10. Suasana tidak mengenakkan

2.2K 156 5
                                    

Kelas XI IPA 1 sedang berada di lapangan, sekarang pelajaran olahraga. Setelah melakukan pemanasan, mereka membagi diri mereka menjadi dua kelompok, kelompok pertama berisi para cewek dan kelompok kedua berisi para cowok. Para cowok memainkan permainan basket sedangkan para cewek lebih memilih memainkan permainan bola voli.

Setelah bermain basket, Daffa tengah beristirahat di pinggiran lapangan, tempat yang tidak terlalu panas. Daffa yang sudah minum dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang tiba-tiba merebut botol minum yang dipegangnya.

"Ngagetin lo," ucap Daffa dongkol.

"Hehe sorry bro, gue haus banget," ucap Dika ketika selesai meminum air sampai tandas.

Daffa menatap lelaki di sampingnya dengan malas. "Sama-sama."

"Makasih," ucap Dika sambil memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Mau kemana?," tanya Dika.

"Ganti baju, gue gerah," setelah mengatakan itu Daffa melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Dika ikut berdiri dan menyamakan langka dengan Daffa. "Habis ganti baju langsung ke kantin."

Daffa dan teman-temannya sudah berada di kantin untuk sarapan.

"Si Arvin mana?, kok cuma makanannya doang, orangnya mana?," tanya Dika.

Arvin adalah teman SMP Daffa dan Dika tapi saat tamat SMP Arvin pindah sekolah ke bandung. Dika juga yang memperkenalkan Arvin kepada teman-temannya yang lain, sehingga mereka semua menjadi akrab.

"Katanya mau ke toilet dulu, entar juga balik lagi," ucap Bayu.

Daffa sekelas dengan Dika sedangkan Arvin, Bayu dan Yusuf satu kelas. Mereka bersahabat sudah seperti saudara kandung, walaupun Bayu dan Yusuf baru kenal dengan Arvin tapi mereka sudah sangat akrab.

"Tuh si Arvin," tunjuk Bayu kepada Arvin yang baru memasuki kantin. Seketika ketiga orang disana mengikuti arah telunjuk Bayu.

Arvin baru saja memasuki kantin, ketika netranya menemukan gadis yang baru beberapa minggu dia ajak kenalan sedang kesusahan meraih sendoknya yang terjatuh di lantai. Arvin langsung mendekati gadis itu dan memegang ujung meja yang runcing, hampir saja kepala gadis itu terbentur ujung meja.

"Ehh," ucap Nasya kaget saat sudah kembali keposisi duduk tegapnya dan menemukan lelaki yang sedang memegang ujung meja.

"Lain kali hati-hati, kepala lo bisa terluka kena ujung meja," ucap Daffa menatap gadis itu, tangannya sudah tidak berada di ujung meja lagi.

"Eh iya. Makasih," ucap Nasya kikuk.

Arvin tersenyum dan mengangguk lalu pamit. Nasya mengikuti langkah Arvin dan tatapan matanya tepat betemu dengan salah satu orang yang berada di meja yang dituju Arvin. Mata Nasya bertemu dengan mata Daffa, memang sedari tadi sejak Arvin masuk ke kantin, keempat orang disana melihat kearahnya terutama Daffa, lelaki itu menatap Nasya dengan wajah datar, buru-buru Nasya mengarahkan pandangannya kearah lain.

"Astaga mimpi apa Cha semalem bisa di samperin cowok ganteng," ucap Rara dengan suara yang tidak terlalu keras takut kedengaran orang lain.

"Biasa aja kali Ra, dia cuma nolong doang," ucap Nasya santai.

"Eh bukannya dia yang murid baru yang ganteng itu, yang bikin heboh para cewek," ucap Santi.

"Kayaknya sih iya, tapi dia hebat loh masih anak baru udah masuk tim basket aja," tambah Putri.

Arvin memang masuk tim basket, atas usulan teman-temannya, sehingga guru yang selalu melatih anak tim basket menerima Arvin masuk tim basket. Bakat Arvin main basket tidak beda jauh dengan keahlian yang dimiliki Daffa, mereka sama-sama jago main basket tapi kalau mereka berdua tanding pemenangnya selalu Daffa.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang