11. Jadi kamu cemburu?

2.4K 175 1
                                    


-----


"Masa sih? Tapi kalau kamu ngerasa gak di hargain ya... kamu ngomong dong sama aku. Tapi tadi ngambek gitu, pake diemin segala, kayak orang cemburu tuh."

"Gue gak cemburu Nasya." Tegas Daffa.

"Kalau gak cemburu kenapa ngegas gitu?" ucap Nasya tersenyum mengejek.

-----

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sehabis shalat ashar Nasya melihat lelaki yang sedari pulang sekolah mendiaminya keluar dari kamar mandi, Daffa sudah rapi dengan pakaian kaos hitam yang ditutupi jaket, serta celana jins panjangnya.

"Mau kemana?," tanya Nasya yang sudah berada di depan lelaki itu.
Daffa tidak menggubris pertanyaan Nasya, dia melangkah menuju meja nakas mengambil kunci motor.

"Mau kemana sih? Pulang jam berapa?" tanyanya lagi tapi masih diabaikan oleh Daffa.

Nasya yang sudah kelewatan kesal semua pertanyaannya tidak ada yang dihiraukan, dengan perasaan dongkol Nasya menghampiri Daffa yang hendak membuka pintu.

"Kenapa sih Daf?, apa aku buat salah? Ngomong dong, kenapa sih?" ucap Nasya berusaha merendahkan intonasi suaranya.

Daffa menatap Nasya sejenak dengan ekspresi datar lalu menghembuskan nafasnya yang terasa berat.

"Nanti kita perlu bicara," setelah mengatakan itu Daffa pergi meninggalkan Nasya.

"Mau bicarain apa sih?, ah elah gak tahu ah," daripada pusing memikirkan perkataan Daffa, lebih baik dia baring saja sambil mendengarkan musik.

Cukup lama Nasya mendengar alunan musik, hingga lama kelamaan matanya terpejam dengan earphone yang masih tersumbat di telinga, terlena dengan alunan musik yang dia putar.

Sekarang sudah jam setengah enam sore Daffa baru saja pulang dari latihan basket, pertandingan basket antar sekolah akan diadakan lima hari lagi, itulah kenapa Daffa sering pergi latihan walaupun cuma sebentar. Daffa memasuki kamarnya hendak melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket, tapi sebelum itu dia sempat melirik Nasya, melihat gadis itu tidur pulas dengan earphone yang masih tersumbat di telinga, Daffa segara melepas earphone di telinga Nasya, takut telinga gadis itu sakit.

"Kebiasaan earphone gak dilepas," ucap Daffa kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Setelah menyelesaikan kegiatan di kamar mandi Daffa menghampiri Nasya yang masih tertidur. Pakaian gadis itu tersingkap, baju yang dikenakan naik ke atas sehingga memperlihatkan perut mulus, putih dan ratanya sedangkan celananya tersingkap memperlihatkan betisnya yang mulus dan putih, untung Nasya tidak mengenakan celana sampai lutut jadi tidak sampai menampakkan paha. Daffa yang melihatnya segera menurunkan baju yang dikenakan Nasya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Baru kali ini Daffa melihat betis dan perut Nasya, walaupun gadis itu sudah tidak mengenakan hijab lagi jika di depannya, tapi Nasya selalu memakai celana panjang jadi tidak pernah memperlihatkan betisnya.

Daffa tersenyum tipis ada rasa bahagia yang dirasakannya karena gadis-nya ini selalu mengenakan hijab keluar rumah dan tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahramnya, untuk itu dia senang karena miliknya tidak dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya. Walaupun Nasya kadang tidak mau nurut, sering buat kesalahan dan masih banyak dosanya, itu masih wajar kan dia manusia biasa dan masih remaja labil, jadi terkadang keduanya sering berdebat saking tidak ada yang mau mengalah, itulah resiko menikah di usia yang masih sangat muda, sama-sama labil dan egois.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang