Rasya membawanya kesini dan berpakaian bagus, biasannya juga Rasya membawanya ke tempat biasa dengan pakaian sederhana.

Sepertinya ada yang janggal, ada yang aneh, pasti ada sesuatu yang Nasya tidak ketahui. Tapi Nasya sendiri tidak tahu dan tidak paham dengan apa yang terjadi.

Pusing memikirkan itu, Nasya mencoba membuang jauh-jauh kebingungannya dengan mengikuti langkah Rasya. Tidak jauh dari situ, Nasya melihat seseorang yang mirip dengan Rudi, Ayah Nasya. Nasya berlari kecil mendahului Rasya untuk menemui orang itu, setelah memastikan jika itu memang Rudi, langsung saja dia memeluk Ayahnya erat.

Nasya melonggarkan pelukannya, menatap Ayahnya. "Ayah kenapa gak bilang kalau sudah datang, Abang juga gak bilang. Kirain Ayah masih 4 hari di sana."

Rudi terkekeh. "Ayah sengaja, biar surprise. Perkiraanya Ayah bakal satu minggu disana tapi Alhamdulillah diluar dugaan Ayah, urusannya cepat selesai."

Rudi memeluk anaknya dengan erat, dia juga sangat rindu dengan anak bungsunya. "Marah gak sama Ayah?"

Nasya menggeleng, masih dalam dekapan Rudi. "Gak kok, Acha malahan seneng. Soalnya udah kangen banget sama Ayah."

"Anakmu emang gak pernah ditinggal jauh Rudi?" ucap seorang sambil tertawa pelan.

Mendengar ada suara lain membuat Nasya sedikit terkejut, dengan tingkat penasaran yang tinggi Nasya melepaskan pelukan Ayahnya dan menoleh ke sumber suara, tampaklah disana seorang pria yang kurang lebih seumuran dengan Ayahnya dan disampingnya seorang wanita cantik yang memakai khimar berwarna gray.

"Anak saya emang begini, manja dan gak bisa ditinggal jauh apalagi lama, kalau saya pergi di luar kota dalam waktu lama, pasti tanyain terus kapan pulangnya. Padahal udah sering ditinggal," ucap Rudi.

"Itu wajar, kalau anak perempuan selalu manja sama Ayahnya," ucapnya.

Nasya tersenyum kaku menanggapi ucapan pria dihadapan Ayahnya. Nasya juga malu, dia tidak menyadari keberadaan dua orang di hadapannya ini. Dengan gerakan pelan, Nasya memperbaiki posisi duduknya yang berada di antara Rudi dan Rasya.

Sementara Rasya hanya tersenyum geli melihat kelakuan adiknya yang manja. Rasya menyalami tangan Rudi dan teman Ayahnya, serta menyapa singkat istri teman bisnis Ayahnya.

"Maaf nunggu lama, tadi di jalan macet,"  Rasya berucap tak enak hati.

"Gak papa, anak tante juga belum dateng. Mungkin bentar lagi datangnya."

"Iya tante."

Nasya menoleh menatap Rasya. "Abang kenal mereka?" tanya Nasya pelan.

"Iya."

Mengerutkan kening lalu berkata lagi dengan pelan."Kok bisa?, Acha aja gak kenal."

Belum sempat Rasya menjawab, Rudi sudah menegur kelakuan mereka yang berbisik-bisik. Kurang sopan memang. "Kenapa kalian bisik-bisik?"

"Ini si Acha nanya, katanya mereka siapa?" ucap Rasya jujur.

Langsung saja Nasya memukul lengan Abangnya itu. "Abang kok ngomong sih, gak enak tau, Acha kan jadi malu," ucapan Nasya sukses membuat semua orang tertawa, karena ucapannya yang kelewatan jujur.

"Oh iya Ayah sampai lupa memperkenalkan. Cha ini om Adrian temen bisnis Ayah, yang disebelahnya namanya tante Diana istrinya om Adrian," ucap Ayah memperkenalkan kami.

Dengan canggung Nasya tersenyum, memperkenalkan diri kepada Adrian sambil menangkupkan kedua tangan. "Nasya om, panggil aja Acha," lalu menyalami tangan Diana, memperkenalkan dirinya.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang