Bab 11 : Perpustakaan

14.8K 1.1K 25
                                    

Ada tiga jenis golongan orang yang pergi ke kepustakaan. Yang pertama sipintar dengan suka rela menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua nya. Dia akan betah berlama-lama di sana. Yang kedua orang yang merasa terpaksa menyelesaikan tugas. Kalau tidak ada tugas perpustakaan adalah tempat yang haram untuk dikunjungi. Yang ketiga adalah orang datang hanya untuk mencari cowok pinter dan ganteng.

Mungkin aku berada di golongan dua dan tiga. Pergi ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas sembari mencuci mata mencari cowok yang potensial.

Menyusuri rak membaca berbagai macam judul membuatku merasa seperti orang pintar. Kenyataannya melihatnya saja membuatku mual tebal bukunya bisa aku jadikan bantal tidur.

Resiko menjadi orang yang kurang tinggi adalah tidak bisa menjangkau buku yang berada di rak atas. Dari tadi aku mencoba terus meloncat-loncat untuk menggapainya.
Inggin meminta bantuan tidak ada seorang pun yang aku kenal di sini.

"Nih" dia memberikan buku yang berbeda dari yang aku inginkan.

"Tapi aku mau yang itu yang ini terlalu tipis pasti kurang lengkap" Aku mengatakan nya dengan percaya diri. Tiba-tiba dia menyentil dahi ku dengan keras.

"Sakit Atha" aku meringis mengusap dahi yang dia sentil.

"Sok tahu" dia berjinjit mencoba mengambil buku yang ku maksud. setelah nya dia memberikannya kepadaku. Saat aku pergi tanganku dicekal oleh nya membuat ku seketika berbalik.

"Cup" kecupan singkat di dahi. Membuat tubuhku bergetar ada sesuatu yang menjalar membuat hati ku merasa menghangat. Rasanya ingin aku berteriak mengatakan Atha telah mencium ku.

Semua orang memandang kearah ku. Mungkin mereka berpikir aku gila. Tapi aku rasa bahagia tidak dapat aku sembunyikan.

Raya duduk diantara teman kelompok ku tidak biasanya dia seperti itu. Sayup kudengar orang-orang yang memuji Raya.

"Wah kak Raya pintar banget pantas saja bisa jadi temannya kak Atha"

"Kak Raya kasih tau dong sisi manis kak Atha"

"Kak Raya kemarin aku lihat kakak genggam tangan kak Atha gimana rasanya"

"Kak Raya pernah di peluk kak Atha enggak"

"Kak Raya, kak Atha itu orang nya seperti apa sih"

"Kak Raya boleh titip salam buat kak Atha" mereka bertanya silih berganti. Menghiraukan aku yang duduk diantara mereka. Lama-lama aku jadi gerah mendengar obrolan mereka.

"Kenapa kalian nanya saya coba tanya sama istrinya aja dia pasti tau semua" pernyataan macam apa itu apakah dia sedang menantang ku.

"Kak Raya lebih tahu" setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkan mereka. Aku sadar diri Raya lebih mengenal Atha dari pada aku.

Memejamkan mata dan menikmati angin yang berhembus adalah cara ku untuk meringankan rasa kesal. Pipi ku terasa dingin. Seseorang menempelkan sesuatu disana. Saat kubuka mata Atha sudah duduk disebelah ku.

"Kenapa?" tangannya mengelus kepala ku. Rasanya tenang sepertinya dia tahu apa yang kurasakan.

"Enggak apa-apa" tangan nya berhenti mengelus kepala. Lalu dia bangkit dan berdiri menghadap ku.

"Pulang sana tidak usah memasak" dia pergi meninggalkan ku. Aku meminum air yang tersisa lalu pulang sesuai permintaannya.

Atha hari ini sangat berbeda dia memperlakukan sepertinya orang yang dicintai aku berharap akan bertahan selamanya.


Bersambung

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang