14. Jangan sakit lagi

3.1K 206 10
                                    

Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah!!! 😌

Jika berkenan bisa vote mulai part 1 sampai part terakhir. Dukungan kalian itu bikin semangat nulis tau... seneng aja gitu ada yang vote, hehe.

Banyak yang vote bakalan cepet Update.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Guru killer yang mengajar dipelajaran fisika tengah menjelaskan di depan papan tulis. Sementara tugas fisika yang dikerjakan tiga hari lalu sudah dikumpul. Berbeda dengan murid lain yang memperhatikan penjelasan sang guru killer, gadis yang tengah duduk di bangku barisan kedua justru memegangi perutnya dan sesekali meringis. Gadis yang sakit perut itu adalah Nasya, tadi pagi keadaan ia masih baik-baik saja, tapi secara tiba-tiba perutnya terasa perih, nyeri ulu hati, perutnya juga terasa penuh dan kembung.

"Cha kenapa?" Putri yang sebangku dengannya menyadari jika sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Perutku sakit banget Put," ucap Nasya sambil memegang perutnya menggunakan tangan kanan, sebisa mungkin dirinya menahan sakit yang di rasakannya.

Putri seketika berubah jadi khawatir. "Hah, kok bisa? Yaudah aku anter ke UKS ya? Aku tanya Pak Deni dulu."

Nasya menahan lengan putri menggunakan tangan kirinya yang bebas saat sahabatnya itu hendak berdiri, Nasya menatap sahabatnya sambil menggeleng. "Gak usah, bentar lagi bel, nunggu bel aja."

"Tapi kamu kesakitan banget Cha."

"Aku masih bisa tahan kok," ucapnya berusaha meyakinkan.

"Tapi-"

"Gak papa," potong Nasya dengan suara lemah.

Putri menghembuskan nafas berat. "Yaudah," walaupun dirinya mengiyakan tetap saja ia khawatir, hingga pelajaran fisika selesai tak henti-hentinya ia melirik Nasya takut sahabatnya itu pingsan.

"Ayo Cha, aku anter ke UKS," putri memegang lengan Nasya membantunya untuk berdiri.

Nasya yang memang sudah sangat lemah tidak merespon apa-apa, perutnya benar-benar sakit. Kerudung yang dikenakannya jadi lembab sebab keringat yang turun di sekitar pelipis.

"Acha kenapa Put?" tanya Rara dan santi bersamaan, keduanya sudah berada di depan Nasya.

"Sakit perut."

"Kok bisa? Kamu habis makan apaan emang Cha? Kok bisa sakit perut? Sakit banget?" pertanyaan beruntun yang keluar dari mulut Rara.

"Aduhh Ra, kamu ini, orang lagi sakit malah ditanya-tanya," ucap Santi.

Rara memanyumkan bibir. "Yakan aku khawatir Santi..."

"Kalo masih mau ngomong sok lanjut, aku mau bawa Acha ke UKS, " ucap Putri jengah melihat keduanya, ia sudah memapah Nasya disisi kiri.

"Ehh, aku ikut, aku bantu papah." Santi segera mengambil tangan kanan Nasya menumpukan di atas bahunya.

"Aku ngapain dong?" tanya Rara.

"Udah gak usah, kamu liatin aja," jawab Santi.

"Satu orang aja yang papah aku, aku masih kuat jalan kok." ucap Nasya dengan suara lemah.

"Kuat apanya wajah kamu aja pucat banget, ayo San," bantah Putri, tanpa menunggu Nasya bicara lagi, keduanya bergegas membawa Nasya ke UKS.

Sesampainya di sana keduanya segera membaringkan Nasya di ranjang yang memang tersedia di UKS.

"Makasih ya," ucapan yang keluar dari bibir pucat Nasya.

"Santai kali Cha, kayak sama siapa aja," ucap Santi.

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang