9. Halte bus dekat sekolah

2.4K 163 4
                                    

Pernikahan mereka sudah mencapai satu minggu lebih dan selama itu pula Nasya harus berjalan kaki dari halte bus menuju sekolah, karena Daffa selalu menurunkannya di situ. Nasya tidak masalah jika harus jalan kaki dari halte ke sekolah karena tidak terlalu jauh. Tapi yang menjadi permasalahan jika dia pulang dan harus berjalan kaki dari sekolah menuju halte, cuaca sangat panas di siang menuju sore hari, di tambah orang yang ditunggu sangat lama datang.

Menyebalkan sekali harus bareng Daffa ke sekolah, mana motor Daffa motor ninja, sangat susah untuk naik, badanya juga sakit dan pegal-pegal naik motor besar. Daffa juga sering lama baru muncul saat pulang sekolah, Nasya masih ingat betul saat pertama kali pulang bareng Daffa, menunggu sangat lama sampai setengah jam, mau menghubungi laki-laki itu tidak punya nomernya.

Flashback

"Astagfirullah, Daffa mana sih?"

Nasya mondar-mandir di halte dengan wajah kesal, gimana tidak kesal dirinya sudah menunggu selama tiga puluh menit. Kalau bukan karena tidak mau ditanya-tanya sama Mama kenapa pulang sendiri, gak bareng Daffa, Nasya sudah dari tadi memesan taksi online atau ojek online, yang jelas dirinya cepat sampai. Nasya mengambil handphone berniat menghubungi Daffa.

"Astagaaa, aku kan gak punya nomernya Daffa," ucap Nasya.

"Aish mana sih si Daffa?. Salah sendiri juga sih, kenapa gak minta nomer Daffa, kalau nunggu es kutub itu minta duluan, sampai kapanpun gak bakalan kejadian."

Lima menit kemudian orang yang sedari tadi Nasya tunggu, akhirnya muncul juga. Dengan wajah santai dan datarnya Daffa menyerahkan helm kepada Nasya tanpa merasa bersalah sedikit pun, tidak sadar kah dirinya sudah membuat Nasya jamuran menunggu di cuaca yang sangat terik ini.

"Dari mana aja sih?" tanya Nasya kesal.

"Gue tadi kumpul dulu sama anak basket," ucapnya tanpa beban. Enteng bener tuh mulut.

"What!!, dengan santainya kamu kumpul sama temen, sedangkan aku dari tadi nunggu, mana panas banget," omel Nasya.

"Ya sorry, yaudah naik, marahnya di sambung di rumah aja, panas nih."

"Aish, nyebelin banget sih, jadi maksudnya kamu nyuruh aku marah-marah mulu, pake nyuruh dipending sampai rumah pula."

"Naik atau gue tinggal," ucap Daffa yang sudah capek meladeni Nasya yang marah-marah. Bukan salahnya juga dia kan tidak punya nomer Nasya, jadi tidak bisa memberi tahu kalau dia lambat datang.

"Bentar."

Nasya menyodorkan handphonenya kepada Daffa."Catet nomer kamu, kalau ada sesuatu bisa gampang ngabarinnya."

Daffa menyerahkan kembali handphone Nasya setelah selesai. Daffa menyimpan nomernya dengan namanya sendiri, Nasya yang melihatnya dengan segera mengubahnya menjadi 'Es kutub'.

"Nah kan baru cocok," ucap Nasya membatin.

"Woy kenapa lo?. Turun," seru Daffa menyadarkan Nasya dari lamunannya.

"Pulang sekolah nanti, aku mau naik ojol aja, gak usah nungguin," ucapnya setelah turun dari motor dan menyerahkan helm kepada Daffa.

Sebenarnya ucapannya itu termasuk sindiran, mana pernah Daffa menunggu dirinya, yang ada dia terus yang menunggu laki-laki itu.

"Gak boleh, nanti gue di marahin Mama,"  ucap laki-laki itu.

"Biar aku yang jelasin sama Mama, tinggal bilang kalau kamu gak bisa anter, ada kegiatan di sekolah. Bereskan."

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang