Bab 21 : Suami katanya

17.2K 1K 17
                                    

Lama-lama tingkah Atha malah semakin aneh. Kalau dulu mana tahu Atha nanya kegiatan sehari-hari ku. Tapi kini, menjelang tidur Atha selalu bertanya kepada ku. Dan yang paling aneh kami sudah tidur sekamar. Aku juga merasa seperti mimpi, perubahannya drastis malah membuat aku merasa tidak nyaman. Aku sudah terbiasa dengan sifat dinginnya.

"Kamu tadi mampir kemana dulu? Pulang dari kampus kok telat?" Apa ini, sudah ku bilang aku lebih terbiasa dengan Atha yang dingin dibandingkan dengan Atha yang selalu ingin tahu.

"Suami nanya tuh dijawab, bukan diliatin aja" buset,selain cerewet Atha sekarang juga sewot banget.

"Setahu saya, jadwal kuliah kamu hanya sampai siang aja" lagi, mungkin sekarang Atha juga sudah melihat jadwal harian ku. Kenapa enggak sekalian dia ngikutin aku saja.

Bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah melihat wajah Atha dengan terang-terangan. Aku sengaja mengangkat kedua alis ku. Agar Atha mengerti dengan kejanggalan yang mungkin aku rasakan.

Namun kini yang ada malah balik menatap kedua mata ku. Apa kami sekarang berubah menjadi lomba tatap-tatapan. Ngeselin banget mau tidur aja harus ada perbincangan yang panjang.

"Kamu kenapa sih" lama-lama menatap matanya malah aku yang tidak kuat. Lebih baik aku mengutarakannya saja. Dari pada dipendam terus. Mungkin hanya Atha saja yang Atha kenapa dirinya berubah seperti itu.

"Kebiasaan saya itu nanya, kenapa kamu malah balik tanya" aku hanya menghela nafas panjang setelah mendengar perkataan Atha. Bicara dengan Atha lama-lama bikin capek juga.

"Tinggal jawab aja, malah puter-puter. Udah pergi enggak bilang , bukanya minta maaf malah ngomongin sesuatu yang enggak penting." Aku enggak bermimpikan, yang barusan ngomong itu benar Atha kan. Apa katanya tadi aku harus minta maaf, minta maaf untuk apa. Rasanya aku tidak pernah berbuat salah kepadanya.

"Kamu pergi enggak ijin aku dulu" seakan Atha mengerti apa yang sedang aku pikirkan. Pakah Atha sekarang benar-benar sedang berperan menjadi suami ku.

"Untuk apa?" Rasanya aku memang harus tetap mengungkapkannya.

"Karena aku suami mu"




Bersambung

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang