12. Gara-gara pakaian jahannam

3K 178 7
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sore ini Nasya sedang menunggu Daffa di halte bus dekat sekolah seperti biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat sepuluh menit, Nasya baru menunggu Daffa selama lima menit tapi dia sudah capek dan kerongkongannya berasa kering, cuaca sabtu ini sangat cerah jadi udara lumayan panas. Debu-debu jalanan beterbangan kemana-mana. Nasya merogoh saku seragam, mengambil ponsel untuk mengirimkan pesan kepada Daffa.

Es kutub
Daffa cepetan panas nih
Mana haus juga
Cepetan ya...

Setelahnya Nasya kembali meletakkan ponsel di saku seragam. Kelamaan berdiri membuat kakinya pegal, Nasya berjalan menuju tempat duduk yang memang disediakan disitu.

Ting.

Tiga menit kemudian ponsel di saku seragam berbunyi tanda ada chat yang masuk. Dengan segara Nasya mengambil ponselnya, ternyata balasan pesan dari Daffa.

Es kutub
Iy bwel lo

Tidak lama setelah mendapat balasan dari Daffa, lelaki itu kini sudah berada di depan Nasya.

"Naik," ucapnya, sambil menyerahkan helm kepada Nasya.

Nasya mengambil helm yang di berikan Daffa dan segera naik. Nasya menatap bingung orang yang berada di depannya.

"Kenapa belum jalan?" tanya Nasya.

"Nih," menjawab kebingungan Nasya dengan memberikan sebotol air minum, Daffa memberikannya dengan cara mengulurkan tangannya kebelakang.

"Minum," lanjutnya tanpa menoleh.

"Tumben peka," ucap Nasya menerima botol minum itu lalu meminumnya.

"Biar lo gak bawel," ucapnya membuat Nasya mendengus.

"Makasih Daffa, baik deh," ucap Nasya tersenyum manis.

"Makasih Daffa, baik deh," cibir Daffa mengikuti perkataan Nasya.

Daffa berniat untuk melajukan motornya tapi Nasya menahanya. "Tunggu dulu..."

"Apa lagi?"

"Botolnya buang dimana?, masa dipegang terus."

Daffa menunjuk tempat sampah di dekat halte. "Noh."

"Males turun."

Daffa menghembuskan nafas pelan. "Terus?"

"Kamu gak ada inisiatif buat buangin gitu?"

"Gak," jawab Daffa cepat.

Nasya menggembungkan pipinya, sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya. "Simpan ditas kamu dulu ya, males kalau mesti ambil tas yang aku pake."

"Gak. Yang minum siapa," protes Daffa.

"Entar aku buka lagi kok, masa dipegang terus. Ya ya ya."

"Tetep gak."

"Yaudah gak usah pulang, gini aja terus. Botolnya gak bakalan bikin tas kamu penuh kok, gue males mesti turun buangnya."

"Apa susahnya tinggal pegang, botolnya gak sebesar orang kali," ucap Daffa kesal.

"Apa susahnya tinggal bilang iya, botolnya gak seberat orang kali," ucap Nasya membalikkan perkataan Daffa.

"Ck, pemalas"

"Buruan taro," ucap lelaki itu akhirnya.

"Gitu dong," ucap Nasya tersenyum kemenangan.

Setelah Nasya langsung memasukkan botol minum di tas Daffa. "Udah, ayo jalan."

Daffa, My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang