5. Dilema antara dua pilihan

1.9K 152 0
                                    

Sudah dua hari berlalu, tapi gadis yang sedang duduk di kantin bersama ketiga sahabatnya belum juga menemukan jawaban yang tepat, apakah dia harus menerima perjodohan atau tidak menerimannya.

Karena tepukan seseorang, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa sih dari tadi melamun terus?, lagi ada masalah?"

Pertanyaan Putri membuat Nasya gelagapan. "Ah gak, gak ada apa-apa."

Ketiga sahabatnya menatap Nasya heran. "Kalo gak ada masalah kenapa dari tadi melamun terus?. Tuh makanannya cuma diaduk doang, gak di habisin," Tunjuk Santi pada makanan Nasya yang belum habis dan masih tersisa setengah. Sedangkan makanan mereka semua sudah habis karena jam istirahat sebentar lagi berakhir.

"Gak papa. Cuma gak nafsu makan aja"

"Aish. Gak boleh gitu Cha, entar kalau makanannya gak di habisin jadinya mubazir, kan kamu sering bilang kalau makan itu harus dihabisin gak boleh disisa, karena Allah gak suka orang yang mubadzir, 'sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu saudara setan' Qs.Al-Isra ayat 27. Gak maukan saudaraan sama setan? Jadi, sekarang makan cepat, bentar lagi masuk," ucap Rara panjang lebar, sifatnya yang cerewet keluar lagi.

Dari pada mendengar ocehan Rara yang tidak ada habisnya kalau tidak di turuti. Dia memilih melanjutkan makannya.

"Mantap Ra," puji Putri.

Rara menepuk dadanya bangga. "Iya dong."

"Sombong bener. Itu sih bukan ngingetin, tapi emang reaksi Rara aja kaya gitu, kan kalau udah ngomong gak ada berhentinya," sindir Santi.

Rara menatap Santi jengkel. "Oh jadi ngatain gue cerewet, bawel gitu?. Kalau ngomong gak bisa berhenti dan paling banyak ngomong."

"Ehh. Gue cuma bilang kalau ngomong gak ada berhentinya. kamu sendiri yang bilang gitu," ucap Santi tidak terima.

Rara mendengus. "Tapi secara gak langsung, maksudnya gitu kan?"

"Gak gitu."

Nasya dan putri geleng kepala melihat perdebatan kedua sahabatnya. Tidak habis pikir dengan kelakuan mereka berdua yang selalu berdebat, walaupun hanya masalah sepele tapi yang membuat heran, mereka tetap bersahabat sedari smp sampai sekarang. Mereka berempat sejak smp sudah jadi sahabat dan selalu satu kelas.

Untunglah bel berbunyi menandakan jam istirahat sudah berakhir, jadi perdebatan mereka juga berakhir.



***



Sore harinya Nasya menunggu Rasya pulang, dia ingin meminta pendapat Abangnya karena biasanya Rasya selalu memberikan jawaban yang bijak atas permasalahan yang dialami jika dia meminta solusi kepada Abangnya.

Semenjak dua hari ini, Ayah Nasya belum memberikan penjelasan kenapa dia menjodohkan Nasya dengan Daffa. Abangnya juga belum mengatakan apapun terkait perjodohan, Nasya jadi bingung harus bagaimana.

Suara klakson mobil terdengar dari arah depan. Nasya segera berlari menuju depan pintu rumah, menyambut kedatangan Rasya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam Bang," ucap Nasya lalu menyalami tangan Rasya.

Lelaki yang disalami tangannya menatap gadis yang ada didepannya dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa Bang Rasya natapnya gitu banget?"Nasya yang kebingungan segera memeriksa penampilan, takut ada sesuatu yang aneh dengannya. Tapi menurutnya tidak ada.

"Tumben nungguin pulang, sampe nunggu Abang depan pintu segala. Jadi kenapa nih?"

"Ya... gak. Lagi pengen aja. Curigaan amat sama adek sendiri, bukanya seneng ditungguin pulang."

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang