7. Pernikahan

2.7K 163 9
                                    


Waktu berlalu sangat cepat, rasanya baru kemarin membahas tentang perjodohan dan sekarang sudah tiba hari pernikahan, tepat pada hari senin. Akad nikah akan dilaksanakan di rumah Nasya secara sederhana supaya tidak ada yang curiga, dekorasinya cuma ada didalam ruangan saja. Tidak banyak yang datang karena memang cuma keluarga dan para saksi saja yang di undang. Para tetangga saja tidak ada yang di undang dikarenakan pernikahannya dirahasiakan.

Tidak ada yang spesial atau istimewa di hari pernikahannya menurut pasangan calon pengantin itu, mau gimana lagi menikah bukan dasar cinta, melainkan hanya untuk mewujudkan keinginan para orangtua.

Seorang lelaki muda sudah berada di tempat yang akan dilaksanakan ijab qabul, dia terlihat sangat tampan dan menawan dengan tuxedo yang dia kenakan. Biarpun akadnya sederhana tapi para orangtua tetap menyediakan pakaian yang terbaik, ditambah lagi menyewa tukang foto. Lima belas menit lagi ijab qabul akan dilaksanakan, tidak usah ditanya bagaimana suasana hati Daffa saat ini, sedari tadi dia sibuk mengatur nafasnya supaya tetap merasa tenang, tapi yang namanya orang mau ijab qabul tetap saja perasaannya tidak karuan, gugup, grogi, cemas dan khawatir intinya perasaannya campur aduk. Daffa mengucapkan ijab qabul dengan lancar, suaranya lantang dan tegas. Status keduanya telah resmi menjadi pasangan suami istri setelah kata 'Sah' telah diucapkan.

Acara selanjutnya menandatangani buku nikah dan pemasangan cincin yang dilakukan pasangan pengantin. Nasya menggigit bibir bawahnya untuk menyalurkan rasa gugupnya, saat disuruh mencium tangan lelaki yang kini resmi menjadi suaminya.
Dengan gerakan lambat Nasya meraih tangan suaminya, seperti ada sesuatu yang menyengat tubuhnya disaat tangan mereka bersentuhan, jujur saja suasana hati Nasya saat ini sangat tidak karuan. Nasya merasakan tangan Daffa hangat saat dia pegang, berbanding terbalik dengan tangannya yang terasa dingin.

Bukannya Daffa tidak gugup atau grogi, perasaan itu masih dia rasakan, tapi setelah mengucap ijab qabul perasaanya sedikit tenang.
Setelah mencium tangan Daffa, jantung Nasya semakin berdetak kencang saat Daffa semakin mendekat, Nasya memundurkan tubuhnya saat jarak mereka tinggal satu jengkal, sebelumnya gadis itu tidak pernah berjarak begitu dekat dengan laki-laki.

"Heh. Kenapa mundur sayang?, jangan mundur, itu Daffanya mau cium loh," ucap Diana sambil tertawa pelan yang disambut gelak tawa oleh semua orang.

"Takut." cicit Nasya.

Semua orang tertawa mendengar cicitan Nasya, kenapa bisa ada pengantin perempuan seperti ini, cuma mau di cium saja sudah takut, apalagi kalau lelakinya berbuat yang lain.

Sementara orang tertawa, Daffa justru menampilkan ekspresi heran, kenapa takut? kalau malu Daffa maklum, tapi istrinya berkata dia takut, emang Daffa mau ngapain?. Padahal Daffa tidak mau berbuat yang aneh-aneh, cuma cium kening dan mendoakan kebaikan saja, itupun karena disuruh.

Rasanya Nasya ingin menghilang saja, malu banget apalagi semua orang menertawakan ucapannya, Nasya merutuki ucapannya, kenapa malah perkataan itu yang keluar dari mulutnya. Lucu memang pengantin perempuan takut di cium sama suami sendiri, ada-ada saja.

Daffa menatap gadis yang telah resmi menjadi istrinya sebentar, sebelum akhirnya dia memajukan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke kening istrinya. Dengan jantung yang berdetak kencang, dia memberanikan diri mencium kening Nasya, setelahnya dia meletakkan tangannya di ubun-ubun kepala Nasya untuk memanjatkan doa.

Nasya menahan nafas dengan mata terpejam saat merasakan sesuatu yang sedikit basah menempel di keningnya. Pelan-pelan dia membuka matanya, ketika tangan Daffa sudah tidak memegang ubun-ubunnya lagi. Nasya merasakan wajahnya panas ketika matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan mata Daffa, sudah dipastikan jika mukanya merona karena malu.

Setelah acara selesai Nasya langsung dibawa keluarga Daffa ke rumah mereka. Mau tidak mau Nasya harus ikut, dia sempat menangis sebab tidak mau berjauhan dengan Ayah dan Abangnya. Selain itu dia tidak biasa tinggal apalagi tidur di tempat yang asing baginya.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang