Bab 34: Bukan Akhir

34.4K 1.3K 64
                                    

Hari berlalu begitu cepat, Hal yang selalu aku syukuri adalah hubungan rumah tangga kami berjalan normal seperti seharusnya. Berbeda sekali dengan dulu, tidak pernah aku bermimpi bahwa hubungan rumah tangga kami akan seperti ini.

Melihat sifat dingin Atha dulu, membuat aku pesimis.Bahkan saat aku dipandang rendah oleh semua penghuni kampus pun tidak ada satu pembelaan pun dari Atha.

Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Perjuangan Atha selama ini akhirnya mendapatkan hasil yang bagus. Atha wisuda dengan nilai yang sangat memuaskan.

Aku dan ke dua orang tua Atha hadir dalam acara ini. Melihatnya diwisuda membuat aku menitihkan air mata. Suatu hari nanti akulah yang ada disana, dan pasti Atha yang akan duduk menenti ku seperti ini.

Selesai acara kami semua berfoto, diawali dengan Atha dan kedua orang tuanya. Hingga kami semua foto bersama. Ayah dan ibu ku memang tidak bisa ikut hadir saat ini karena mereka sedang pergi keluar kota. Menantu mereka begitu pengertian dan berkata tidak apa-apa.

" Mas boleh minta fotoin satu kali lagi" bukan aku yang memanggil Atha. Tapi dia yang sedang berkata kepada juru foto.

"Sudah aja Mas kan udah banyak tadi" aku sedikit berjinjit dan berbisik kepada Atha. Rasa kami sudah banyak mengambil foto tadi. Apakah tidak cukup.

"Enggak apa-apa, Yang. Mas memang lagi senang foto berdua sama kamu" juru foto sudah mengambil aba-aba dan saat hitungan ketiga, aku merasakan ada yang mencium pipi ku siapa lagi jika bukan Atha.

***

Akhirnya kami pulang saat waktu menunjukkan pukul lima sore. Setelah sesi foto tadi Ayah dan Ibu Atha memboyong kami kesebuah restoran ternyata disana sudah hadir beberapa kerabat Atha.

Aku segera masuk ke kamar, rasanya ingin segera mandi dan berganti baju. Badan sudah lengket dan membuat aku tidak nyaman.

"Loh, Mas sudah mandi ?" Aku melihat Atha sedang duduk di ranjang menyandarkan kepalanya. Dengan rambut yang sedikit basah.

Aku duduk bergabung disampingnya, rasanya ini waktu yang tepat untuk memberi nya selamat. Karena sedari tadi aku belum sempat mengatakannya.

"Selamat ya Mas, atas wisudanya semoga ilmu yang selama ini Mas cari dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya." Atha mengambil tangan ku lalu menggenggam nya. Akhir-akhir ini Atha memang senang melakukannya.

"Terimakasih sayang" setelah mengatakan hal tersebut dia mencium kening ku dengan lembut. Lalu dia kembali berkata.

"Mas, juga mau berterima kasih. Karena kamu mau menerima lamaran Mas dulu. Mas mau berterima kasih buat keikhlasan kamu yang menerima Mas apa adanya. Terimakasih sayang Mas selalu mencintaimu dari dulu hingga sekarang dan mungkin nanti hingga selamanya" pengakuan Atha memang begitu mengagetkan. Dia yang berkata sudah mencintai ku dari dulu benarkah adanya.

"Sejak kapan Mas mencintai ku, bukannya kita menikah juga karena dijodohkan ?" Akhirnya aku bertanya kepadanya.

"Siapa bilang kita dijodohkan, Mas sendirilah yang meminta ayah dan ibu untuk melamar kamu. Bahkan dulu Mas pernah meminta kamu kepada Ayah tapi saat itu Mas belum memiliki pendapatan. Hingga akhirnya Mas fokus berbisnis lalu melamar kamu setelah semuanya berjalan dengan baik. Sejak awal kamu memang pilihan Mas.Tidak ada unsur perjodohan apalagi paksaan. Mas minta maaf, mungkin kamu bingung dengan sifat Mas saat awal pernikahan kita. Mas cuma mau kamu nyaman. Tapi sayang ternyata Mas memilih jalan yang salah. Tapi untunglah mas cepat sadar dan cepat memperbaikinya. Mas benar-benar cinta kamu" fakta yang baru aku ketahui sekarang. Jadi yang selama ini aku bayangkan ternyata berbeda dengan kenyataannya. Atha memeluk ku dengan erat dan ku pun membalas pelukannya. Butuh waktu untuk kami hingga bisa seperti ini. Banyak kesalahpahaman diantara kami hingga kami dapat seperti ini.

"Ibu dan Adek juga cinta Ayah" aku membisikan kata tersebut tepat ditelinga Atha. Dapat aku rasakan tubuhnya yang menegang.

"Maksudnya" Atha bertanya dengan terbata, wajahnya penuh dengan harapan.

"Selamat Mas sebentar lagi kamu akan jadi Ayah" dapat kulihat wajah penuh bahagia dari Atha. Dia segera kembali memeluk ku. Dapat ku dengar Atha terus saja mengucapkan rasa syukur nya.

"Alhamdulillah, Terimakasih Ya Allah. Terimakasih sayang, Terimakasih dek, sudah hadir dalam kehidupan kami. Tumbuh dengan sehat ya nak, Ayah dan Ibu sayang kamu" kali ini Atha mencium perut ku dengan lama. Sama seperti dirinya aku juga merasa sangat bahagia. Perjalanan kami masih sangat panjang. Entah ada cobaan apa lagi didepannya, tapi aku selalu berdoa agar kami tetap bersama, dalam suka maupun duka. Dan hidup dalam kebahagiaan.




Tamat

Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mengikuti cerita ini dari awal.

Sampai berjumpa di cerita lain nya.

Salam hangat dari Atha dan Dina

......Bye.....

Why Atha (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang