13. Hari minggu

2.5K 169 13
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Sekarang ini kedua pasangan muda yang baru menikah beberapa Minggu lalu tengah bersantai di ruang tengah. Daffa sedang menonton siaran berita di televisi sedangkan Nasya sibuk dengan ponselnya.

Tidak ada percakapan di antara keduanya hingga Daffa menyerahkan benda pipih persegi panjang kepada Nasya.

"Tulis nomor rekening lo." Pintah Daffa yang dituruti oleh Nasya walaupun gadis itu sempat heran.

Tak lama setelah mengetik nomor rekening di ponsel Daffa, ponsel Nasya berdering. Nasya cukup kaget melihat sejumlah uang yang dikirimkan padanya, dengan jumlah yang tidak sedikit.

"Kamu yang kirim?"

"Hmm."

"Kenapa banyak banget, aku kan cuma minta uang buat ke mall, gak usah sebanyak ini juga kali."

"Buat belanja selama sebulan."

"Serius?"

"Iya."

"Makasih Daffa," Nasya mencubit kedua pipi lelaki yang ada di sampingnya sambil tersenyum lebar.

Daffa yang risih menyingkirkan tangan Nasya di pipinya. "Apaan sih!"

Gadis itu menggaruk tengkuknya sembari terkekeh garing. "sorry, kelepasan."

"Belanja seperlunya, jangan terlalu boros," ucap lelaki itu mengingatkan Nasya.

"Tenang aja aku orangnya gak boros," ucap Nasya.

"Kalau gak ada keperluan," ucapnya cepat sambil nyengir.

Laki-laki itu memutar bola matanya malas. Ya kalau tidak ada keperluan pastilah tidak boros. Dasar.

"Seneng Mama liat kalian berduaan," ucap Mama Diana yang tiba-tiba berdiri di samping sofa bersama Papa Adrian.

"Mama sama Papa mau kemana?" tanya Nasya.

"Pacaran dong," ucap Papa Adrian dengan sombong.

"Gayanya," cibir Daffa.

"Kalau kalian mau ikut juga boleh, gak usah dicibir segala Daf. Mumpung hari libur," tawaran Mama Diana yang mendapat pelototan dari suaminya.

"Kenapa ngajak mereka sih sayang, kan kita mau berduaan."

"Ya Allah Mas, sama anak sendiri juga."

"Yaudah," pasrahnya. "Mau ikut gak?" tanya Papa Adrian tidak ikhlas.

"Gak. Males."

Siapa lagi yang berkata singkat seperti itu kalau bukan Daffa.

"Gak Pa. Acha juga nanti mau keluar, sama sahabat Acha."

"Tuh Ma mereka juga gak mau," ucap Papa Adrian tersenyum senang, momen berduaannya bersama istri tercinta tidak ada yang ganggu.

"Ayo sayang, berangkat," ucap Papa Adrian sambil memeluk pinggang istrinya dengan posesif. Mama Diana geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya.

"Papa lucu ya, Posesif," ucap Nasya sambil tertawa pelan.

"Biasa aja."

Nasya membatin. "Dasar es kutub. Datang lagi sifat aslinya,"

"Mau kemana?" tanya Daffa ketika Nasya bangkit dari duduknya.

"Kepo," ucap Nasya berjalan menuju kamar.

Nasya mengganti pakaian dan memolesi wajahnya dengan bedak baby, memakai pelembab bibir agar tidak terlihat pucat dan menyemprotkan sedikit parfum di pakaiannya. Penampilannya sederhana tapi tidak menghilangkan kesan elegan, ia hanya memakai gamis berwarna gray selaras dengan warna tasnya serta kerudung pasmina dan sneaker berwarna navy. Setelah selesai bersiap Nasya menuruni tangga.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang